CerSIL KHULUNG : Golok Bulan Sabit 3

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Kamis, 08 September 2011

Nyonya besar kami telah datang, maka kalian tak diperlukan lagi, bila ada yang ingin pulang
silahkan pulang, kalau tak ingin pulang boleh saja bermain-main di sini, bayaran kalian sudah
kuserahkan kepada Kasir di depan sana""
"Apa? Nyonya besar kalian? Apakah kongcu itu sudah kawin?..
"Masa keliru? Apakah kalian tidak melihatnya tadi?
Ketika berjumpa dengan Cing cing, wajah Ting Peng memang menunjukkan perasaan amat
girang, hal inipun tak ada yang mencurigai, tapi masih ada orang yang merasa tidak puas.
Terutama sekali Hek sui sian dan Pek sui sian, pertama-tama Tu Ling ling yang berseru lebih
dulu sambil tertawa dingin:
"Seandainya dia adalah nyonya Ting kongcu, mengapa tidak datang dan masuk secara
langsung, melainkan masuk bersama-sama kami?
"Karena nyonya besar kami gemar bergurau" sahut gadis berbaju hijau itu sambil tersenyum,
lagi pula uangnya kelewat

*************************
Halaman 31 s/d 50 hilang
*************************
"Siau Im, soal percaya atau tidak itu adalah urusanku, akupun tak bisa memaksa kau untuk
berbicara, bila kau enggan mengatakannya kepadaku, kau pasti akan memberitahukan kepada Ah
Ku"
"Aku tak ingin membunuhmu, sejak kecil kit sudah hidup sebagai saudara sendiri, akupun
bermaksud minta kepadamu untuk mendampingi ku sepanjang hidup, tapi kau hendak mencelakai
suamiku, maka aku tak berani mempunyai pikiran seperti itu lagi, kau toh tahu bagaimanapun
akrabnya hubungan kita, tak mungkin bisa lebih baik dari pada hubunganku dengan tuan.
Siau Im termenung sampai setengah harian lamanya, kemudian baru berkata:
"Orang itu adalah majikan tua"
Hampir saja Cing-cing melompat bangun saking kagetnya.
ooo0ooo
SETELAH rahasia tersebut terungkap, Siau Im pun merasa rikuh untuk mengelabuhi lebih
jauh.
"Benar-benar majikan tua yang suruh, belum lama berselang dia mengutus orang datang
kemari dengan disertai sebuah lencana ular emas, dia menyuruh aku membunuh tuan"
"Kapan? Mengapa aku tidak melihat ?"
"Ketika nona masih berada dalam kamar bersama tuan"
Paras muka Cing-cing agak memerah, katanya lagi.
"Kau tidak salah melihat? Kau harus tahu lencana ular emas bukan cuma dipakai oleh majikan
tua seorang, banyak lencana tersebut yang tersebar di tempat luaran""
"Lencana ini tak bakal salah lagi, karena dikirim sendiri oleh Sin-ek-thian-ong yang
mendampingi majikan tua"
Cing Cing terjerumus dalam lamunan yang mendalam, lama kemudian ia baru berkata.
"Mengapa yaya ingin membunuhnya?"
Siau Im agak termenung sebentar, kemudian baru sahutnya.
"Sebab menurut majikan tua, tuan sudah tak mungkin menjadi orang yang kita andalkan lagi"
"Tapi dia orang tua telah meluluskan permintaanku, bahkan tidak ingin menjadikan Ting Peng,
sebagai anggota perguruan kita, maka selama ini kamipun tak pernah memberitahukan tentang
asal usul kita kepadanya" kata Cing Cing cepat.

"Akan tetapi tuan telah berhasil mendapatkan golok bulan sabit serta jurus golok tanpa
tandingan kita".
"Itu toh hasil keputusan yaya sendiri, dia bilang dengan bakat Ting Peng ilmu golok kita bisa
dikembangkan hingga mencapai puncak kesempurnaan, yaya tidak berharap ia bisa menjadi
anggota perguruan kita, yang diharapkan olehnya hanyalah mengalahkan Cia Siau hong, dan dia
telah melakukannya"
"Dia belum mengalahkan Cia Siau hong"
"Mereka belum beradu secara resmi, di kemudian haripun tak mungkin untuk beradu lagi,
karena sejak kini Cia Siau hong tak bisa. mempergunakan pedang, lebih-lebih untuk memusuhi
kita.
"Tuankah yang berkata demikian?"
"Benar ucapan itupun dikatakan sendiri oleh Cia Siau hong, karena itu ucapan mana
merupakan perkataan yang dapat dipercaya."
"Tapi berita yang diperoleh majikan tua tidak berkata demikian"
"Apa yang di dapat oleh yaya?" "
"Tuan telah bersahabat dengan Cia Siau-hong"
"Diapun berkata begitu kepadaku.. saling mengagumi antara sesama enghiong merupakan
sesuatu yang lumrah, apalagi hanya mereka berdua yang dapat terhitung sebagai teman"
Sekulum senyuman bangga segera menghiasi wajah Cing Cing.
Siau Im menghela napas panjang.
"Tapi majikan tua bilang, walaupun Cia Siau hong tak akan memusuhi kita, tapi kemungkinan
besar tuan akan menjadi musuh kita"
"Tidak mungkin" teriak Cing-Cing, tuan adalah seorang yang kaya akan perasaan, tak mungkin
dia akan memusuhi yaya, orang-orang dari lima partailah yang merupakan musuh kita, tuan amat
membenci orang-orang dari lima partai besar, mustahil dia akan menuntut lima partai besar untuk
membunuhi kita"
"Majikan tua berkata demikian, Sin lek thian ong yang menyampaikan perkataan itu pun turut
tidak percaya, tapi majikan selalu dapat menilai segala sesuatunya dengan tepat.
"Dibalik kesemuanya ini pasti terdapat kesalah pahaman, aku akan mencari yaya untuk
menerangkan hal ini, Siau Im kenakan pakaian, mari kita pergi"
"Siocia, kau tidak membunuhku?" Siau Im merasa agak tercengang.
""Asal kau berbicara terus terang, tentu saja aku tak akan menyalahkan dirimu"
Kemudian ujarnya kepada Ah Ku:
"Ah Ku, tolong rawat dia baik-baik, jangan biarkan orang lain mendekatinya, begitu pula
terhadap orang-orang kita sendiri, sanggupkah kau melakukan hal ini?"

Ah Ku manggut-manggut, dia menepuk dada sendiri sambil menunjukkan suatu gerakan
tangan yang aneh.
"Baiklah." Kata Cing Cing kemudian sambil tertawa, "aku akan meninggalkan Siau Hiang di sini
untuk menyelesaikan segala sesuatunya, dayang itu dapat dipercaya"
ooooo0ooooo
SIAU HIANG
SIAU HIANG adalah seorang gadis berusia enam tujuh belas tahunan.
Rambutnya di sisir menjadi kuncir besar dan selamanya berkilat, orangnya juga berkilat, meski
wajahnya tidak terhitung cantik namun tak bisa dibilang jelek.
Dia bernama Siau Hiang, karena tubuhnya sering menyiarkan bau harum semerbak.
Meski perawakan tubuhnya kecil mungil, namun dia seratus persen berbentuk gadis, tapi tak
mirip gadis yang telah dewasa.
Tapi diakui dia adalah seorang gadis yang menarik hati.
Untuk memberikan suatu gambaran yang tegas, hal ini sulit untuk dilukiskan, sebab wataknya
maupun wajahnya selalu mendatangkan perasaan yang saling bertentangan. .
Dia adalah sejenis perempuan yang mendatangkan perasaan senang bagi setiap pria yang
melihatnya.
Tapi dia adalah gadis yang bisa ditarik tangannya, bahkan merangkul ke dalam pelukannya
dan dicium pipinya, namun bukan gadis yang bisa diajak naik ke atas pembaringan.
Ting Peng sangat akrab dengan Siau Hiang, bila Cing-cing tidak berada di sisinya, sering kali
dia mengajak Siau Hiang berbincang-bincang, main catur, membuat sajak dan lain-lainnya.
Ting Peng pun pernah menggenggam tangannya, membopongnya dan didudukkan ke atas
pahanya, bahkan menciumi lehernya yang berbau harum.
Tapi Ting Peng tidak pernah mengajaknya naik ke atas ranjang.
Dia adalah seorang teman penghilang kebosanan yang sangat baik, tapi tak pernah bisa
merangsang napsu birahi kaum lelaki.
Mungkin juga hal ini dikarenakan bau harum yang terpancar keluar dari tubuhnya.
Bau harum itu merupakan semacam bau harum yang sangat istimewa, bau harum yang sudah
ada semenjak dilahirkan, cuma bau harum itu aneh, bukan bau harum bunga, juga bukan bau
harum yang bisa diperoleh dari benda lainnya.
Bau harum semacam ini hanya bisa mendatangkan semacam kesucian bagi yang
mengendusnya.

Ting Peng bukan seorang yang saleh, diapun tidak pernah menganggap napsu birahi lelaki
perempuan sebagai suatu yang berdosa, sebaliknya dia masih menganggapnya sebagai
seseorang yang suci.
Maka dia ditipu mentah-mentah oleh Chin Ko cing yang menggelikan, dia dapat merasa gusar,
merasa sedih, putus asa dan lain-lainnya, karena dia merupakan seorang yang masih lengkap
perasaan serta napsunya.
Oleh karena itu ketika cinta kasihnya mulai tumbuh di hati Cing-cing, maka diapun amat setia
kepadanya.
Buktinya bujuk rayu dan rangsangan dari Cia Siau giok pun tidak mendatangkan pengaruh
apa-apa baginya.
Oleh sebab itu, meski dia sudah terpengaruh oleh arak berisi obat perangsang yang
dicampurkan dalam arak Pek hoa siang, dia masih tetap kukuh untuk melepaskan diri dari gaetan
dan pukulan Cia Siau giok.
Oleh karena itu pula dia lebih suka mengorbankan uang untuk membeli perempuan guna
membereskan pengaruh racun obat perangsang yang mencekam tubuhnya, bahkan dengan cara
itu pula dia hendak mengabarkan kepada Cing-Cing, betapa membutuhkannya dia akan
perempuan.
Sewaktu Siau Im disodorkan kepadanya, ia melakukan tanpa perasaan canggung, karena Cing
Cing yang mengaturkan segala sesuatunya itu baginya...
Oleh karena itu, ketika Siau Hiang merangkak naik ke atas pembaringan dan membantunya
mengenakan celana, dia merasa terkejut bercampur keheranan.
Buru-buru tegurnya.
"Siau Hiang, racunku telah punah semua"
Merah jengah selembar wajah Siau Hiang, serunya sambil mendorong tubuh pemuda itu
"Siapa sih yang mengajakmu membicarakan soal ini? aku hanya akan membantumu memakai
celana dan menyuruhmu keluar sebentar"
"Mau apa keluar?"
"Mengapa kau tidak mencoba untuk melihat langit, sekarang sudah tengah hari, kedua
perempuan-perempuan yang memperoleh penghargaan darimu sudah berdatangan untuk
mengucapkan terima kasih kepadamu, apa kau tak akan keluar menyambut mereka dalam
keadaan seperti ini bukan?
"Serahkan uang emas itu kepada mereka dan suruh mereka segera meninggalkan tempat ini,
buat apa mesti banyak ribut?"
"Tuan, kau tak boleh begitu, mereka juga manusia, setiap manusia mempunyai harga diri, kau
tak boleh bersikap begini terhadap mereka, terutama ada beberapa orang diantaranya menolak
untuk menerima uang emas tersebut"
"Mereka menolak uang emas itu? Apakah merasa kurang?" Ting Peng keheranan.

"Bukan kurang, semalam sepuluh tahil emas, nilai tersebut kelewat tinggi untuk mereka" kata
Siau Hiang tertawa, "karena berterima kasih maka mereka mengundang kongcu keluar, apalagi
tanpa mengerjakan apa-apa, begitu datang di jamu sekenyang-kenyangnya, lalu bergaul seperti
teman biasa, hal semacam ini belum pernah mereka jumpai sebelumnya, mereka terharu karena
dianggap sebagai teman, sekarang tentu saja merekapun rikuh untuk mendapat uang dari teman."
"Ehm. . . beberapa orang perempuan ini sungguh berjiwa besar dan punya kesetiaan kawan."
Siau Hiang tertawa, kembali katanya:
"Ada pula yang berkata, mereka merasa bangga karena orang yang mengundang mereka
untuk menemani minum arak adalah Ting Kongcu yang termasyhur namanya dikolong langit,
kemungkinan besar derajat mereka akan turut naik setelah kejadian ini, tentu saja merekapun tak
dapat menerima uang dari kongcu"
"Walaupun perkataan semacam itu sedikit merupakan kenyataan, tapi hal ini amat menarik
sekali, paling tidak mereka telah berbicara dengan sejujurnya."
"Apakah kongcu menganggap ucapan mereka dahulu bukan perkataan yang muncul dari hati
sanubarinya!"
"Pelacur adalah manusia tak berperasaan, aku tak percaya kalau mereka memiliki perasaan
setia kawan""
"Pandangan kongcu terhadap kaum wanita kelewat sempit dan radikal ....."
"Agak tak mungkin, aku menghormati setiap wanita, tapi aku tak akan sungkan-sungkan
terhadap perempuan rendah"
"Dari mana kongcu bisa tahu kalau mereka adalah manusia tak berperasaan dan tak setia
kawan?" kata Siau Hiang tertawa, ""darimana pula kau bisa tahu kalau perasaan terharu mereka
bukan ungkapan perasaan yang sejujurnya?"
"Itu mah gampang dibuktikan, bukankah masih ada beberapa orang yang berada diluar?" Ting
Peng tertawa pula.
"Yaa, mungkin ada belasan orang di depan sana! Mereka bersikeras hendak bertemu dulu
dengan kongcu sebelum berpamitan untuk pergi meninggalkan tempat ini""
"Waah, tampaknya aku harus pergi menjumpai mereka" kata Ting Peng sambil tertawa.
"Benar, entah perasaan yang sebenarnya atau setia kawan yang palsu, paling tidak kongcu
harus menemui mereka"
Ting Peng segera mengenakan pakaiannya, membereskan rambutnya dan berjalan keluar.
Betul juga perjamuan belum berakhir ada belasan orang pelacur, termasuk juga Hong hong
dan Sian-sian yang dijumpainya semalam masih menanti di situ.
"Aku telah membuat kalian menunggu kelewat lama" seru Ting Peng sambil tertawa cekikikan.
Suara pemberian salam yang merdu merayu segera bergema memecahkan keheningan
kemudian Hong-hong berkata:

"Aaah, Ting kongcu jangan berkata begitu, perjamuan yang begini baiknya membuat kami
merasa amat berterima kasih. . . "
"Semua orang tak usah sungkan-sungkan lagi." Kata Ting Peng tersenyum, "sebelumnya aku
harus menemani kalian untuk berpesta semalam suntuk, apa mau dikata istriku telah datang,
sedang akupun harus berbincang-bincang dengan istriku, bila aku kurang hormat harap kalian
semua sudi memaafkan."
Ucapan kongcu itu membuat kami semakin tak enak hati" kata Sian-sian cepat, walaupun kami
seringkali menemani orang minum arak, selama ini kami hanya berdiri melayani saja disamping,
sekalipun ada kalanya tamu menyuruh kami duduk, karena perbedaan tingkat kedudukan, paling
banter kami hanya memegang sumpit sebagai suatu pertanda belaka, tidak seperti kemarin kami
dapat makan minum dengan bebas merdeka."
"Itulah sebabnya kami merasa tak dapat menerima pemberian dari kongcu lagi, harap kongcu
dapat menerima kembali semua pemberian tersebut. . ." sambung Hong-hong.
(Bersambung ke Jilid 17)
Jilid : 17
HAL ini mana boleh jadi? Bagaimanapun juga aku telah membuat kalian kehilangan waktu
yang berharga, untuk itu saja aku sudah merasa amat menyesal, apalagi kalian sudi memberi
muka untuk menghadiri perjamuan ini, bila tak mau menerima pemberian tersebut, hal ini
sepertinya terlalu tidak memberi muka kepada teman"
"Kongcu bersedia menganggap kami sebagai teman pun kejadian ini sudah cukup membuat
kami merasa terharu.. mana boleh kuterima pemberian dari kongcu?"
"Sebagai teman, kita berkewajiban untuk saling menolong kesulitan orang, bahkan kalian pun
dapat memikul sedikit beban penderitaanku..?" kata Ting Peng tertawa.
"Ting kongcu suka bergurau, kami belum berhak untuk turut memikul kerisauan dari kongcu"
kata Sian-sian.
"Belum tentu begitu" sambung Hong Hong. "apa yang bisa kami lakukan, sudah pasti kongcu
tahu dengan jelas, asal kongcu menginginkan kami berbuat apa, katakan saja, sekalipun badan
harus hancur, kami tak akan menolak"
Ting Peng segera tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan itu.
"Haaahh. . . haaahh. . . haaahhh. . . baik, baik, cukup bersahabat, cukup bersahabat, tahukah
kalian penderitaan apakah yang merupakan penderitaan terbesar bagi diriku?"
"Soal ini . . . kami kurang begitu tahu"
"Penderitaan yang besar adalah uang emasku kelewat banyak sehingga tak tahu bagaimana
caranya untuk menggunakannya, bila kalian adalah sahabatku, sudah sepantasnya untuk
menggunakannya, sebab itu bila kalian menampik lagi, hal itu justru mencerminkan tindakan yang
kurang bersahabat"
Semua orang menjadi tertegun, siapapun tidak menyangka kalau Ting Peng bakal
mengucapkan perkataan seperti itu.
Terdengar Ting Peng berkata lagi:

"Apalagi kalau dilihat dari sikap kalian yang belum pergi hingga sekarang, hal ini menunjukkan
kalau hubungan persahabatan kalian jauh lebih mendalam daripada orang lain, karena itu kalian
harus membantuku untuk meringankan sedikit penderitaanku lagi, Siau Hiang, beri tambahan
sepuluh tahil emas untuk setiap nona, utus orang untuk menghantar mereka kembali ke rumah
masing-masing"
Pada mulanya pelacur-pelacur itu merasa terkejut, menyusul kemudian dengan wajah berseri
mereka memburu datang sambil mengucapkan terima kasih.
"Tahu kalau hal ini merupakan penderitaan dari Ting Kongcu, kami pasti akan membantumu
untuk meringankannya sejak dulu"
"Aku adalah seorang yang menitik beratkan hubungan pada perasaan, suruh kalian
menanggung beban yang begini beratpun sudah merasa menyesal sekali, maka aku tak berani
untuk menambah beban kalian lebih berat lagi...."
"Aaah, aku hanya berkata saja! akupun tahu di dunia ini tiada penderitaan semacam ini,
apalagi tiada cara untuk membagikan uang seperti ini, kalau begitu ku ucapkan banyak terima
kasih atas pemberian dari kongcu . . . "
"Cuma, Hong Hong, aku sangat berharap, bisa mendengarkan sepatah katamu yang muncul
dari hati yang jujur, benarkah kalian tidak maui emasku itu?"
Hong Hong agak termenung sebentar, kemudian baru berkata:
"Bohong, walaupun kemarin hadir lima puluhan orang nona, tapi sebagian besar mereka
sudah berstatus tamu, hanya kami beberapa oranglah baru benar-benar melakukan pekerjaan
seperti ini"
"Lantas?"
"Bagaimanapun juga, kami harus menampilkan suatu kelebihan yang menunjukkan kalau kami
lebih hebat. dari pada mereka, meski sepuluh tahil emas yang kami peroleh termasuk juga suatu
jumlah yang besar, tapi hal ini belum memperlihatkan profesi dan pekerjaan kami yang
sesungguhnya, karenanya bagaimana pun juga kami harus mendapatkan persen sedikit lebih
banyak dari pada mereka untuk melindungi muka kami!"
"Maka kalianpun segera melaksanakan taktik mengembalikan dulu untuk kemudian meraih
lebih banyak?"
"Dengan keroyalan kongcu, rasanya untuk mendermakan dua tahil emas setiap orang lagi
tentunya tak akan keberatan bukan"
"Hebat, hebat, seandainya aku adalah seorang yang bodoh dan menganggap perkataan kalian
itu sesungguhnya, bukankah kerugian yang bakal kalian derita akan semakin besar?"
"Kami justru berharap demikian, jika Ting kongcu menganggap kami sebagai teman, maka
hasil yang kami peroleh sudah pasti akan lebih besar lagi" kata Hong-Hong.
"Oooh.... mengapa begitu?"
"Pertama, secara berterus terang dan blak blakan kami dapat berkata bahwa Ting tayhiap,
kongcu nomor satu yang paling tersohor di dunia adalah sahabat kami dengan begitu tamu yang
akan menjadi langganan kami mendatang akan bertambah banyak, bahkan harganyapun akan

lebih tinggi berapa kali lipat selain dari masyarakat, menengah kamipun dapat bergerak di
kalangan atas, penghasilan kami pasti bertambah besar"
"Sungguh mengagumkan, apakah masih ada penghasilan lainnya!"
"Ada saja, keuntungan kedua akan kami raih dari Ting kongcu sendiri, setelah kau
menganggap kami sebagai teman, seandainya suatu ketika kami menjumpai kesulitan dan minta
pertolonganmu, mungkin lima kali atau sepuluh kali lipat yang kami minta pun pasti akan kongcu
berikan"
"Yaa aku memang dapat berbuat begitu, asal punya uang tentu akan membantu teman, bagi
diriku hal ini merupakan suatu pekerjaan yang terlalu gampang, Hong Hong dari sini mau tak mau
aku harus menyatakan kekagumanku kepada kalian, bagaimanapun juga cara kerja seorang ahli
memang berbeda dengan orang biasa"
Hong Hong segera tertawa.
"Tapi kongcu pun bukan seorang yang mudah dihadapi, hanya mendermakan sepuluh tahil
emas, semua kesulitan sudah dapat teratasi, untung saja sedikit banyak kami sudah mempunyai
penghasilan, terima kasih kongcu, akupun tak usah mengucapkan kata-kata seperti sampai jumpa
lain waktu atau lain sebagainya, sebab aku tahu peristiwa semacam ini tak mungkin bisa kujumpai
untuk kedua kalinya""
Kemudian dengan penuh kegembiraan merekapun berlalu dari situ.
Sepeninggal mereka Ting Peng menghela napas panjang, kemudian tanyanya kepada Siau
Hiang sambil tertawa .
"Sekarang apakah kau masih menganggap mereka berperasaan dan tahu setia kawan?"
Siau Hiang membungkam dalam seribu bahasa, tapi lama kemudian baru berkata sambil
tertawa lembut. "Lonte tetap lonte! "
"Padahal ucapanmu sekarang serta pandangan salahmu terhadap mereka tadi yang percaya
akan ucapan mereka bukanlah sesuatu yang aneh, sebab kau bukan lonte, memang betul lonte itu
tak berperasaan, tapi lontepun manusia, tak mungkin ia tak berperasaan"
"Kongcu" seru Siau Hiang tak tahan. "yang mengatakan lonte tak berperasaan adalah kau,
yang mengatakan lonte berperasaan juga kau, aku jadi bingung rasanya.
"Lonte bukannya tak berperasaan, kalau tak berperasaan mana mungkin sepanjang malam
mereka dapat membuat orang terpesona dan terbuai dalam suasana yang indah? Kalau boleh
dibilang sesungguhnya mereka sangat berperasaan" kata Ting Peng tertawa.
"Kalau amat berperasaan lantas bagaimana?"
"Bila perasaan mencapai titik jenuh, maka perasaan akan makin menipis, sekalipun amat
berperasaan akhirnya pun akan berubah menjadi makin tak berperasaan.
"Kalau begitu, apakah merek sama sekali tidak memiliki perasaan yang asli?"
"Tidak, walaupun mereka amat berperasaan atau tidak berperasaan, bukan berarti mereka
tidak berperasaan asli melainkan karena mereka kelewat banyak mendengarkan rayuan manis

dari kaum lelaki dan kelewat banyak harus berpura-pura memberikan cinta yang manis, akhirnya
perasaan yang sesungguhnya jadi terpendam di dasar hati dan tak gampang terungkapkan
keluar."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.
"Tapi suatu ketika, bila mereka benar-benar menaruh perasaan yang sebenarnya terhadap
seseorang, maka mereka akan mencintai orang itu dengan setulus hati, mati hidupnya tak akan
dipikirkan dan mereka pun bersedia untuk mengorbankan segala sesuatunya, itulah sebabnya
banyak sekali cerita yang tragis dan mengharukan banyak terjadi dalam rumah pelacuran ."
"Kongcu, tampaknya pengertianmu terhadap kaum pelacur mendalam sekali ...." ujar Siau
Hiang sambil tertawa.
Ting Peng turut tertawa.
"Mendalam sih tidak, cuma aku tahu mustahil aku bisa memperoleh cinta dan perasaan yang
sejati dari mereka . . . dalam keadaan seperti kemarin itu, karena sepuluh tahil emas murni masih
belum dapat memberi perasaan yang asli dari kawanan lonte itu."
"Paling tidak Kongcu toh seringkali bergaul dengan mereka?"
Kembali Ting Peng menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Kalau dibicarakan, mungkin kau tidak percaya, kemarin baru pertama kali aku mengundang
pelacur untuk minum arak, selama hidup akupun belum pernah memasuki sarang pelacur walau
hanya satu kalipun, maka dari itu aku baru melakukannya dalam rumah penginapan dan menyuruh
Tong Gi untuk mengundang semuanya itu, coba kalau aku sendiri yang bertemu dengan suasana
seperti ini, mungkin banyak lelucon yang bakal terjadi, sedang di luar rumah penginapan masih
banyak orang yang menantikan leluconku itu . . . ."
"Kongcu, di luar rumah penginapan sudah tiada orang lagi." Ucap Siau Hiang sambil tertawa.
Ting Peng agak terkejut setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan cepat:
"Sudah tak ada orang lagi? Kemana larinya kawanan manusia yang menjemukan itu? Mereka
sudah pada bubar?"
""Benar, sewaktu nona dan Siau Im masuk, budak menanti di luar, tapi selewatnya tengah
malam mereka telah membubarkan diri, pergi sehingga seorangpun tak ada yang ketinggalan."
Ting Peng merasa amat terkejut, dia memang tak senang diikuti orang banyak, bahkan merasa
benci dan muak karena dikuntil orang terus menerus.
Tapi, setelah mengetahui kalau orang-orang itu lenyap tak berbekas secara tiba-tiba, timbul
perasaan tidak tenang di dalam hati kecilnya.
Biasanya, suatu peristiwa yang berlangsungnya sangat mendadak dan di luar dugaan,
kejadian mana pasti akan membuat orang merasa terkejut bercampur tercengang.
Persoalan yang membuat orang bingung dan tidak habis mengerti, biasanya juga akan
menimbulkan perasaan tak tenang, tak tentram bagi si orang yang menghadapinya.
Lantas, kemanakah perginya orang-orang itu ?"

Mengapa mereka membubarkan diri secara tiba-tiba dan pergi meninggalkan tempat itu?
ooo0ooo
PERISTIWA TAK TERDUGA
KEMANAKAH orang orang itu telah pergi?
Ting Peng bertanya kepada Ah Ku, pertanyaan itu seakan-akan suatu pertanyaan yang sia-sia
belaka, sebab sekalipun Ah Ku tahu, dia juga tak dapat menjawab.
Dia tak dapat berbicara.
Tapi bisu pun mempunyai cara untuk mengemukakan maksud hatinya, namun Ah Ku cuma
menggeleng, ini pertanda, kalau dia benar-benar tidak tahu.
"Kemanakah orang-orang itu telah pergi?" Ting Peng bertanya kepada Siau Hiang sewaktu
berada dalam kereta.
Siau Hiang menggelengkan kepalanya.
"Budakpun tak tahu, budak hanya menyaksikan mereka pergi meninggalkan tempat itu satu
persatu dan amat tergesa-gesa, seperti telah terjadi suatu peristiwa besar yang amat serius, tapi
budak bertugas menjaga rumah penginapan, sehingga tak mungkin budak bisa pergi mengikuti
mereka dan menyelidiki apa gerangan yang telah terjadi."
"Bukan itu yang kutanyakan" kembali Ting Peng menggeleng, "persoalan ini sudah kutanyakan
sekali dan kaupun telah menjawab, sekalipun ditanyakan sekali lagi tak mungkin bisa muncul
jawaban yang baru."
"Lantas apa yang kongcu tanyakan?" tanya Siau Hiang dengan wajah tertegun.
"Yang kutanyakan adalah Cing-cing dan Siau Im?"
"Mereka telah pergi!"
"Akupun tahu kalau mereka telah pergi, yang kutanyakan sekarang kemanakah mereka pergi?
Dan apa yang mereka lakukan?"
"Budakpun tidak tahu, ketika fajar menyingsing tadi, nona memanggil budak untuk masuk,
setelah berpesan kepada budak untuk melayani keperluan Kongcu diapun mengajak Siau Im
berlalu dari situ"
"Apakah tidak mengatakan hendak ke mana dan tidak mengatakan pula karena apa ?"
"Tidak, budk tidak pantas untuk menanyakan hal ini, dan lagi tak dapat bertanya."
"Aku adalah suaminya, paling tidak dia harus memberitahukan hal ini kepadaku"
Siau Hiang tertawa:

"Kongcu, cinta nona kepadamu lebih dalam daripada samudra, dia tak nanti akan melakukan
perbuatan yang akan membahayakan keselamatan jiwamu, apalagi melakukan suatu perbuatan
yang akan menyakitkan hati. . . "
"Aku percaya akan hal ini, tapi sebagai seorang istri, dia seharusnya menemani suaminya"
"Nona berbeda dengan istri-istri yang lain, dia bukan manusia, dia adalah rase"
"Kalau rase lantas kenapa?"
"Rase mempunyai kehidupan ala rase, kehidupannya tidak terdapat dalam alam semesta ini,
kehidupan rase berada di tengah gunung yang terpencil, di dalam kuil yang terbengkalai atau di
tempat-tempat yang tak ada manusianya?"
"Kalau memang begitu, mengapa semalam dia datang ke kota yang amat ramai ?"
"Kalau datang untuk sementara waktu sih boleh, tapi kalau kelamaan bisa merusak
kepandaian yang sedang dilatihnya"
"Tapi dia toh meninggalkan kau di sini untuk melayani aku?"
Agak memerah paras muka Siau Hiang, ujarnya kemudian:
"Budak bukan rase, aku adalah manusia biasa, karena itu hal semacam itu tidak berlaku
bagiku"
Ting Peng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . tak heran kalau aku tak berhasil menemukan ekor di
belakang pantatmu"
Paras muka Siau Hiang berubah semakin merah lagi, bisiknya dengan suara lirih:
"Kongcu, apakah berhasil menemukan ekor di belakang tubuh nona dan Siau Im?"
"Soal ini mah rasanya belum berhasil kutemukan."
Siau Hiang segera tertawa.
"Bila rase ketahuan ekornya, dia tak. berhak untuk mendatangi alam semesta ini, dia lebih
pantas menjadi rase saja""
Sekarang lagi-lagi Ting peng tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh. . . haahhh. . . haaahhhh. . . setelah mendengar ucapanmu itu, aku jadi
kebingungan sendiri untuk membedakan kau adalah manusia rase"
ooo0ooo
SIAU HIANG bukan rase, karena dia sama sekali tidak menunjukkan hawa seekor rase.
Rase tidak bisa hidup dalam kesepian, tapi Siau Hiang dapat di hidup ditengah kesepian.
Rase mempunyai kemampuan yang hebat dengan akal muslihat yang hebat pula, tapi Siau
Hiang amat sederhana, dia pandai ilmu silat, tapi tak pandai segala macam ilmu sesat ..

Rase membutuhkan teman, entah rase langit juga butuh, rase yang berjiwa juga boleh, rase
liar pun boleh juga, ke tiga jenis rase tersebut semuanya membutuhkan teman.
*************************
Halaman 19 - 20 hilang
*************************
Karena perempuan pertama yang dijumpainya adalah perempuan dari jenis yang merangsang
dan jalang, perbuatan perempuan itu telah melukai hatinya. oleh karena itu dia paling memandang
rendah perempuan yang dengan mudah mempersembahkan tubuhnya kepada kaum pria.
Sekalipun dia bukan seorang yang suci, tapi cintanya adalah cinta yang suci, meski Cia Siau
giok telah merayunya dengan ilmu merayu yang hebat, alhasil dia malah kena dihajar keras-keras.
Berada bersama perempuan seperti Siau Hiang merupakan kehidupan yang paling
digemarinya, mereka tanpa tujuan, tak ada urusan penting, maka keretapun bergerak sangat
lambat.. mengelilingi tempat-tempat yang berpemandangan alam indah.
Ting Peng adalah seorang pemuda yang cerdas, tapi tak banyak buku yang dibaca. Sewaktu
masih muda, dia hanya berpikir untuk mencari nama lewat ilmu silat sehingga sebagian besar
waktunya dikorbankan untuk melatih ilmu pedang, seandainya dia tak bersua dengan Liu Yok
siong, mungkin dia akan menjadi seorang jago pedang muda yang ternama, tapi tak akan bisa
mencapai seperti Ting Peng sekarang.
Karena itu perjalanan ini adalah suatu perjalanan pulang, dia ingin kembali ke perkampungan
Siang siong san ceng yang berhasil direbutnya dari Liu Yok siong serta perkampungan megah
yang dibangunnya di hadapan perkampungan Siaang siong san-ceng ketika dia hendak memberi
pukulan batin terhadap Liu Yok siong.
Tempat itu bukan desa kelahirannya tapi disitulah terletak rumahnya, apalagi di rumahnya
masih terdapat istrinya Cing Cing sedang menunggu.....
Walaupun Cing Cing tak pernah memberitahukan kepadanya kemana dia telah pergi, tapi dia
pasti akan pulang ke rumahnya.
ooo0ooo
KERETA mereka sudah hampir mendekati kota Hang ciu.
Ah Ku duduk di depan menjadi kusir kereta, sedang Siau Hiang duduk di sisinya dengan bau
harum semerbak tersiar keluar dari tubuhnya.
Satu-satunya yang berbeda adalah di belakang kereta sudah tidak nampak lagi kawanan jago
silat yang mengikutinya.
Bahkan yang membuat Ting Peng merasa keheranan adalah selama beberapa hari ini,
suasana sepanjang jalan yang dilaluinya amat sepi dan hening.
Bila berada di dalam kota yang ramai, tentu saja tidak bisa menghindari orang lain. Tapi orangorang
itu selalu berusaha untuk menghindari dirinya.

Bila dia sampai dirumah penginapan, maka seisi penginapan akan melayani keperluannya
dengan sikap yang luar biasa, kemudian bila keesokan harinya dia berangkat meninggalkan
penginapan tersebut, tentu ia akan menjumpai penginapan yang besar tersebut hanya didiami
mereka bertiga, sementara lainnya secara diam-diam telah pindah dari situ.
Kemudian bila dia memasuki rumah makan, rumah makan yang semula ramai dan penuh akan
berubah menjadi hening dan serius, kemudian bila ia meninggalkan tempat itu akan dijumpai
dalam ruangan rumah makan yang begitu luas tinggal mereka semeja.
Sepanjang jalan, tak seorang manusiapun yang berani memandang sekejappun ke arahnya.
Bila berada dijalan raya, kereta mereka dapat berjalan dengan leluasa dan bebas tak usah
kuatir menumbuk orang, karena di sekelilingnya tak pernah ada orang.
Seakan-akan kemunculannya membawa sesuatu penyakit menular yang berbahaya.
Ting Peng merasa amat keheranan, dia menanyakan persoalan ini kepada Siau Hiang.
Sambil tertawa Siau Hiang menjawab:
"Kongcu adalah seorang jago lihay nomor wahid dikolong langit, tentu saja mereka tak berani
datang mengusik"
"Apakah setiap orang yang berhasil mencapai tingkat kedudukan yang tertinggi melulu akan
mengalami suasana seperti ini?
""Mungkin saja begitu! Cia Siau hong pernah mengalami suasana seperti ini, itulah sebabnya
ada sementara waktu dia meninggalkan pedangnya, meninggalkan nama besarnya sebagai Sam
sauya untuk menyembunyikan diri dalam sebuah rumah penginapan kecil dan hidup sebagai
seorang kacung kuda""
Tapi, Cia Siau hong tak mungkin seperti keadaanku sekarang bukan...
""Benar, kongcu lebih beruntung nasibnya dari pada dia, kau pun lebih gagah, ilmu pedangnya
memang tiada bandingannya, tapi mempunyai banyak musuh, banyak pula orang yang merasa tak
puas dan datang mencarinya untuk beradu pedang, ingin membunuhnya, ia tak berteman, yang
ada hanya sekelompok musuh besar, sebab itu dia tak pernah mempunyai waktu senggang untuk
hidup bersantai, dia harus menghadapi sergapan dan serangan yang datangnya bertubi-tubi"
"Aku pun telah mengikat tali permusuhan dengan banyak orang"
Siau Hiang tertawa.
"Tapi golok sakti yang kongcu miliki sekarang jauh lebih hebat dari pada ilmu pedang keluarga
Cia waktu itu. sehingga dengan begitu musuh besarmu tak ada yang berani datang untuk mencari
gara-gara dengan kau"
Dengan cepat Ting Peng menggelengkan kepalanya berulang kali.
Aku rasa persoalannya bukan sesederhana itu.
"Kalau memang demikian, sudah pasti ada suatu rencana besar yang sedang dijalankan, siap
untuk menghadapi kongcu, dan saat-saat seperti sekarang adalah saat tenang sebelum tibanya
hujan badai yang maha dahsyat""

"Yaa, mungkin saja memang demikian" Ting peng tertawa "aku berharap mereka bisa datang
secepatnya, daripada aku harus merasa murung bercampur kesal"
"Tapi hingga kini kongcu belum tahu siapakah musuh kita itu" seru Siau Hiang dengan wajah
murung, "biasanya musuh yang bersembunyi dibalik kegelapan merupakan musuh yang paling
menakutkan".
Mendadak ia berhenti dan tidak berbicara lagi, sebab ia melihat Ting Peng berkerut kening
sambil menutupi hidungnya dengan tenang.
Hanya sewaktu mengendus bau busuk yang menusuk hidung saja, orang akan menutupi
hidungnya dengan tangan.
Siau Hiang adalah gadis yang berbau harum, tentu saja bau busuk tersebut bukan muncul dari
tubuhnya, bau busuk tersebut berasal dari dalam hutan di tepi jalan.
Ting Peng segera menitahkan kepada Ah Ku untuk menghentikan keretanya dan masuk ke
hutan untuk memeriksa keadaan di situ, akhirnya mereka berhasil menemukan sumber dari bau
busuk tersebut. . . bau bangkai manusia.
"Yaa, bau busuk yang keluar dari mayat-mayat sekawanan manusia yang telah hancur dan
mulai membusuk."
Tentu saja bau bangkai tiada yang harum, semakin busuk dan rusak keadaan mayat tersebut
baunya semakin menjadi. . . .
Siapa orang yang tewas di situ dan dibiarkan membusuk di dalam hutan di tepi jalan?
ooo0ooo
BANJIR DARAH DIMANA-MANA
BAU mayat merupakan sejenis bau busuk yang paling sukar ditahan baunya.
Bau adalah sejenis udara busuk tapi selamanya bukan suatu yang memuakkan.
Misalnya bau busuk yang keluar dari durian, semakin baunya tajam, semakin menggairahkan
orang yang hendak memakannya.
Ada orang yang ingin membuka kakinya yang telah bersepatu berhari-hari, mencampuri
keringat kaki dengan lumpur lalu membuatnya suatu bulatan, konon bila endus didekat lubang
hidung, bau tersebut merupakan suatu kenikmatan yang tak terkirakan.
Ada pula orang yang suka makan telur asin yang bau, ikan bau, daging bau atau sayur asin
bau.
Bahwa ada pula yang suka mengendus bau kentut sendiri, sudah tahu kalau kentut itu bau,
tapi bila ia berkentut hidungnya selalu mengendus bau kentut dengan penuh kenikmatan.
Anjing suka makan najis.
Dan masih banyak lagi bau busuk yang digemari manusia atau binatang, hal-hal aneh seperti
itu sudah bukan merupakan suatu keanehan lagi.

Tapi tak mungkin ada orang yang suka mengendus bau busuk yang tersiar keluar dari mayat
yang telah rusak dan membusuk.
Sebab bau busuk tersebut merupakan sejenis bau yang memuakkan, bau busuk yang penuh
dengan pancaran kematian dan keseraman yang menggidikkan bulu roma.
Hanya ada dua jenis binatang yang tidak muak terhadap bau busuk semacam ini.
Pertama adalah lalat dan kedua adalah ulat pembusuk.
Konon di gurun pasir terdapat pula sejenis burung elang pemakan bangkai, burung-burung
itupun tidak muak terhadap bau busuk bahkan paling menggemarinya, dari tempat yang amat jauh
mereka sudah dapat mengendus bau bangkai dan datang untuk menikmatinya.
Tapi di wilayah kanglam, tiada burung pemakan bangkai seperti itu.
Yang di jumpai disitu hanyalah lalat hijau berkepala merah serta ulat-ulat pembusuk yang
bergerak ke sana kemari.
Ketika Ting Peng berjalan masuk ke hutan, "Nguuung .... !" "segerombol lalat besar segera
berterbangan ke angkasa, kemudian pelan-pelan hinggap kembali di atas mayat-mayat tersebut.
Mayat yang berserakan di situ berjumlah puluhan sosok lebih, saat kematian mereka pun
belum terlalu lama, karena bau busuk hanya ke luar dari dalam lubang hidung dan mata mereka,
meski isi perut mereka sudah mulai membusuk, namun belum sampai merembes ke luar.
Tapi ulat-ulat pembusuk itu sudah menyebar sampai di mana-mana, ulat-ulat tersebut sudah
merangkak keluar dari balik lubang telinga dan lubang hidung mayat tersebut.
Kalau di lihat dandanan mereka, kawanan tersebut merupakan jago persilatan, senjata
berserakan disekitar tubuh mereka, hanya saja golok dan pedang itu belum diloloskan dari
sarungnya atau baru saja diloloskan setengah.
Dengan memaksakan diri Ting Peng menutupi hidung dan memeriksa salah satu mayat
tersebut, setelah dibolak-balik ke sana kemari dan diperhatikan beberapa saat, ia jumpai mayat itu
berada dalam keadaan utuh dan tidak ditemukan mulut luka apa-apa.
Satu-satunya penyebab kematian mereka adalah sebuah pukulan di atas tenggorokannya,
seperti terhajar oleh telapak tangan, pukulan yang mematikan tersebut hanya meninggalkan
segumpal warna hijau yang telah meremukkan tulang tenggorokan mereka.
Puluhan sosok lainnya semua berada dalam keadaan seperti itu, tanpa terasa Siau Hiang
menjerit kaget.
"Mengapa kau berteriak?" tiba-tiba Ting Peng berpaling sambil menegur.
"Mayat . . . mayat. . . mayat itu. . .""
"Kau kenal dengan mereka?"
Siau Hiang sangsi sejenak lalu mengangguk.
"Yaa, mereka adalah orang-orang yang mengikuti di belakang kereta kongcu berapa hari
berselang"

"Aneh, mereka hanya sekelompok manusia dari golongan kelas tiga, tak mungkin bisa
mengikat tali permusuhan dengan jago-jago lihay, siapakah yang telah membinasakan mereka?"
"Sekali lagi dia memeriksa sekejap mayat-mayat itu kemudian sambungnya lebih jauh:
"Mereka semua mati karena tulang tenggorokannya hancur dihajar orang dengan telapak
tangan, sudah pasti orang yang melakukan pembunuhan ini adalah seorang jagoan yang berilmu
amat tinggi.
Ah Ku maju ke muka dan mengusap tenggorokan beberapa sosok mayat itu dengan
tangannya kemudian merentangkan telapak tangannya untuk diperlihatkan kepada Ting Peng.
Telapak tangannya berwarna hitam oleh sebab itu dapat kelihatan jelas kalau diatasnya
tampak sedikit serbuk perak yang halus.
"Aaaah Gin liong jiu (tangan sakti naga perak)! Pekik Siau hong dengan perasaan kejut
bercampur keheranan.
"Apakah sih Gin liong jiu itu?" tanya Ting Peng hambar.
Siau Hiang agak termenung sejenak kemudian baru berkata:
"Gin Liong jiu adalah semacam ilmu silat, juga seorang manusia, lengan orang ini terbuat dari
perak, golok maupun pedang tak nanti mampu membacok kutung lengan tersebut, tapi bila dia
hendak membunuh orang maka dicekiknya leher orang itu dengan tangan perak hingga tulang
leher orang itu hancur dan tewas"
"Aaaaah masa orang itu sudah betul-betul kebal sehingga tidak kuatir dipukul maupun
dibacok?"
"Soal ini budak kurang begitu tahu" kata Siau Hiang takut, "agaknya dia mengenakan sarung
tangan yang berwarna perak badannya mengenakan kaos kutang yang bersisik perak, mukanya
memakai topeng berwarna perak dan kepalanya mengenakan kopiah perak ...."
"Waaah, kalau begitu dia kan menjadi seorang manusia perak" ujar Ting Peng tertawa.
"Kongcu, budak bukan lagi bergurau, dalam dunia persilatan benar-benar terdapat manusia
semacam ini, dia adalah salah seorang diantaranya empat Tianglo perkumpulan Mo kau"
"Empat tianglo dari Mo kau?" Siau Hiang manggut-manggut.
"Benar, Mo kau mempunyai empat orang tianglo, mereka adalah Kim Say (singa emas), Gin
Liong (naga perak ), dan Thi Yan (walet baja)"
"Ooooh . ...bukankah Thi-Yan tianglo adalah sepasang suami istri yang tangannya kena
kukutungi?"
"Benar, suami istri berdua itu menamakan dirinya sebagai Thi Yan-Siang hui (walet baja
terbang bersama), tapi hanya suaminya yang menjadi tianglo cuma saja lantaran suami istri
berdua itu selalu berada bersama dan tak pernah berpisah satu sama lainnya dimana dan disaat
apapun selalu bersama maka nama Thi-Yan-Siang hui baru termasyhur sekali dalam dunia
persilatan"

Ooooh, kalau begitu Gin liong datang mencari aku utuk membalaskan dendam bagi Thi Yan
siang hui, tapi toh aku yang telah mengutungi lengan mereka, sepantasnya jika ia datang
mencariku, mengapa orang-orang itu yang dibantai olehnya?"
Siau Hiang seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya niat tersebut diurungkan .
Ting Peng menjadi tak sabar, segera tegurnya.
"Siau Hiang, bila ada perkataan utarakan saja berterus terang, jangan ragu-ragu macam
begitu."
"Soal ini budak kurang jelas. tapi banyak kudengar orang luar berkata konon diantara empat
tianglo dari Mo kau, Kim say, Gin liong dan Thi yan telah berkhianat kepada Mo kau"
"Ooh..., dari suatu perguruan kalau ada tiga orang tianglo diantaranya yang telah berkhianat,
bukankah berarti perkumpulan mereka sudah mendekati kepunahan?"
"Sewaktu Mo kau malang melintang dalam dunia persilatan dulu, banyak perguruan besar
yang terdesak hingga tak mampu mendongakkan kepala. Kelima orang Ciangbunjin dari lima
partai besar selalu berusaha keras untuk menanggulangi keadaan tersebut, akhirnya secara
beruntun ketiga orang tianglo Mo kau itu berhasil mereka suap, apalagi setelah memperoleh
bantuan dari Cia sam sauya dari perkampungan Sin kiam san ceng berbondong-bondong mereka
menyerbu markas besar Mo kau kemudian mengeroyok kaucu dari Mo kau hingga terjatuh dari
jurang dan mati seketika sejak saat itulah pamor Mo kau kian lama kian bertambah pudar"
"Thi yan tianglo memiliki lencana bebas dari kematian, mungkinkah mereka peroleh lencana
tersebut waktu itu?"
"Mungkin saja, Seperti yang diketahui selama memangku jabatan sebagai tianglo dalam Mo
kau, mereka kelewat banyak membunuh orang-orang persilatan, untuk menghindari pembalasan
dendam keturunan dari korban pembunuhnya di kemudian hari, kelima orang ketua partai besar
pun bersama-sama menghadiahkan sebuah lencana bebas dari kematian-kematian untuk mereka.
"Kalau toh kekuatan Mo kau sudah begitu besar, kedudukan ke empat orang tianglo itupun
begitu tinggi, mengapa mereka mau berkhianat kepada perkumpulan Mo kau?"
"Waaah, kalau soal itu mah budak kurang tahu"
"Tapi toh ada khabar anginnya bukan?."
"Pada hakekatnya persoalan tersebut merupakan suatu rahasia yang sangat besar kecuali
Ciangbunjin dari lima partai besar, sedikit sekali ada orang yang mengetahuinya sebab Mo kau
sendiri sebenarnya memang satu perkumpulan rahasia meski kekuasaan sangat besar namun
amat jarang melakukan tindakan secara terbuka, bahkan ada sekawanan jago persilatan yang
malah tak tahu kalau dalam dunia persilatan terdapat suatu perkumpulan semacam ini, tak heran
kalau khabar angin tentang merekapun tidak banyak jumlahnya"
"Darimana pula kau bisa tahu?"
Siau Hiang agak tertegun kemudian baru sahutnya:
"Oleh karena budak selalu mengikuti siocia dan berhubungan dengan siluman rase seperti
yang diketahui siluman rase mempunyai kepandaian yang hebat dengan memiliki kemampuan
untuk mengetahui segala-galanya, sedang budakpun amat gemar mendengarkan kisah-kisah

cerita tentang dunia persilatan, sedikit-sedikit akhirnya membukit, itulah sebabnya hamba jadi
mengetahui akan kejadian tersebut"
"Oooh, apakah Cing cing pun tahu juga?"
"Apa yang diketahui nona jauh lebih sedikit daripada yang budak ketahui, dia melatih ilmu rase
langit, hakekatnya dia tak ambil perduli terhadap segala macam masalah yang terjadi dialam
semesta ini"
"Lalu siapa yang mengetahui paling banyak?"
Siau Hiang segera tertawa.
"Mungkin saja tak ada, budak adalah orang paling tahu banyak tentang persoalan dalam,
dunia persilatan. karena budak selalu memperhatikan dengan seksama, nona minta kepada budak
agar selalu mendampingi kongcu, hal inipun dikarenakan kongcu mengetahui persoalan tentang
dunia persilatan kelewat sedikit, ia minta kepada budak agar selalu memberikan gambarangambaran
untuk kongcu pertimbangkan"
"Tapi.... kau toh buktinya tidak mengetahui tentang masalah yang sedang kita hadapi
sekarang?"
"Bukankah budak sudah bilang pembunuhnya adalah Gin liong tianglo?"
"Tapi persoalan tentang Gin liong tianglo tidak banyak yang kau ketahui, seperti misalnya
mengapa dia sampai menghianati Mo kau, mengapa harus membunuh orang-orang itu? Paling
tidak, kau toh mesti memberikan sebuah jawaban yang jelas kepadaku"
"Besok budak akan mencoba untuk menyelidiki persoalan itu, bila sudah ada hasilnya akan
kulaporkan kepada kongcu, setuju bukan ....?"
"Apakah besok kau sudah tahu? Kau akan menyelidikinya dari siapa?"
""Asal budak lakukan ilmu mengundang rase dan menanyakan soal ini kepadanya, segala
persoalan akan menjadi jelas dengan sendirinya"
"Oooh, kau pandai ilmu memanggil rase?"
"Benar, majikan tua adalah kaisar dari para rase, setiap rase yang ada di dunia ini di kuasahi
oleh majikan tua, tentu saja budakpun mengerti tentang ilmu memanggil rase"
Ting Peng tidak banyak berbicara lagi, dia cuma memandang sekejap ke arah Siau Hiang,
setelah itu manggut-manggut dan membungkam dalam seribu bahasa.
Siau-Hiang sendiripun tidak berbicara lagi, untuk sesaat suasana menjadi hening sepi...
ooo0ooo
SARANG KELINCI
TING PENG telah sampai dirumah.

Tapi Cing-cing tak ada dirumah, Siau Im juga tak ada dirumah, mereka sama sekali belum
pulang ke rumah"
Hanya Liu Yok siong yang menjemukan berada seorang di situ.
Dengan gaya yang tengik dia berjalan mendekat, lalu berkata:
"Suhu kau orang tua telah kembali?"
Yaa aku sudah kembali " sahut Ting Peng sambil tertawa " Song ji dalam kepergianku kali ini
tentu kau sangat repot dirumah"
"Aaaah mengapa suhu berkata begitu? Hal tersebut sudah merupakan kewajiban dari tecu,
harap kau orang tua jangan berkata demikian"
Kemudian dengan nada menyelidik dia bertanya lagi:
"Konon suhu telah berjumpa dengan Cia Siau hong dalam perjalanan kali ini?"
"Ehmm, yaa betul aku memang telah bersua dengannya, apa pula yang sempat kau dengar?"
"Soal pertarungan antara suhu dengan Cia Siau hong, di luar santer tersiar berita yang
mengatakan suhu telah menang, tapi ada pula yang mengatakan suhu kalah, bahkan ada pula
yang mengatakan kalian berimbang, tiada yang menang dan tiada yang kalah, tecu tak tahu
manakah yang benar""
"Lantas menurut pendapatmu? seharusnya termasuk yang mana?"
"Tecu benar-benar tak tahu, Itulah sebabnya tecu mohon penjelasan dari suhu"
"Kau mengharapkan aku menang? Ataukah kalah ?"
"Soal ini. . . tentu saja tecu mengharapkan kemenangan berada di pihak suhu, dengan begitu
seandainya orang lain menanyakan soal ini kepada tecu, tecupun merasa agak bangga"
"Kalau begitu, katakan saja demikian kepadanya"
Liu Yok siong nampak agak tertegun, kemudian serunya:
"Jadi suhu benar-benar telah berhasil mengalahkan dia?"
Ting Peng tertawa.
"Asal kau berkata demikian, sudah pasti tak ada orang yang membantah, termasuk Cia Siau
hong sendiripun tak akan membantah"
"Kalau benar suhu yang menang, mengapa ada orang yang menyatakan bahwa suhu kalah
atau seimbang?"
Kembali Ting Peng tertawa.
"Itukan cuma berita belaka, karena akupun tidak membantah"
Liu Yok siong semakin tertegun. .

"Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Bila kau ingin mengetahui kenyataan yang sebenarnya, maka beginilah kejadiannya, meski
kau meski kami berdua telah bersua muka, namun hanya melakukan sesuatu perbincangan yang
mendalam, tak sampai melakukan pertarungan apa-apa. . . ?"
"Tidak sampai bertarung ?"
"Benar, tidak sampai bertarung, tapi kami benar-benar telah melangsungkan suatu duel sengit"
"Kalau tidak bertarung, bagaimana mungkin bisa berduel sengit? Apakah kalian bertempur
secara lisan?"
"Itu pun tidak. Kami hanya saling bertukar pikiran saja tentang pengetahuan kami dalam ilmu
silat, akhirnya kedua belah pihak sama mendapatkan penjelasan yang amat bermanfaat, aku dan
dia sudah tak perduli tentang soal menang kalah lagi setelah pedang saktinya dan golok saktiku
dilancarkan bersama, siapa pun tak berhasil mematahkan jurus serangan dari lawannya, aku bisa
saja mati di ujung pedangnya, tapi diapun akan tewas pula di ujung golokku, sebab itu diantara
kami berdua sudah tidak persoalkan menang kalah lagi"
"Masa menang kalah saja tak bisa dibedakan?"
Ting Peng tertawa.
"Ya, dalam hal ini dibilang seimbang atau sama kuat, siapa lebih lihay dan siapa lebih lemah
tentu saja ada cuma tiada orang yang akan memperebutkan soal menang kalah tersebut, yang di
maksud menang setingkat adalah lebih mampu untuk mengendalikan jurus serangan sendiri,
sehingga bila mana perlu bisa menarik kembali ancamannya dan tak sampai melukai pihak lawan"
"Lantas. apakah bagi diri pribadi pun bisa aman dan selamat?"
"Tidak, kecuali kalau pihak lawan pun memiliki kepandaian yang sama lihaynya, kalau tidak,
hanya akan mati ditangan lawan saja. Menggunakan kematian untuk mencari kemenangan,
haaahh ...haaaahhh ....dia bukan orangnya keputusan"
"Kemudian?" Liu Yok-Siong seperti agak kecewa.
"Mungkin saja di kemudian hari, bila kami berdua sudah tak ingin hidup lagi, kami baru akan
mencari lawan untuk berduel dan menggunakan kematian sendiri untuk menentukan kepandaian
siapakah yang lebih hebat"
"Seperti Yan Cap-Sah mengalahkan dia dahulu?"
"Tidak sama, Yan Cap-sa belum dapat mengendalikan jurus pedang sendiri, dia hanya lihay
dalam jurus serangan tapi akhirnya harus berkorban juga oleh jurus serangannya, berbeda dengan
Cia Siau Hong yang dapat mengendalikan jurus serangannya, olieh sebab itulah Yan Cap-sa kalah
di tangannya "
"Tentang soal ini, tecu amat bodoh harap suhu bersedia banyak memberi petunjuk..
"Dia menang karena dia hidup dan Yan Cap sa kalah karena dia mati, bukankah hal ini
merupakan sebuah bukti yang jelas"

"Tapi bukankah hal itu malah bertolak belakang dengan apa yang suhu katakan barusan?"
"Benar, kelihatannya bertolak belakang, tapi dalam kenyataan tidak bertolak belakang, bila
seseorang dapat membuat musuh yang mengalahkan dirinya bunuh diri, hingga selembar jiwa
sendiri selamat, apakah orang ini bisa dikatakan sebagai pihak yang kalah."
Liu Yok siong menghela napas.
"Teori suhu kelewat dalam, tecu benar-benar tidak habis mengerti" katanya.
"Yaa, hal ini tak bisa disalahkan, sebelum ilmu silatmu berhasil mencapai tingkatan yang tinggi,
memang tidak mudah untuk memahami akan hal tersebut, cuma asal kau bisa memahami apa
yang kukatakan maka kemajuan yang kau raih akan pesat sekali, bahkan meningkat selangkah
lebih ke atas, kau dapat menjadi seorang jagoan ke tiga"
"Jago ke tiga?"
"Benar, aku, Cia Siau hong berada di muka mu, kau tak nanti bisa melampaui kami"
Menghadapi sikap angkuh yang menggemaskan ini Liu Yok siong benar-benar merasa amat
gemas, kalau bisa dia ingin mencengkeram tubuh Ting Peng lalu menginjaknya keras-keras.
Tentu saja hal demikian itu tak bisa dia lakukan, maka sambil tertawa merendah ujarnya:
"Aaaah, tecu tak berani sebanding dengan suhu bisa menjadi jagoan nomor tiga pun, sudah
lebih dari cukup"
"Bagus sekali" Ting Peng tertawa, ""anak pintar memang bisa diberi pelajaran, tidak sulit
sebenarnya bila kau ingin mencapai ke tingkatan seperti itu, cuma mesti melakukan seperti apa
yang kukatakan"
"Silahkan suhu memberi petunjuk""
"Carilah sebuah tempat untuk memisahkan diri dari keramaian dunia, berlatihlah tekun selama
sepuluh tahun dengan menghadap ke dinding, selama sepuluh tahun ini, kau harus melupakan
segala-galanya, agar dirinya menjadi kosong tanpa suatu beban, lupakan segenap kepandaian
silatmu dulu, maka bila kau munculkan diri lagi, kau sudah akan menjadi jagoan yang tiada
tandingannya lagi di dunia ini."
"Masa begitu gampang?" Liu Yok siong agak kecewa.
"Jangan kau anggap cara itu gampang, sesungguhnya kau sudah memiliki dasar ilmu silat
yang sangat baik, yang kurang adalah perasaan dan pikiranmu belum dapat berpadu, seandainya
kau bisa mengosongkan pikiran sehingga perasaan dan pikiran berpadu, sekalipun menggunakan
sebuah jurus serangan yang paling sederhanapun akan menghasilkan suatu kekuatan yang luar
biasa."
"Tecu mengerti, itulah suatu tingkatan ilmu silat yang luar biasa, sayang tecu bukan termasuk
manusia yang berbakat demikian."
"Kalau begitu, selama hidup kau hanya akan tersangkut pada tingkatan kelas dua saja."
"Tecu Cuma berharap bisa menjadi jagoan yang paling top diantara jago-jago kelas dua saja,
sebab hal itu sudah lebih dari cukup bagiku."

Ting Peng segera tertawa.
"Kalau begitu mah gampang sekali, bila ada waktu senggang, belajarlah dari Ah Ku, asal kau
bisa mempelajari satu dua macam saja kepandaiannya, kau akan menjadi seorang jagoan yang
paling top."
"Manusia macam apakah yang dimaksudkan sebagai manusia top?"
"Seperti ciangbunjin lima partai besar, juga seperti suhengmu dulu Lim Yok peng"
"Konon Lim Yok peng juga dikalahkan di ujung golok suhu" kata Liu Yok siong sambil
menghembuskan napas panjang.
Ting Peng segera tertawa.
"Itu mah bukan bertanding namanya, Kau adalah muridku sedangkan dia adalah suhengmu,
aku hanya memberi pelajaran saja kepada seorang angkatan muda, oleh karena itu aku hanya
mengutungi pedangnya menjadi dua bagian, siapa tahu kalau nyalinya kelewat kecil, ternyata dia
menjadi bodoh karena ketakutan."
Selama hidup Liu Yok siong tak pernah menaruh kesan baik terhadap kakak seperguruan itu,
tapi sekarang dia merasa sakit hati atas kekalahan yang diderita kakak seperguruannya itu, dia
ingin menghadiahkan pula sebuah bacokan ke atas kepala Ting Peng.
Cuma sayang hal itu hanya berani dipikir dalam hati saja dan tak punya keberanian untuk
melaksanakan secara nyata.
"Song ji" terdengar Ting Peng bertanya:
"Dalam dunia persilatan kau selalu tersohor karena tajamnya pendengaranmu, sewaktu aku
akan kembali telah menemukan suatu peristiwa besar, tahukah kau?"
"Peristiwa besar apakah yang suhu maksudkan?"
"Dalam sebuah hutan tujuh puluh li di barat kota Hang ciu telah kutemukan tujuh belas orang
jago persilatan yang terbunuh dan terdapat dalam hutan. . . ."
"Oooh, sudah terjadi peristiwa itu ?" Liu Yok siong kelihatan sangat terperanjat.
Tiba-tiba Ting Peng membentak dengan suara keras.
"Aku sedang bertanya kepadamu, tahukah kau akan hal ini, hmmm, jika kau berani
mengatakan tidak tahu, sekali bacok kubunuh dirimu."
Ketika Liu Yok siong menyaksikan Ting Peng telah mengangkat golok bulan sabitnya, kontan
paras mukanya berubah hebat, karena dia tahu Ting Peng bukan sedang bergurau.
Di bawah ancaman kematian, terpaksa dia harus menjawab:
"Tecu tahu !"
Pelan-pelan paras muka Ting Peng berubah agak mengendor, katanya lebih jauh.

"Kau masih terhitung tahu malu juga, Liu Yok siong, apa saja yang sedang kau pikirkan dalam
hatimu, sudah kuketahui semua, oleh karena itu selama berada di hadapanku lebih baik kau
jangan berlagak bodoh atau sok pintar."
Rasa kaget dan takut masih mencekam perasaan Liu Yok siong, buru-buru serunya lagi.
"Suhu, seandainya tecu benar-benar tidak tahu, bukankah aku bakal mati penasaran karena
kau bacok?"
Seandainya kau benar-benar tidak tahu, akupun tak akan mendesakmu, bukankah sudah
kukatakan tadi, apa pun yang kau pikirkan dalam hatimu sudah kuketahui lebih dulu dengan
jelas?"
ooo0ooo
LIU YOK SIONG memandang sekejap wajah Ting Peng, ia rasa seram telah menyelimuti
seluruh wajahnya.
Bila seseorang yang bertujuan jahat namun tak dapat merahasiakan isi hatinya di hadapan
musuh sendiri yang paling tangguh, maka keadaannya saat itu pasti menyerupai kelinci yang
dikurung dalam kandang harimau.
Walaupun kelinci itu pintar dan lincah namun berada dalam keadaan seperti itu keadaannya
ibarat orang yang dijatuhi hukuman mati, cepat atau lambat akhirnya bakal ditelan harimau juga.
Sambil tertawa Ting Peng berkata lagi.
"Ketika aku membicarakan persoalan tersebut tadi, aku tidak tahu kalau kau menghormati
akan persoalan itu maka pertanyaan yang ku ajukan pertama kalinya tadi merupakan
pertanyaanku yang sebenarnya.
"Apakah pertanyaan tecu tadi menimbulkan suatu kecurigaan bagi suhu?"
"Benar! Penampilanmu ketika itu amat kaget dan gugup tapi berlagak seakan-akan tiada
persoalan, disinilah letak titik kelemahanmu, karena pada hakekatnya kau bukanlah seseorang
yang terlalu memperhatikan keselamatan jiwa orang lain, bila kau benar-benar tidak tahu, kau
pasti akan bertanya siapa-siapa saja yang telah mati, tapi kau menaruh perhatian terhadap
persoalan lain, hal ini membuktikan kalau kau sudah tahu siapa-siapa yang telah mati"
Sekali lagi Liu Yok siong merasa gemas terhadap diri sendiri, dia ingin menghadiahkan sebuah
tamparan untuk diri sendiri dan memaki dirinya goblok, kalau kebiasaan sendiripun tidak diketahui,
bagaimana mungkin bisa berlagak pilon?
Tapi dia lupa kebiasaan seseorang seringkali hanya diketahui orang lain, sedang dia sendiri
justru merupakan satu-satunya orang yang tidak mengetahuinya.
Ting Peng tidak memberi kesempatan yang terlalu banyak baginya untuk mengomeli diri
sendiri, kembali tanyanya:
"Kenapa orang-orang itu mati?"
Kali ini Liu Yok siong tak berani berbohong:
"Konon mereka mati ditangan Gin Liong Jiu!"

"Siapa pula yang dinamakan tangan sakti naga perak tersebut?"
"Gin Liong jiu adalah salah seorang dari empat Tianglo Mo-kau, ilmu silat khusus dari Gin-
Liong Tianglo, dengan Thi Yan siang Hui suami istri yang suhu lukai tempo hari, mereda berasal
dari satu aliran yang sama "Mengapa ia membunuhi orang-orang tersebut"
"Soal ini kurang tahu, tecu hanya mendengar dari salah seorang korban yang berhasil lolos
dari bencana tersebut, dari mulutnyalah aku mengetahui bentuk muka si pembunuh sadis tersebut
dan tecupun lantas menduga sebagai Gin Liong Tianglo, mungkin orang lain tak akan mengetahui
akan hal ini"
"Menurut pendapatmu, mungkinkah dia sengaja mencari gara-gara denganku ...." "
"Seharusnya tak mungkin, jika dia ingin membalaskan dendam bagi Thi yan siang hui suami
istri, sudah sepantasnya kalau secara langsung datang mencari suhu dan tidak seharusnya
melimpahkan kemarahannya kepada orang yang tak ada sangkut pautnya dengan peristiwa ini."
"Siapa tahu kalau dia ingin mengunjukkan kelihaiannya lebih dulu, maka sepanjang jalan yang
kulalui, dia membunuhi kawanan manusia tersebut?"
"Kemungkinan kesitu memang selalu ada" kata Liu Yok siong dengan bersungguh-sungguh.
"orang Mo kau memang selalu kompak dan setia kawan, penghinaan terhadap mereka bisa
dianggap sebagai penghinaan terhadap seluruh anggota perkumpulan biasanya mereka bertekad
akan membunuh lawannya sampai mati , itulah sebabnya setiap orang yang menyinggung soal Mo
kau dimasa lalu, rata-rata berubah muka."
"Berapa banyak yang kau ketahui tentang soal Mo kau ?"
Terbatas sekali yang tecu ketahui tentang karena mereka terlalu misterius, orang luar jarang
sekali mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya."
"Aku perintahkan kepadamu sekarang untuk pergi menyelidiki persoalan ini, sebab dan
musababnya, besok harus memberi jawaban kepadaku"
"Soal ini. . . . tecu kuatir. . . "
"Liu Yok siong, perduli cara apapun yang kau pergunakan, aku hanya tak mau dengar kau
berkata kalau tugas ini tak sanggup kau lakukan, besok sebelum matahari terbenam, bila kau tak
memberi jawaban kepadaku, lebih baik carilah tempat yang berpemandangan baik untuk
menantikan kedatanganku, ingat sebelum matahari terbenam besok."
Liu Yok siong tak berani berbicara lagi setelah memberi hormat dia lantas mengundurkan diri
dari situ, ketika tiba di luar pintu, ia baru mencaci maki Ting Peng sampai ketiga puluh enam
keturunannya.
ooo0ooo
HILANGNYA SANG BIDADARI
BULAN sepuluh tengah malam, malam itu gelap gulita tak bersinar.
Langit mendung, banyak awan, suasana gelap gulita.
Sebuah gedung besar yang terbengkalai konon dihuni oleh dewa rase, oleh karena itu oleh
pemiliknya gedung mana dijual kepada sepasang suami istri tua dengan harga bantingan.

Mereka berdua tidak begitu takut dengan siluman rase, pada saat itu juga kedua orang tua ini
sudah pindah ke sana dan menetap dalam gedung tersebut.
Kepada semua orang, mereka mengatakan kalau didalam kebun benar-benar ada rasenya,
cuma dewa rase kasihan kepada mereka yang sudah tua, maka diijinkan tinggal di tempat itu.
Tentu saja ada pula orang-orang iseng yang ingin tahu secara diam-diam, mereka melakukan
pengintaian diwaktu malam, mereka menyaksikan dalam kebun terdapat perempuan cantik dan
lelaki ganteng, tapi apa yang dilihat hanya sekejap mata, menyusul kemudian kesadaran mereka
lenyap tak berbekas.
Keesokan harinya mereka akan temukan dirinya digantung di atas tiang bendera yang tinggi di
atas loteng tembok kota, telinga mereka hilang sebelah.
Sejak peristiwa itu, tak ada orang yang berani mengintai gedung seram itu lagi.
Cing cing dengan membawa Siau Im, justru secara diam-diam memasuki gedung itu.
Sesosok bayangan manusia yang tinggi besar menghadang jalan perginya, orang itu
berpakaian perang dari baja dengan wajah hijau membesi, ternyata orang itu adalah dewa bukit
yang pernah dijumpainya dalam kuil tempo hari.
Sewaktu ia membungkukkan badan memberi hormat, pakaian perangnya berdentingan
nyaring.
Nada suaranya pun seperti batu dan tembaga yang saling bergesekan, sangat menusuk
pendengaran.
"Aku menjumpai tuan putri, mengapa tuan putri datang lagi kemari?"
"Aku ada urusan penting ingin berjumpa dengan yaya, sulit benar tempat yang kalian
pergunakan sekarang, aku sudah mencarinya selama beberapa hari sebelum menemukannya.
Paras muka Dewa bukit itu dingin tanpa emosi, tapi nada suaranya membawa kehangatan, ia
berkata:
"Tuan putri, kau tidak seharusnya datang kemari, majikan tua telah berpesan, ia enggan
mengadakan kontak lagi denganmu, sekarang kau sudah terlepas dari ikatan perguruan"
"Aku mengerti!," kata Cing cing, seandainya anggota perkumpulan tiada yang mencari garagara
denganku, akupun tak akan datang kemari"
"Ada anggota perkumpulan yang mencari tuan putri? Aaah, hal ini mustahil bisa terjadi?"
"Pasti tak bakal salah lagi, bahkan diapun membawa lencana ular emas milik yaya, oleh sebab
itu aku ingin menanyakan soal ini kepada yaya"
"Sudah pasti tak akan pernah terjadi peristiwa tersebut, malah berapa hari berselang majikan
tua masih memperingatkan kepada kami, agar kami jangan melakukan hubungan kontak lagi
dengan Tuan putri..."
"Tapi lencana ular emas milik yaya tak mungkin dipalsukan orang bukan? Apalagi kalau orang
yang membawa perintah itu adalah Kim-ih si ci (utusan berbaju emas)" .

Dewa bukit agak tertegun, kemudian serunya keheranan:
""Aaaah, masa ada kejadian seperti ini? Sekarang semua lencana ular emas berada di bawah
kekuasaanku, seandainya ada peristiwa semacam ini, sudah pasti akan kuketahui, sebenarnya
apa yang terjadi? Perintah apakah yang diturunkan majikan tua lewat lencana ular emasnya....?"
"Yaya hendak membunuh suamiku!.."
Dewa bukit nampak terperanjat sekali.
"Aaaah, tak mungkin terjadi peristiwa semacam ini, mana mungkin majikan tua menurunkan
perintah seperti itu? Ia sangat kagum dan gembira atas sukses yang berhasil diraih Ting kongcu
belakangan ini, dia merasa walaupun kemampuan perguruan kita kian hari kian bertambah lemah,
namun ilmu golok perguruan kita justru berhasil memperoleh kemajuan yang luar biasa ditangan
Ting kongcu, di kemudian hari nama perguruan kita mungkin akan bertambah cemerlang bersama
dengan makin tenarnya nama Ting kongcu! .."
"Paman Tong, aku tidak akan membohongimu" kata Cing cing, lencana ular emas di turunkan
kepada budak ini, dialah yang diwajibkan membunuh suamiku, untung sebelum ia sempat turun
tangan, aku berhasil menghalangi niatnya, dia bilang telah memperoleh perintah yaya lewat
lencana ular emas tersebut, maka dari itu aku khusus datang mencari yaya untuk menanyakan
persoalan ini, aku ingin tahu maksud hatinya yang sebenarnya"
Dewa bukit memandang ke arah Siau Im, sorot mata yang memancar keluar dari balik topeng
tembaga hijaunya mencorong tajam bagaikan sembilu, suaranya pun turut berubah menjadi serius
pula.
"Siau im! Benarkah itu?" bentaknya.
Dengan ketakutan Siau Im mundur selangkah ke belakang, kemudian baru jawabnya:
"Benar"
"Apakah utusan ular emas sendiri yang menyerahkan lencana ular emas kepadamu?"
"Benar, sewaktu menyerahkan lencana ular emas, ia menyampaikan pula perintah dari
majikan"
"Kau tak bakal salah melihat orang?"
"Tak mungkin, ketika budak masuk ke dalam perguruan, dialah yang membawaku, apalagi
budak pernah belajar silat selama berapa tahun darinya. . . "
"Betulkah ia telah menyerahkan lencana ular emas tersebut kepadamu?"
"Benar, budak telah menyerahkan lencana ular emas itu kepada nona. . . ."
Baru saja Cing cing akan mengeluarkan lencana itu, Dewa bukit telah menukas.
"Taun putri tak usah memperlihatkan kepada hamba, lencana ular emas itu tak bakal palsu,
Cuma sudah tidak berlaku lagi."
"Sudah tidak berlaku lagi?" Cing cing tertegun.

"Berapa hari berselang, utusan baju emas telah membawa kabur dua belas batang lencana
emas, ia berkhianat, tapi orang itu berhasil hamba hadang dan membunuhnya seketika, namun
dari dua belas batang lencana ular emas yang dibawa kabur, hanya sepuluh batang yang berhasil
kurampas kembali, Majikan tua kuatir ada orang yang menyalah-gunakan kedua batang lencana
ular emas itu untuk berbuat semena-mena, maka seluruh anggota perkumpulan telah diberitahu
kalau kekuasaan lencana ular emas tidak berlaku untuk sementara waktu."
"Soal ini budak tidak tahu" kata Siau Im ketakutan.
"Tentu saja kau tak tahu, sebab ketika lencana ular emas diserahkan kepadamu, utusan ular
emas belum berhasil dibunuh."
"Aaah. . . Utusan ular emas bisa menghianati perguruan, ini benar-benar sukar dipercaya!"
kata Cing-cing, "bukankah dia selalu setia dan menurut selama ini?"
Dewa bukit menghela napas panjang.
"Aaai ....bagaimanapun juga, dia adalah murid Kim say tianglo, diapun merupakan wakil
thamcu dari Kim lotoa, bila Kim lotoa datang mencarinya, terpaksa dia harus mengikutinya pergi"
"Apakah dia tidak tahu jika Kim say tianglo adalah penghianat perguruan kita?"
"Sekalipun tahu, apalah gunanya? Kim lotoa melepaskan budi setinggi bukit kepadanya,
sedang peraturan perguruanpun amat ketat dan tegas, bilamana harus dibandingkan satu sama
lainnya tentu saja dia akan condong ke pihak sana.
Cing cing turut menghela napas panjang.
(Bersambung ke Jilid 18)
Jilid: 18
"AAAA ....dari kejayaan yang cemerlang ibarat mata hari di angkasa, dalam sekejap mata
pamor kita sudah runtuh sedemikian rupa, dari empat orang tianglo, tiga orang telah berkhianat,
tentunya merekapun disebabkan alasan yang sama bukan?"
"Benar, meskipun mereka menjabat sebagai tianglo dari perguruan kita, namun sama sekali
tidak merasakan kewibawaan dari seseorang yang memegang kekuasaan besar, bila sampai
melanggar peraturan, tetap harus menjalankan hukuman seperti lainnya, yaaa.. walaupun
peraturan ini diperlakukan demi kepentingan kita sendiri dan agar semua orang meningkatkan
kewaspadaannya, tapi bagai manapun juga peraturan mana memang kelewat keras dan ketat .."
"Aku pernah berkata kepada yaya, pendapat serta pandangan dia orang tua sebenarnya keliru,
tapi dia bilang peraturan tersebut tak boleh dirubah, makin tinggi kedudukan seseorang, dia harus
semakin mawas diri dan selalu waspada, tak boleh melakukan pelanggaran ataupun kesalahan,
seperti penghianatan dari ke tiga orang tianglo itu yaya menganggap bukan kesalahan dari
peraturan, melainkan moral dan iman merekalah yang tak kuat memikul tugas berat ini, seperti
paman Tong, bukankah kau tak pernah melanggar peraturan barang sekali pun?."
Sambil menundukkan kepala Dewa bukit itu menghela napas panjang.
"Aaaai, meskipun peraturan dari majikan tua sangat ketat, tapi dia sendiripun tetap
melaksanakan dengan bersungguh hati. aku masih ingat, suatu ketika tanpa disengaja ia telah
melanggar peraturan, namun seperti juga anggota perguruan lain, dia membuka pakaian sendiri
dan menerima siksaan di garang api di hadapan umum, ketika kami berempat memohon ampun

kepadanya agar dia menyudahi perbuatannya itu, kami malah dicaci maki habis-habisan, sejak
itulah aku semakin menaruh hormat kepada majikan tua, sayangnya orang lain tidak berpendapat
demikian"
Setelah berhenti sebentar, katanya lebih jauh:
"Tapi beginipun ada baiknya juga, setelah terjadi perubahan, meski anggota kita tidak banyak
lagi jumlahnya, namun sebagian besar adalah orang-orang yang benar-benar setia pada
perguruan, cuma saja masih ada sebagian kecil manusia yang tidak sependapat..."
Ketika sorot matanya yang tajam dialihkan ke wajah Siau Im, dengan wajah pucat pias gadis
itu berseru:
"Tong toa siok, selama ini aku selalu setia dan berbakti kepada nona, kalau kau tidak percaya
boleh ditanyakan kepada nona"
Dewa bukit mendengus dingin.
"Siau Im, kau dan Siau Hiang berdua mengikuti tuan putri, majikan tua telah mencoret nama
kalian dari keanggotaan perguruan..."
"Baik... Cuma kami masih seringkali mengadakan hubungan kontak dengan perguruan"
"Hal itu dikarenakan untuk membantu Ting Kongcu, meskipun ia berhasil melatih ilmu golok
sakti yang tiada tandingannya dikolong langit, tapi masih kekurangan pengalaman dalam dunia
persilatan. selain ini persoalan dunia persilatan masih kelewat peka baginya, itulah sebabnya
majikan tua mengijinkan anggota perguruan kita untuk melaporkan segala gerak gerik dalam dunia
persilatan serta memberikan pelbagai bantuan yang kalian butuhkan demi suksesnya dia. Namun
berikut Tuan putri sendiri kalian hanya berkedudukan sebagai tamu belaka, mengerti kau?"
"Tecu mengerti"
"Kalau sudah mengerti hal ini lebih bagus lagi" Dewa bukit tertawa dingin, "kalau begitu, hal
mana menunjukkan pula jika bohongmu kurang pintar, kau seharusnya dapat berpikir, lencana ular
emas adalah lencana yang paling tinggi didalam perguruan sekalipun kau masih berada dalam
perguruanpun masih belum pantas untuk menerima perintah ini, apalagi kau sudah bukan anggota
perguruan lagi"
Paras muka Siau Im segera berubah hebat.
"Tapi lencana tersebut benar-benar kudapatkan dari utusan berbaju emas"
"Semua gerak gerikmu selama ini selalu berada dalam genggamanku, kau mengatakan utusan
berbaju emas menyerahkan lencana itu kepadamu dalam rumah penginapan, bukankah waktu
kejadiannya telah berlangsung setengah bulan berselang?"
"Betul! Hari itu adalah bulan sembilan tanggal dua belas."
"Utusan berbaju emas meninggalkan markas perguruan pada bulan sembilan tanggal
sembilan, mungkin tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan operasimu, sayang dia setelah
kutangkap dan kubunuh pada bulan sembilan tanggal sebelas, masa sukmanya yang datang
mencarimu?"
Kontan paras muka Siau Im berubah makin pucat pias.

Terdengar Dewa bukit berkata lebih jauh: "Aku percaya lencana ular emas itu sudah
diserahkan kepadamu jauh hari sebelumnya, karena bulan sembilan tanggal sembilan majikan
tuan berziarah ke kuburan, maka semua tanda perintah telah diperiksanya dengan seksama,
padahal lencana ular emas ditangan utusan berbaju emas telah kurang dua batang, jika diperiksa
rahasianya pasti akan ketahuan, maka itulah dia buru-buru melarikan diri, Aku tahu antara dia
dengan Kim say tianglo mungkin ada hubungan akupun selalu memperhatikan gerak geriknya."
Sekarang paras muka Cing-cng baru berubah membesi serunya dengan suara dalam:
"Siau Im, benarkah kau sedang berbohong"
Siau Im segera menjatuhkan diri berlutut ke atas tanah, buru-buru serunya dengan suara
mengenaskan:
"Siau Im mohon mati saja"
Cing cing segera menghela napas panjang;
"Aaaai... Siau Im, aku menganggap dirimu seperti saudara sendiri, bahkan suamikupun
kuserahkan kepadamu untuk kau nikmati, mengapa kau masih bersikap demikian kepadaku?"
Siau Im tidak menjawab, walau hanya sepatah katapun, dia hanya menyembah berulang kali
membentur-benturkan kepala-nya di atas tanah.
"Siau Im" kembali Dewa bukit berkata, "Perintah yang diturunkan kepadamu ini benar-benar
keterlaluan, dengan kemampuan yang kau miliki, bagaimana mungkin kau sanggup membunuh
Ting kongcu?"
"Yaa, jika berada dalam suatu situasi yang istimewa, tentu saja dia sanggup melakukan hal
itu," kata Cing cing," coba kalau aku tidak datang tepat pada waktunya, mungkin dia telah berhasil"
"Mustahil, bila Ting Peng begitu gampang dibunuh orang, dia bukan bernama Ting Ping"
Orang yang berbicara adalah seorang sastrawan setengah umur yang sangat ganteng, pelanpelan
dia berjalan mendekat.
Cing cing segera menjatuhkan diri berlutut serunya:
"Cing cing menghunjuk hormat buat yaya"
Lelaki setengah umur itu segera menariknya bangun kemudian katanya sambil tertawa:
"Nak, kau datang kemari untuk mengajak yaya beradu jiwa?"
"Cing Ji, tidak berani" buru-buru Cing cing berseru: "aku hanya ingin bertanya kepada yaya
mengapa kau menurunkan perintah tersebut?"
Dengan penuh kasih sayang lelaki setengah umur itu membelai rambutnya yang hitam,
kemudian berkata:
"Kau anggap yaya dapat berbuat demikian?"

"Tidak! Cing cing tak akan berpendapat demikian, itulah sebabnya Cing ji sengaja datang
kemari untuk mencari tahu keadaan yang sesungguhnya, bila yaya sungguh mempunyai maksud
begitu, Cing ji tak bakal datang lagi kemari"
"Ooooh...apa maksudmu tak akan datang lagi kemari?"
"Cing ji akan melaksanakan perintah dari Yaya"
"Sungguhkah itu?"
"Tentu saja sungguh, bahkan Ting Peng juga tak akan melawan, dia pasti akan menyerahkan
diri untuk mati. Jiwanya ditolong oleh yaya, segala sesuatu yang diperolehnya hari ini juga berasal
dari yaya, bila yaya suruh dia mati, dia tak akan ragu-ragu"
"Kau berani menjamin?"
"Bila yaya suruh dia melakukan suatu perbuatan yang tak ingin dia lakukan, mungkin saja dia
akan melawan, tapi bila yaya suruh dia mati, dia pasti akan menurut, Cing ji cukup memahami
perasaannya, Cing ji berani menjamin"
Dengan perasaan terhibur lelaki setengah umur itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.... haaahhh... haahh... bagus! Bagus sekali asalkan bocah itu mempunyai ingatan
demikian, tidak sia-sia aku telah mengorbankan banyak pikiran dan tenaga baginya"
"Sekalipun yaya tidak memberi tahukan kepadanya, tapi Cing ji percaya dia pasti tahu kalau
tenaga dalam yang dimilikinya sekarang merupakan hasil pemberian yaya kepadanya! dan lagi
diapun bukan seorang manusia yang lupa budi" .
"Dia menganggap kau sebagai rase?"
"Soal ini Cing ji kurang jelas, seharusnya dia sudah mempunyai suatu gambaran tentang
diriku, tapi dia masih saja menganggap Kami sebagai siluman rase"
Lelaki setengah umur itu pun lalu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh . . haaahhh....haaahhh .. bocah pintar, tak nyana dia begitu pikun, kalau ia
beranggapan demikian, jadilah kau sebagai rase yang baik"
"Bagaimana di kemudian hari?"
Kembali lelaki setengah umur itu tertawa.
"Tak usah kau perdulikan kemudian hari, urusan besok pikirkan besok, apa lagi siapapun tak
dapat menduga, asal saja kau harus mempercayai satu hal, yaya tak akan melakukan perbuatan
yang mencelakai kalian, terutama Ting Peng, rasa sayang yaya terhadapnya tidak lebih besar
daripada rasa sayangku kepadamu"
"Cing Ji mengerti"
Lelaki setengah umur itu segera menepuk bahunya, lalu berkata lagi:
"Asal kau sudah mengerti, itupun bagus sekali, bawalah Siau Im dan pergilah dari sini! Lain
kali jangan sembarangan pergi lagi, sebab kami harus pindah tempat lagi"

"Pindah tempat lagi? Mengapa?"
"Kalau kau saja dapat menemukan tempat ini, kau anggap tempat ini aman.?"
Dewa bukit agak sangsi sebentar, kemudian baru katanya:
"Majikan, kau hendak melepaskan Siau Im?"
Lelaki setengah umur itu segera tertawa:
"Kalau toh dia bukan termasuk anggota perkumpulan kita, berarti kitapun tidak berhak untuk
menghukum dirinya?"
"Tapi dia telah mendapatkan lencana ular emas dari perkumpulan kita.."
"Bukan lencana ular emas yang diperolehnya, sebab sejak bulan sembilan tanggal sepuluh
lencana ular emas kita sudah punah, dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, sedang
perbuatannya yang mengancam jiwa Ting Peng pun merupakan urusan keluarga mereka sendiri,
kita tak berhak untuk mencampurinya. Unta tembaga bagaimana menurut pendapatmu?"
"Baik, majikan" dengan hormat Dewa bukit menjura.
"Aku merasa gembira sekali karena persoalannya bisa berkembang menjadi begini, Cing ji,
meski kau tidak masuk waktu itu, diapun tak akan mampu membunuh Ting Peng, karena jalan
nadi Seng si hian kwannya sudah tembus, sebilah pisau belati tak nanti bisa membinasakan
dirinya, dan aku percaya orang yang memerintahkan kepadanya untuk turun tanganpun mengerti
juga akan hal ini"
"Kalau memang begitu, mengapa dia masih menyuruh aku turun tangan?" tak tahan Siau Im
bertanya.
"Dia hanya bertujuan dalam kegagalanmu nanti, kau mengatakan akulah yang menyuruhmu
berbuat demikian, agar Ting Peng membenci diriku"
Siau Im menundukkan kepalanya membungkam diri, ia tidak berbicara apa-apa lagi.
Kembali lelaki setengah umur itu berkata:
"Sekalipun kau enggan mengatakan siapakah orang yang menyuruhmu, tapi aku pun tahu
kalau orang itu adalah Kim say (singa emas) sebab hanya dia yang dapat memerintahkan kepada
utusan berbaju emas untuk mencuri lencana ular emas dan diserahkan kepadanya sebelum
diberikan kepadamu."
Tiba-tiba Siau Im berlutut dan menyembah tiga kali, kemudian diapun menyembah kepada
Dewa bukit serta Cing cing. setelah itu baru bangkit dan beranjak pergi dari situ.
"Siau Im, kau hendak ke mana?" Cing cing segera menegur.
"Budak mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati majikan yang telah mengampuni
selembar jiwaku, sedang nona pun tak bisa kutinggali lebih lama lagi, oleh sebab itu aku hendak
pergi untuk melanjutkan hidup sendiri..."
"Apakah Kim say akan menerimamu?" seru Cing-cing.

Siau Im tertawa lembut.
"Budak tidak tahu, sewaktu dia menyerahkan tugas tersebut kepadaku, ia hanya bilang bila
berhasil aku harus segera pergi ke suatu tempat, dimana ada orang yang akan mengatur segala
sesuatunya bagiku. sekarang setelah mendengar penjelasan dari majikan, baru bisa kusimpulkan
kalau ia telah menduga bahwa budak pasti akan mati dan tak bakal berhasil, karenanya tempat
yang dijanjikan sudah pasti merupakan tipu muslihat belaka.."
"Bagaimanakah watak si singa emas aku rasa kaupun mengetahui jelas, lelaki setengah umur
itu tertawa, "kecuali dia masih membutuhkan dirimu, kalau tidak, jangan harap dia bisa
membiarkan kau hidup terus"
Siau Im segera menghela napas panjang, jelas diapun mengetahui tentang hal itu.
"Siau Im, aku tidak habis mengerti, mengapa kau harus menuruti perkataan mereka?" tiba-tiba
Cing cing bertanya.
"Karena aku ingin hidup terus" sahut Siau Im sambil tertawa lembut.
"Apakah tidak menuruti perkataan mereka kau tak bisa hidup lebih lanjut?"
Siau Im memandang sekejap ke arah lelaki setengah umur itu, ternyata dia pun berdiri dengan
wajah amat serius.
Terdengar ia berkata:
"Seandainya kau berada di sini, aku tak berani menjamin kau pasti tak akan terluka, karena
akupun tidak tahu apakah di sini masih terdapat orang-orang mereka"
"Tapi jika kau mengikuti aku, kujamin keselamatanmu, sebab di sisiku hanya ada kau Siau
hiang dan Ah Ku tiga orang" ucap Cing cing, "mereka berdua adalah orang yang amat setia
kepadaku, aku menaruh kepercayaan penuh terhadap mereka"
"Nona kecuali kau sepanjang hari mengikuti disamping Ting kongcu, kalau tidak kau sendiripun
tidak cukup aman, ilmu silatmu tak akan bisa menangkan kelihaian Kim say tianglo"
"Mungkin" Cing-cing tertawa, "tapi ia tak berani mengusik diriku, karena bila dia membunuhku,
maka Ting kongcu pasti akan pergi mencarinya untuk menuntut balas"
"Tapi, apakah nona masih bersedia menerimaku?"
"Mengapa tidak?" Cing cing tertawa, "selama ini aku tak pernah mengatakan tak mau, apalagi
kita sudah berkumpul banyak tahun, tentu saja bila kau sudah mempunyai tempat yang lain,
akupun tak akan menghalangi kepergianmu, tapi daripada mengembara tanpa tujuan, lebih baik
mengikuti diriku saja"
Akhirnya Siau Im berjalan kembali.
Dengan perasaan bangga lelaki setengah umur itu memandang sekejap, ke arah Cing-cing,
kemudian hiburnya:
"Cing ji, kau bagus sekali, kau lebih mengerti memaafkan orang lain daripada diriku, kau pasti
akan hidup dengan bahagia. Sayang kelewat terlambat kupahami akan hal ini, seandainya sedari
dulu akupun memahami teori semacam ini, mungkin aku tak akan menemukan akibat seperti apa
yang ku alami hari ini"

Dengan cepatnya dia membalikkan badan tujuannya agar orang lain jangan sampai melihat air
matanya.
Cing cing mengetahui sangat jelas, dia manggut-manggut kepada Dewa Bukit sambil berkata:
"Paman Tong, aku pergi dulu, semoga kau baik-baik menjaga diri, lain kali aku akan datang
lagi untuk menjengukmu"
Dia tidak meminta diri kepada kakeknya, sebab dia tahu yayanya melengos ke arah lain
karena ia tak tega menyaksikan dirinya meninggalkan tempat tersebut.
Menurut kepercayaan dalam perkumpulannya, air mata adalah air suci yang paling berharga
dalam hidupnya. tiap orang hanya boleh mengucurkan air mata sebanyak dua kali.
Diapun tahu, air mata pertama dari yayanya telah terleleh keluar ....
Air mata itu meleleh keluar waktu mendengar bait syair dari Siau lo it ya teng cun hi.
Sudah pasti bait syair tersebut mencakup suatu kisah kejadian yang amat memedihkan hati,
cuma sayang siapa pun tidak tahu kejadian apakah itu, bahkan nenek yang paling dekat
hubungannya dengan diapun juga tidak tahu.
Air mata kedua dari yayanya belum meleleh keluar dan air mata tersebut jelas tak akan
dibuang dengan percuma. dengan sangat hormatnya dia menyembah kepada bayangan
punggung lelaki itu, kemudian mengajak Siau Im meninggalkan tempat tersebut.
ooo0ooo
SIAU IM berjalan dimuka, Cing cing berjalan di belakang, mereka berdua sama-sama
menunggang kuda.
Sebab bagaimanapun juga mereka bukan rase yang sebenarnya, tak bisa terbang ke langit
dan masuk ke bumi, tak dapat pula melenyapkan diri, sedang perjalanan kali ini mereka telah
menempuh perjalanan yang cukup jauh, bagaimanapun mereka mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya untuk berjalan di daratan, tak mungkin mereka bisa menempuh perjalanan jauh dengan
berjalan belaka sebab itu mau tak mau mereka harus menunggang kuda.
Mereka berdua sama-sama mengenakan pakaian biasa, sebab itu mereka nampak amat
menyolok, masih untung wajah mereka ditutupi dengan selembar kain kerudung, kalau tidak
mungkin peristiwa ini akan menimbulkan kegemparan...
Cukup dilihat dari potongan badan Cing cing yang indah menawan serta sikap anggun yang
terpancar dari gerak-geriknya, hal mana sudah cukup untuk mempesonakan hati orang lain,
apalagi setelah menyaksikan paras mukanya yang cantik jelita, mungkin seperti apa yang dialami
Ting Peng, perjalanannya akan diikuti segerombol manusia.
Dengan susah payah mereka telah keluar dari kota, manusia yang berlalu lalang semakin
sedikit sehingga kuda bisa dilarikan berjajar.
Cing cing melarikan kudanya menyusul ke depan, lalu terdengar Siau Im berkata dengan
murung:
"Nona, cara kita ini gampang menimbulkan keonaran"
"Aku mengerti, tapi apa daya?"

"Sebenarnya kita bisa saja menyamar"
"Aku tahu, tapi dengan dandanan seperti itu, justru akan semakin banyak kesulitan yang bakal
kita jumpai, dengan dandanan kita sekarang, tentu tidak sedikit orang yang mengenali kita, mereka
belum tentu berani mengusik aku, sebaliknya bila kita menyaru sebagai dandanan lain, betul bisa
mengelabuhi sementara orang, namun tak akan bisa melamuri seorang ahli, seandainya mereka
turun tangan secara diam-diam, kematian kita mungkin tak akan diketahui orang"
Setelah dipikir-pikir dan merasa apa yang dikatakan benar, Siau Im menghela napas panjang,
katanya:
"Nama kongcu kelewat besar dan lagi dia pun kelewat cepat menjadi tenar, dari seorang
manusia tak bernama sebentar saja sudah menjadi manusia paling tenar di dunia ini bahkan
sejajar dengan nama Cia Siau hong, tentu saja terdapat banyak orang yang tak akan percaya,
tidak puas dan ingin mencoba, justru karena persoalan inilah sering kali akan timbul banyak
kesulitan"
Cing cing menghela napas panjang:
"Aaaai... Cia Siau hong sudah banyak tahun menjadi tenar, tapi dia toh belum dapat
menghadapi semua kesulitan yang dihadapinya"
"Sekalipun demikian, toh orang yang berani mengunjungi perkampungan Sin kiam san ceng
untuk mencari gara-gara sedikit sekali"
"Hal tersebut hanya dikarenakan Cia Siau hong sudah tidak mencampuri lagi urusan dunia
persilatan selama banyak tahun, bahkan oleh sementara orang dianggap sebagai seorang
malaikat, kalau tidak dia masih tetap sama saja melakukan perjalanan dalam dunia persilatan,
sebab hal ini tak mungkin bisa dihindari, kesulitan pun tetap akan berdatangan, ada yang dia
sendiri yang mencari, ada pula orang lain yang sengaja datang mencari"
"Bagaimana dengan kongcu sekarang?"
Cing cing tertawa.
"Sekarang dia tak usah mencari orang lagi, mencari Cia Siau hong seorang sama artinya
dengan menerima semua kesulitannya, bahkan kami pun harus ikut pula menghadapi kesulitankesulitannya
itu"
"Tapi kongcu mempunyai nama besar, orang yang berani mencari gara-gara dengannya pun
sudah pasti bukan manusia sembarangan"
"Yaa, sudah pasti bukan manusia sembarangan, orang yang tidak takut mati tetap sedikit
jumlahnya, banyak orang banyak bicara nyaring mulut, tapi setelah rasa kematian berada di depan
mata, mungkin dia jauh lebih takut mati daripada yang lainnya."
Siau Im tertawa.
"Jangan lagi mencari gara-gara dengan kongcu, orang yang berani mencari gara-gara dengan
kita berdua pun, paling tidak harus mempunyai sedikit kemampuan"
Cing cing termenung sebentar, tiba-tiba katanya:

"Kau keliru"
"Aku keliru?" Siau Im tertegun:
"Benar kesulitan telah muncul di depan mata sekarang, bahkan kelompok manusia tersebut
tampaknya tidak memiliki kepandaian yang terlalu hebat...."
Dia menunjuk ke depan dengan cambuk kudanya, benar juga tujuh delapan orang lelaki kekar
telah berdiri di tepi jalan sambil membusungkan dada, ada yang membuka pakaian bagian
dadanya sehingga nampak ototnya yang kekar dan kuat.
Orang-orang itu berperawakan tinggi kekar, dalam pandangan sementara orang mereka
adalah Hohan, enghiong, hokiat, karena orang-orang ini sering kali berkelana di jalanan, membuat
keonaran di dalam rumah makan, tapi dalam pandangan seorang ahli silat, mereka belum masuk
hitungan.
Berbicara soal bobot, mereka tak lebih cuma kaum berandal yang bercokol di suatu daerah
tertentu.
Orang-orang itu semuanya membawa senjata tajam, ada yang membawa tombak, golok, dada
dan lain sebagainya, sedang wajah merekapun menunjukkan sikap seolah-olah hendak mencari
gara-gara.
Biasanya, didalam kelompok berandal semacam ini, sudah pasti terdapat seorang yang
menjadi pentolannya.
Pentolan tersebut mungkin saja tak pandai bersilat, atau hanya bisa berapa macam
kembangan, tapi syarat untuk menjadi seorang pentolan bukanlah silat ilmu saja, melainkan harus
memiliki dua macam benda, pertama adalah uang dan kedua adalah kekuasaan.
Kebanyakan pentolan mereka adalah keturunan orang kaya yang tak suka bekerja, kini dalam
kelompok merekapun terdapat seorang semacam ini. . .
Kelompok manusia-manusia tersebut kebanyakan tak punya pekerjaan tetap di hari-hari biasa,
mereka sering kali menggoda istri atau anak gadis orang, suka memeras dan menganiaya rakyat
kecil.
Tapi kali ini kelompok berandal itu bukan cuma berani mencari gara-gara di tengah jalan raya,
bahkan berani pula mengusik Cing cing dan Siau Im, tampaknya nasib sial telah menanti mereka.
Siau Im yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa katanya:
"Nona, kawanan manusia tak punya mata ini berani mencari gara-gara dengan kita, biar kuberi
pelajaran kepada mereka"
"Kita tak punya banyak waktu untuk ribut dengan mereka" kata Cing cing dengan kening
berkerut.
"Sekalipun aku tidak pergi mencari mereka, aku rasa kitapun tak bisa aman tentram tanpa
urusan, agaknya mereka sudah bertekad untuk mencari gara-gara dengan kita"
Puluhan pasang mata berandal sama ditujukan ke tubuh mereka, tampaknya memang itulah
yang mereka harapkan.

Tatkala kedua belah pihak hampir saling bersua itulah, Kongcu hidung bangor itu
memerintahkan orangnya untuk berdiri sejajar untuk menghadang jalan pergi orang, jelas mereka
memang bermaksud untuk mencari gara-gara.."
Kemudian lelaki hidung bangor itu berdiri sambil menggoyang-goyangkan kipasnya sambil
picingkan mata dia bergumam:
"Bagus, bagus sekali.. sudah lama aku tidak bersua dengan barang bagus, tampaknya kali ini
cukup menawan hati".
Siau Im segera memberi tanda kepada Cing cing, kemudian sambil tertawa genit dia
membungkukkan badannya sembari berkata:
"Kongcu, harap kau suka memberi jalan lewat buat kami berdua berhubung ada urusan
penting kami berdua harus segera melanjutkan perjalanan."
Lelaki hidung bangor itu tertawa semakin keras, serunya:
"Nio-cu berdua, suami kalian benar-benar tak mengerti bagaimana menyayangi gadis cantik,
sekalipun ada urusan yang lebih pentingpun tak seharusnya menyuruh kalian yang melakukan"
"Yaa, apa boleh buat" kata Siau Im sambil menunjukkan muka masam," dirumah hanya ada
siang-kong seorang sebagai orang lelaki apa lacur, diapun sedang keluar rumah terpaksa siau niocu
kami harus turun sendiri ke desa untuk menagih hutang"
Lelaki hidung bangor itu mengangguk.
"Hemm, sungguh menggemaskan sekali, sungguh menjengkelkan, lelaki itu benar-benar
sangat tolol, sudah memiliki istri cantik seperti kalian, ia masih tega meninggalkan kalian untuk
pergi jauh, Pun kongcu benar-benar merasa tidak puas akan hal ini"
"Kongcu ya, jangan bergurau, majikan tua kami sedang menderita sakit, sekarang lagi
menunggu kami membawa uang untuk pulang memanggil tabib, harap kau jangan mengganggu
perjalanan kami"
"Ooooh .... rupanya Lo thay-thay sedang sakit" pemuda hidung bangor itu tertawa.
"Kalau begitu, memang tak boleh membuang waktu lagi, sudah sepantasnya kalian cepatcepat
mengundang tabib"
"Siapa bilang tidak, tapi tabib biasa tak akan dapat menyembuhkan penyakit majikan tua,
penyakit itu baru dapat disembuhkan bila mengundang tabib kenamaan Yap Thian si, Yap
sianseng dari kota So ciu, padahal ongkos perjalanannya amat banyak, terpaksa kami harus turun
ke desa untuk menagih hutang, walaupun sudah memperoleh seratus tahil perak ternyata masih
kurang, maka terpaksa kami harus pulang dan hutang dulu kepada tetangga"
Pemuda hidung bangor itu segera memperlihatkan rasa simpatiknya, diapun bertanya.
"Sudah mendapatkan pinjaman?" "
"Sekalipun tidak mendapatkan juga mesti berhutang, sebab apa boleh buat lagi? Kendatipun
mesti membayar dengan bunga yang tinggi juga terpaksa namanya.."

"Apakah tidak terlalu rugi? Selamanya pun kongcu suka berbuat kebaikan, begini saja, kuberi
pinjaman lima ratus tahil untuk kalian berdua.."
"Benarkah itu!" seru Siau Im kegirangan.
"Siau Im" Cing cing segera menegur, "kita tidak saling mengenal mana boleh meminjam uang
kepada sembarangan orang?"
"Sau hujin, bukankah hal ini baik sekali? Daripada kita pulang ke rumah untuk meminjam
kepada tetangga, mending kalau dipinjami, mengapa tidak kita terima saja bantuan dari kongcu
ini."
"Setelah meminjam milik orang, dengan apa kita akan membayarnya di kemudian hari?"
Pemuda hidung bangor itu segera tertawa.
"Rupanya soal inilah yang dikuatirkan Siau Nio-cu, tak usah kau pikirkan, justru karena pun
kongcu mempunyai banyak uang dan tak tahu bagaimana mesti menggunakannya, aku senang
berbuat demikian, kalau tidak percaya tanyakan sendiri kepada orang-orang ini, siapa yang tak
pernah meminjam berapa ratus tahil kepadaku? Dan aku pernahkah menuntut kembali dari
mereka.. "
"Kongcu kami paling royal orangnya" seorang lelaki gemuk bermuka kuning turut menimbrung
"Asal kami mau menemaninya bermain, hutang berapapun akan dianggap lunas"
"Hei si gemuk kuning, kau jangan mengaco belo. Pun kongcu justru merasa kasihan kepada
kalian, kau anggap aku kekurangan orang untuk menemaniku bermain, maka menyuruh kalian
menemaninya?"
"Benar! Benar! Hamba memang salah berbicara, asal kongcu bisa ditemani kedua orang siau
nio cu ini, tentu saja tidak membutuhkan kami lagi..." "
Di atas wajahnya telah menunjukkan selapis hawa sesat yang menggidikkan hati.
Siau Im menggertak gigi menahan diri, sementara senyuman manis masih menghiasi ujung
bibirnya, dia berkata:
"Kongcu, kau jangan bergurau, kami tak pandai bermain pisau atau pedang, bagaimana
mungkin bisa menemanimu untuk bermain.?"
Pemuda hidung bangor itu segera tertawa.
"Aaaah... itu kan permainan orang-orang kasar, terhadap nona cantik seperti kalian berdua,
tentu saja aku tak berani berbuat sembarangan, permainan kita tentu saja permainan yang halus
dan lebih berseni"
"Permainan apa yang lebih berseni?"
"Seperti minum arak, membuat syair, menyanyi...". .
"Aaaah, kongcu! permainan semacam itu hanya permainan para nona dari sarang pelacur,
kami adalah perempuan-perempuan dari keluarga baik, mana bisa kami lakukan hal semacam
itu?"
Kembali pemuda hidung bangor itu tertawa:

"Ada semacam permainan yang dapat dilakukan oleh setiap perempuan, asal kalian bersedia
menemani pun kongcu bermain satu kali, pun kongcu segera akan menghadiahkan dua ratus tahil
perak kepada kalian."
Siau Im turut tertawa.
"Akupun tahu kalau dikolong langit tak ada orang yang benar-benar berbaik hati, apalagi kalau
memberi uang sebesar dua ratus tahil perak secara gratis. Hmmm, aku memang telah menduga,
sudah pasti ada syaratnya."
"Cuma permainan semacam ini toh tak bakal merugikan kalian, apalagi tidak mengurangi apaapa
dari kalian, apa susahnya ?!"
Siau Im lantas berpaling ke arah Cing cing sambil bertanya:
"Siau hujin, bagaimana menurut pendapatmu?"
Sambil menarik muka Cing cing membentak:
Ngaco belo ! Bedebah tak tahu malu, kau sendiri benar-benar tak tahu sopan dan malu, tak
nyana berani amat mengucapkan kata-kata seperti itu dengan kami"
Siau Im menghela napas panjang.
"Aaaaai, sau hujin, bukan aku yang tak tahu malu, tapi kau tentu sudah melihat, sendiri, hari ini
tak mungkin kita berlalu dengan selamat dari sini, daripada menolak toh ada baiknya menuruti saja
kemauannya, apa lagi dengan begitu kita seorang bisa mendapat dua ratus tahil perak."
Pemuda hidung bangor itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh... betul tepat sekali, tampaknya Siau niocu ini lebih terbuka
pikirannya, hari ini kebetulan saja Pun kongcu sedang keluar jalan-jalan dengan tak mudah aku
pun telah berjumpa dengan kalian, bila tidak memberi kepuasan kepadaku, masa kalian akan
kulepaskan dengan begitu saja?"
"Tapi kau tak boleh mengingkari janji dengan dua ratus tahil perak itu"
"Aaaaah, perkataan apakah itu?.. seru pemuda hidung bangor itu tertawa," asal kalian
bersedia untuk bekerja sama dengan ku, sekarangpun Pun kongcu membawa tiga empat ratus
tahil perak, setiap saat uang tersebut dapat kalian bawa pergi"
"Kau tak boleh membohong lho, tiga empat ratus tahil perak bukan jumlah yang kecil, paling
tidak harus dibungkus amat besar, apa kau tidak lelah membawanya kemana-mana?"
"Aaaah, uang ku tak pernah kugembol di dalam saku tapi digembol oleh anak buah ku, tidak
percaya? Baiklah, Oh Piau coba bukakan bungkusan itu dan perlihatkan kepada mereka."
Oh Piau adalah seorang lelaki yang lain dia mengenakan pakaian ala centeng, di atas bahunya
membawa sebuah bungkusan besar.
Ketika bungkusan mana dibuka, ternyata isinya adalah uang perak yang berkilauan.
Sambil tertawa, Siau Im segera berseru:

"Ooooh, ternyata kau benar-benar membawa uang perak, kongcu tentunya tak akan kau
lakukan ditengah jalan raya, bukan? "
"Tentu saja tidak, di depan sana adalah rumahku, di situ ada makanan dan minuman, aku
bermainpun lebih enakan di situ"
"Bagusnya sih memang bagus" kata Siau Im dengan kening berkerut," "tapi kami harus buruburu
melanjutkan perjalanan dan tak bisa ditunda lagi, kalau begitu apa cepatlah sedikit kongcu,
kami berdua akan menunggang kuda dan berjalan lebih dulu, mari kaupun ikut bersama kami"
Berada di atas kudanya, dia mengulur tangannya ke depan, tangan itu putih mulus dengan
kuku yang runcing.
Pemuda hidung bangor tersebut nampak seperti terkesima, buru-buru diapun mengulurkan
tangannya.
Siau Im segera mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangannya dan menggenggamnya
kencang-kencang.
Oleh serangannya seperti itu, kendatipun seorang jago persilatan juga akan menjadi kaku
tubuhnya, akan tetapi pemuda hidung bangor itu seakan-akan tidak merasakan apa-apa
pergelangan tangannya bagaikan terbuat dari baja saja, sama sekali tidak merasakan kesakitan.
Begitu terseret naik ke atas kuda, langsung dia merangkul pinggang Siau Im dan berkata
sambil tertawa:
"Siau Nio cu, tanganmu halus amat, baru memegang tanganku, separuh sukmaku serasa telah
tergaet saja"
Ternyata orang yang kena tergaet sampai tak berkutik bukan pemuda hidung bangor itu
melainkan Siau Im.
Tubuhnya telah berada dalam pelukan pemuda hidung Bangor tersebut, ia seperti kena tenung
saja berada dalam keadaan terpukau dan sama sekali tak berkutik.
Cing cing mengira, Siau Im sudah mulai memberi hukuman kepada pemuda hidung bangor
tersebut, menunggu pemuda itu sudah turun dari kudanya dan ia melihat keadaan Siau Im barulah
disadari jika keadaan tidak beres.
Tampaknya pemuda hidung bangor yang telah dinilai amat rendah tersebut sesungguhnya
adalah seorang jago lihay yang berilmu tinggi, mereka telah terlamur dibuatnya.
Kalau begitu penantian mereka di tepi jalan pun kemungkinan besar merupakan suatu intrik,
suatu rencana keji, karena berbicara dari kemampuan yang dimiliki lelaki hidung bangor tersebut
tak mungkin dia akan melakukan perbuatan seperti ini.
Tapi lelaki hidung bangor tersebut bersikap seakan-akan tak pernah terjadi suatu peristiwa pun
kepada Cing cing, katanya sambil tertawa ramah:
"Nona cilik, mari berangkat, lebih baik kita segera bekerja segera selesai, dalam waktu yang
amat singkat kalian dapat untung dua ratus tahil perak, wooww.. tak ada pekerjaan yang lebih
menguntungkan daripada pekerjaan yang kalian hadapi sekarang..
Si gemuk itu turut membusungkan dada dan berkata seraya tertawa:

"Siapa bilang tidak, kami yang mengikuti kongcu ya malang melintang kesana kemari selama
dua tiga bulan saja belum tentu bisa memperoleh persen sebanyak itu, yaa tampaknya perempuan
cantik memang jauh lebih gampang mencari untung."
Tampaknya dia berniat untuk membangkitkan amarah Cing cing, sewaktu berbicara dia
sengaja maju ke depan.
Akan tetapi Cing Cing yang menyaksikan tingkah lakunya itu, dengan cepat menyadari kalau
lawannya merupakan seorang jago lihay yang jarang di jumpai dalam dunia persilatan dewasa ini
sebab seluruh tubuhnya seakan-akan dilindungi oleh selapis dinding hawa murni yang tak
berwujud dan kuat sekali, sehingga seluruh badannya terlindung rapat sekali.
Tatkala dia memperhatikan pula kawanan lelaki yang lain, ternyata waktu itu mereka juga
menunjukkan sikap bersiap sedia menghadapi pertarungan, agaknya setiap orang telah
membangun selapis dinding hawa murni yang kuat untuk melindungi diri.
Cing cing bersikap amat tenang. Dia tahu dalam keadaan begini tak boleh panik, bila ingin
meloloskan diri, dia harus menggunakan suatu tindakan yang luar biasa dengan cara yang luar
biasa pula.
Maka tanpa mengucapkan sepatah katapun dia melarikan kudanya ke depan, maksudnya
hendak menerjang keluar dari situ.
Buru-buru kawanan lelaki itu maju ke depan menghalangi jalan perginya, tapi Cing cing telah
menggunakan gerak maju sebagai mundur, dia mencambuk kudanya keras-keras dan kudanya
dilarikan semakin kencang, sementara dia sendiri melompat bangun dari kudanya lalu melejit ke
arah yang berlawanan dengan gerakan secepat sambaran kilat.
Walaupun dia bergerak cukup cepat, ternyata ada orang yang bergerak jauh lebih cepat dari
padanya, lelaki yang gemuk itu tahu-tahu sudah mengejar ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
Baru saja Cing Cing melejit sejauh belasan kaki dan melayang turun ke atas tanah, si gemuk
kuning sudah menghadang di hadapannya, malah sambil tertawa cekikikan dia menegur:
"Nyonya kecil, kau hendak pergi ke mana?" Cing Cing tidak menyangka kalau lelaki itu
memiliki gerakan tubuh sedemikian cepatnya, Suatu ingatan segera melintas dalam benaknya,
tanpa terasa dia berseru kaget:
"Aaaah... kau adalah Kui Im cu (si bayangan setan) Ui ji hong..?"
"Nyonya cilik, rupanya kau kenal dengan julukanku itu?" " si lelaki gemuk itu tertawa.
Cing Cing segera menenangkan hatinya, lalu berkata lagi:
"Kalau begitu kalian adalah Lian Im cap si sat seng (empat belas bintang)?"
"Nyonya cilik, tampaknya kau cukup memahami semua jago yang berada dalam dunia
persilatan, padahal kami beberapa orang tidak termasuk manusia yang ternama, nyatanya kau
kenal kami semua"
Cing Cing tertawa dingin.

"Heehh ....heeehhh... heeeeeh .. Walau pun empat belas bintang Lian im cip sah sat seng baru
muncul selama berapa tahun dalam dunia persilatan, namun kalian sudah merupakan tokoh
pembunuh yang menggetarkan sukma dalam golongan manusia hitam"
"Selamanya cara kerja kami memang gemar hitam makan hitam, tentu saja hal ini berakibat
banyak orang iri, cuma pekerjaan itupun ada untungnya juga, sebab orang-orang yang harus kami
hadapi semuanya adalah manusia yang pantas mampus, akibatnya tiada orang yang menuduh
kami sebagai kawanan manusia laknat yang berdosa besar dan pantas dibikin mampus"
"Aku bukan orang dari golongan hitam, mau apa kalian datang mencari gara-gara denganku?"
Si gemuk tertawa.
"Nyonya kecil. asal kau mengikuti kami bukankah segala sesuatunya akan kau ketahui dengan
sendirinya?"
Cing cing memperhatikan orang-orang itu sekali lagi, seandainya mereka benar-benar adalah
Lian Im cap si sat seng, berarti hari ini dia tak akan memperoleh keuntungan apa-apa, sebab
mereka semua merupakan jago-jago lihay kelas satu di dalam dunia persilatan.
Sesudah menghela napas ringan dia ber kata:
"Tampaknya aku ingin tidak pergi pun tak biasa"
"Yaa, tampaknya memang tak dapat" sahut si gemuk sambil tertawa tergelak.
"Apakah kedatangan kalian memang sengaja hendak mencari gara-gara denganku?"
Kembali lelaki gemuk itu tertawa.
"Boleh dibilang begitu, waaah gerakan tubuh nyonya cilik terhitung cepat juga, kami harus
mengejar selama tujuh delapan hari sebelum dengan susah payah berhasil menantikan
kedatanganmu di sini"
"Tahukah kau siapakah diriku ini?"
Lelaki gemuk itu tertawa.
"Tentu saja tahu, meskipun dahulu nyonya cilik tak dikenal orang lagi sejak menjadi istri si
golok sakti Ting tayhiap kau sudah berubah pula menjadi seorang tokoh amat termasyhur
namanya didalam dunia persilatan"
"Hal ini mana mungkin. Sebelum ini kami tak pernah munculkan diri di depanmu?"
"Cara kami menentukan tokoh terkenal memang jauh berbeda dengan penilaian orang awam
biasa, kalau orang lain mengetahui orangnya setelah mengetahui namanya maka kami
mengetahui orangnya baru tahu akan namanya, Nyonya cilik pantas menjadi orang ternama
karena itulah kami harus datang mencarimu. dalam dunia persilatan memang banyak terdapat
manusia dengan nama kosong, meski namanya tersohor namun masih tak pantas untuk kami
gubris"
"Dapatkah kau mengambil sebuah contoh yang jelas?" pinta Cing cing sambil tertawa.
"Dapat saja, contohnya terlampau banyak, ambil contoh Liu Yok siong, si anak muridmu yang
dijadikan congkoan dalam keluarga nyonya cilik, bersama Lik Liok dan Ang Bwee mereka

membentuk Sui han sam yu bukankah nama tersebut amat termasyhur dalam dunia persilatan?
Tapi dalam pandangan kami pada hakekatnya melebihi sampah masyarakat, sama sekali tak ada
harganya untuk dipandang
"Kalau begitu kalian benar-benar memandang tinggi diriku?"
"Orang yang bisa kami pandang tak pernah bukan manusia luar biasa"
Cing cing menghela napas panjang, kembali dia berkata:
"Aaaaai! aku tidak tahu haruskah gembira ataukah mesti merasa sedih dan menyesal "
"Yang bergembira adalah kami, sedang yang sedih dan menyesal adalah nyonya cilik" si
gemuk itu tertawa.
"Sebenarnya apa yang harus kulakukan?"
"Pertanyaanmu itu sangat menarik hati, kalau kau sendiri saja tidak tahu darimana kami bisa
tahu?"
"Justru karena tak tahu maka aku baru bertanya"
"Kau bertanya kepadaku, sedang aku harus bertanya kepada siapa?"
"Tentu saja bertanya kepada orang yang mengutus kalian, aku percaya bukan kalian sendiri
yang bermaksud mencari gara-gara dengan diriku, bukankah begitu?"
"Yaa, benar memang bukan kami tapi juga tiada orang yang mengutus kami, kami hanya
mendapat sepucuk surat pemberitahuan serta uang persekot sebesar lima ribu tahil emas murni,
kami hanya diminta menghantar dirimu menuju ke suatu tempat lalu menerima sisa lima ribu tahil
emas yang telah dijanjikan"
"Siapa yang membayar uang emas tersebut kepada kalian, tentunya kau tahu bukan? .
"Tidak tahu, kami hanya kenal uang emas, selamanya tidak kenal dengan manusianya"
"Yakinkan kalian bahwa uang sebesar lima ribu tahil emas itu dapat diterima?"
"Selamanya kami tak pernah melakukan pekerjaan yang tidak meyakinkan, aku percaya tiada
yang berani bermain gila di hadapan kami, apalagi menipu kami"
"Ui Ji hong" kata Cing cing kemudian sambil tertawa." "kau keliru besar, seharusnya kau
belajar dulu dari Pek Soat ji"
"Pek Soat ji? Jagoan macam apakah itu?"
"Pek Soat ji bukan manusia, melainkan seekor kucing Persia yang ku pelihara, seluruh
tubuhnya putih bersih tanpa warna lainnya.
"Kalau begitu tidak sepantasnya aku yang minta pelajaran, biar lo-ngo kami saja yang
menjajal" kata lelaki gemuk itu tertawa.
Kemudian sambil menuding seorang lelaki kurus kering bermuka bulat berdagu runcing,
sepasang telinga membuka ke atas dan bertampang seperti seekor kucing, lelaki gemuk itu
berkata lagi:

"Lo ngo kami ini dinamakan si muka kucing, setiap orang yang pernah berjumpa dengannya
pasti tak akan melupakannya lagi"
"Ehmmm, memang agak sukar untuk melupakan tampang wajahnya itu "
"Sebaliknya orang yang pernah kujumpai pun tak akan pernah kulupakan pula" kata si muka
kucing, "karena aku senang meninggalkan sedikit tanda mata di atas wajahnya "
Dia sudah mengenakan sepasang sarung tangan, sarung tangan itu amat luar biasa karena
hanya separuh saja menutupi bagian depan telapak tangannya belaka, tapi ujung jarinya justru
panjang, tajam seperti cakar, bentuknya tak berbeda dengan cakar kucing.
Sewaktu berbicara, dia sempat menggerak-gerakkan cakarnya di tengah udara...
Sambil tertawa lelaki gemuk itu berkata lagi:
"Lo ngo kami ini paling gemar akan suatu pekerjaan yakni makan daging kucing, justru
lantaran dia kelewat banyak makan daging kucing, bukan Cuma tampang mukanya saja yang
mirip kucing, bahkan gerak-gerik serta kebiasaannya ketularan juga dengan kebiasaan kucing,
seandainya Pek Soat ji mu itu benar-benar sedang menghadapi persoalan yang sulit, sepantasnya
kalau suruh dia bertanya kepada lo-ngo."
"Kucingmu itu kucing jantan atau kucing betina?" tiba-tiba si muka kucing bertanya.
"Tentu saja kucing betina" jawab Cing-cing tertawa.
Si muka kucing segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau kucing betina mah dagingnya kelewat kecut, kurang enak dimakan. . . "katanya.
"Daging Pek Soat ji tidak enak dimakan, Pek Soat ji mempunyai kecerdasan yang sangat
tinggi, cukup untuk memberi pelajaran kepada banyak orang terutama kepada dirimu."
Si lelaki gemuk yang berdiri di hadapannya itu tertawa ringan, tiba-tiba serunya pula:
"Apakah dia dapat juga memberi pelajaran kepadaku?"
"Setiap kali aku menyuruhnya keluar sambil tertawa, dia tak akan datang kemari" kata Cing
Cing tertawa.
"Mengapa?"
"Sebab dia tahu kalau aku sedang mencarinya karena marah"
Sementara berbicara, mendadak jari tangannya yang tajam seperti kaitan telah menyambar
sepasang mata si gemuk.
Serta merta si gemuk mengangkat tangannya menggenggam pergelangan tangan lalu berkata:
"Nyonya cilik, permainan semacam ini sudah terlampau sering kujumpai. ."
Mendadak wajahnya memperlihatkan rasa sakit yang luar biasa.

Tampak tangan kanan Cing cing telah ditarik keluar dari arah perutnya, sebilah pisau belati
yang berlumuran darah kini berada didalam genggamannya.
"Kalau permainan semacam ini, sudah pernahkah kau jumpai?" tanya si nona sambil tertawa.
ooo0ooo
LELAKI gemuk itu memegangi mulut luka di atas perutnya kencang-kencang, tak sepatah
katapun sanggup dia ucapkan.
sementara itu si lelaki hidung bangor itu sudah membalikkan badannya sembari berkata:
"Si gemuk kuning, mengapa kau tak pernah belajar pintar? Untuk ke berapa kalinya kau
menderita kerugian ditangan perempuan?"
"Duu. . . dua kali" sahut si gemuk sambil tertawa getir.
Lelaki hidung bangor itu tertawa dingin.
"Pertama kali tertipu karena kau tidak waspada, kedua kalinya tertipu lagi karena kesalahanmu
sendiri!"
"Yaa, aku memang telur bodoh!" kembali lelaki gemuk itu tertawa getir.
Lelaki hidung bangor itu berpaling ke arah Cing-cing, kemudian setelah tertawa dingin, ujarnya
pula:
"Ting hujin, aku mengundangmu dengan bersungguh hati, aku harap kau suka bekerja sama"
"Seandainya aku tidak bersedia untuk bekerja sama?"
Lelaki hidung bangor itu tertawa.
"Kau pasti bersedia bekerja sama, kecuali kalau Pek Soat ji mu itu tidak cukup setia kepadamu
atau kucing itu hanya seekor kucing bodoh"
"Apa sangkut pautnya antara aku dengan kucingku?"
"Tentu saja tak ada sangkut pautnya"
lelaki hidung bangor itu tertawa," cuma langkah kaki kucing biasanya sangat enteng sekalipun
dia sudah berada di belakangmu, kau masih tak merasakannya"
Mendadak Cing cing tidak menyaksikan si muka kucing berada di situ, baru saja akan
berpaling mendadak wajahnya telah menyentuh suatu benda yang dingin dan tajam, itulah cakar
kucing.
Begitu pikirannya bercabang hawa murninya segera membuyar, tahu-tahu pinggangnya kena
disodok dan jalan darah lemasnya sudah tertotok secara telak.
Cing cing dan Siau Im tidak punya nama dalam dunia persilatan, namun mereka sering
berkelana dalam dunia persilatan, mereka pun seringkali mengalami penghadangan oleh lelaki
hidung bangor.
Akibatnya tentu saja laki-laki hidung bangor itulah yang menderita kerugian besar.

Tapi hari ini yang sedang tertimpa nasib sial justru adalah mereka berdua sendiri.
Sekarang mereka berdua disekap dalam sebuah ruangan kecil, mendapat pelayanan yang
sangat baik.
Sebab mereka tidak dibelenggu kaki tangannya, juga tidak merasakan siksaan atau
penderitaan apa-apa, cuma saja diatas tubuh mereka telah diberikan sesuatu yang membuat
mereka berdua sama sekali tak dapat berkutik..
Cara yang digunakan tidak membuat tubuh mereka menderita, tapi cukup membuat hawa
murni dalam tubuh mereka tak bisa tembus, cara itu tidak mempengaruhi gerak gerik mereka,
namun kepandaian silat yang dimiliki tak mampu digunakan lagi.
Sekarang keadaan mereka tak jauh berbeda dengan perempuan-perempuan biasa.
Ruangan digunakan untuk menyekap mereka tidak terlalu besar, kurang lebih satu kaki
persegi. Di situ terdapat dua buah pembaringan, ada meja, kursi bahkan masih ada pula sebuah
tong tempat membuang hajat. Kehidupan semacam ini tentu saja tak bisa terhitung enak, namun
berbicara buat seorang tawanan, pelayanan semacam ini sudah boleh dibilang cukup memadahi.
Cing Cing sedang duduk di atas pembaringan, ia bersikap amat tegang, sebaliknya Siau Im
selalu bermuram durja, ia menghela napas panjang pendek, sebentar melompat bangun, sebentar
menghantam terali besi di depan pintu hingga mengerit kesakitan.
Cing Cing yang menyaksikan hal mana segera menghela napas panjang, tegurnya:
"Buat apa kau mesti menyiksa dirimu sendiri?" .
"Aku.... aku sudah tak tahan, orang-orang liar itu kelewatan sekali, tak nyana mereka akan
pergunakan cara semacam ini untuk menyiksa kita ... "
"Tapi mereka toh tidak menyiksa kau secara langsung?"
"Siapa bilang tidak? Dahulu dengan sebuah sentilan jari saja aku dapat mematahkan terali
besi tersebut, tapi sekarang, walaupun sudah ku jotos sekeras-kerasnya, terali itu sama sekali
tidak bergeming"
Cing Cing segera tertawa.
"Ooooh, rupanya kau maksudkan hal ini, yaaa, kau memang kelewat tak becus, kau toh bukan
seorang dayang yang bekerja di dapur, kau tak usah memotong kayu untuk memasak, kalau toh
tak mampu mematahkan sebatang kayu, kenapa mesti marah-marah?"
"Nona, bukan begitu maksudku"
"Oooh .... lantas apa maksudmu?"
Siau Im termenung setengah harian lamanya, kemudian baru berkata:
"Seperti seorang hartawan yang kaya raya, mendadak berubah menjadi miskin dan tak
mempunyai uang sepeserpun, bagaimanakah perasaannya waktu itu?"

"Aaaah... tidak terlalu memedihkan" jawab Cing Cing sambil tertawa "dan lagi pengalaman
semacam itu merupakan suatu pengalaman yang sukar di jumpai, coba bayangkan saja, seorang
hartawan yang kaya raya tidak seharusnya jatuh miskin dengan cara begitu gampang, diapun tidak
mudah merasakan bagaimanakah keadaan seorang miskin. tapi kau, secara tiba-tiba saja kau
dapat merasakan dua keadaan yang berbeda. betapa berartinya pengalaman semacam itu buat
kita?"
Siau Im segera menghela napas panjang.
"Aaai nona, seandainya aku dapat bersuka ria seperti kau, betapa bahagianya aku"
Cing cing tertawa getir.
"Siapa bilang aku bersuka ria?"
"Tapi nona, semenjak disekap di sini, kau tak pernah kelihatan murung, seakan-akan masih
merasakan kalau keadaan yang kau alami ini sangat berarti sekali"
"Aku memang tak pernah memikirkan soal keselamatanku sendiri, buat apa kau meski kuatir
bila keadaan memang menghendaki demikian?
"Lantas mengapa pula nona tidak bersuka ria?"
"Aku sedang menguatirkan keselamatan siangkong"
"Siangkong? Dia toh tidak disekap orang mengapa harus dikuatirkan keselamatan-nya?"
"Aku rasa kau pasti dapat melihat sendiri, walaupun orang-orang itu membekuk kita, namun
sasaran yang sebetulnya bukan kita berdua"
"Kalau bukan kita, apakah kita akan digunakan sebagai alat untuk memeras siangkong?"
Cing cing menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya:
"Aku pikir hal ini tak mungkin, aku cukup mengetahui tabiat siangkong, seandainya dia tahu
kalau aku sedang disekap orang, dia pasti akan datang kemari dan mempertaruhkan segala yang
dimilikinya untuk menolong kita keluar dari sini"
"Jadi mereka pun mempergunakan keselamatan ini untuk mempersiapkan jebakan" Cing cing
segera tertawa
"Tenaga dalam yang dimiliki siangkong sekarang mencapai tingkatan yang luar biasa, jebakan
yang manakah yang sanggup menjebak dirinya ....
"Yaa, benar! sekarang sekalipun ada bukit karang yang menindihnya, asal golok sakti
siangkong diayunkan bukit karang itu pasti akan terbacok menjadi dua bagian, kawanan telur
busuk itupun pasti akan merasakan akibatnya bila siangkong sudah tiba di sini"
mendadak dia berkata lagi.
"Kalau toh siangkong tidak takut menghadapi jebakan mereka, mengapa pula nona
menguatirkan siangkong?."
Cing cing menghela napas panjang.

"Yang kukuatirkan adalah aku tak bisa menduga dengan cara apakah mereka hendak
menghadapi siangkong"
"Bukankah nona sudah mengatakan tiada cara apapun yang bisa menyusahkan siangkong?"
"Cara yang mereka pergunakan tentu saja bukan ilmu silat alat perangkap atau jebakan biasa,
sudah pasti yang digunakan adalah semacam siasat setan yang amat jahat dan keji"
"Siasat setan apakah itu?"
Cing cing menghela napas panjang.
"Entahlah, aku tidak bisa menduganya, itulah sebabnya aku menjadi sangat kuatir"
"Nona, mengapa tidak kau pikirkan cara macam apakah yang bisa mendatangkan pengaruh
bagi siangkong?" .
"Aku tak dapat menemukannya, bila siangkong tahu kita tersekap dia pasti datang menolong
kita, bila dibunuh dia pasti akan membalaskan dendam buat kita tapi bila mereka gunakan mati
hidup kita untuk mengancam siangkong, apa yang bisa dia lakukan?"
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haahh. . . tahu suami seperti tahu istri, Ting hujin tampaknya kami
harus minta petunjuk darimu lebih dulu, dengan begitu kami baru tak akan kehilangan dua saudara
kami.
Ucapan itu muncul dari arah jendela, di susul pintu terbuka dan si lelaki hidung bangor yang
memuakkan itupun berjalan masuk ke dalam.
ooo0ooo
PANCINGAN
PARAS muka Cing Cing berubah hebat, segera tegurnya dengan suara berat dan dalam.
"Kenapa kau begitu tak tahu sopan santun? Sekalipun kami adalah tawananmu. namun kami
toh dua orang perempuan? Antara lelaki dan perempuan ada bedanya, mengapa kau menyadap
pembicaraan kami dari luar?"
Lelaki hidung bangor itu tertawa.
"Ting Hujin, kau tak usah marah-marah, aku tahu kau adalah seorang yang cermat dan
seksama, kau juga tahu kalau dinding itu bertelinga, kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan
tak mungkin akan kau utarakan"
"Sekalipun demikian kaupun tidak seharusnya masuk kemari secara tiba-tiba, seandainya kami
sedang melakukan urusan pribadi dari seorang perempuan bagaimana jadinya?"
"Aku bukan seorang lelaki sejati, jadi soal itu tak menjadi masalah bagi diriku" sahut lelaki
hidung bangor tersebut sambil tertawa.
"Lian im cap si sat seng disebut sebagai bintang pembunuh dalam golongan hitam, tapi kau
adalah seorang bajingan besar"

"Ting hujin" lelaki hidung bangor itu tertawa "kalau toh kau sudah mengetahui tentang Liam im
cap si sat seng, seharusnya kau juga tahu kalau aku bukan seorang lelaki sejati, tiada perempuan
yang disebut lelaki sejati"
"Kau adalah seorang perempuan ?"
"Ting hujin, tentunya kau pernah mendengar bukan bahwa pemimpin dari Lian im cap si sat
seng yang bernama Giok Bu sia adalah seorang perempuan ...."
"Kau adalah Giok Bu sia"
Sambil menuding ke arah Siau Im, Giok Bu Sia berkata seraya tertawa:
"Toaci itu dapat membuktikannya, sewaktu aku menotok jalan darahnya di atas kuda tadi,
tangannya masih dapat bergerak bebas, maksudku yang sebenarnya adalah agar dia bisa
bergerak lebih leluasa, agar dia bisa menunggang kuda, siapa tahu tangannya sangat tak tahu
aturan, dia sudah meraba banyak bagian tubuhku yang tidak seharusnya teraba"
"Kentut busuk" teriak Siau Im dengan marah, "kalau hendak berbicara, harap sedikitlah tahu
diri, koh nay nay bukannya seorang perempuan yang binal, aku tak akan. . . "
"Aku tahu kalau toaci adalah seorang iblis wanita pembetot sukma manusia..." tukas Giok Bu
sia tertawa, "aku pun juga tahu kalau banyak orang yang terpikat oleh kecantikan toaci sehingga
rela menyerahkan selembar jiwanya, waktu itu kau hendak mempergunakan pula taktik yang sama
terhadap diriku. . cuma sayang taktikmu itu mengalami kegagalan total"
Siau Im segera mendengus.
"Hmm .. aku mengira kau adalah seekor anjing jantan yang bisa birahi."
"Masih untung aku bukan, untung saja aku seperti juga kalian berdua, seorang perempuan
yang sama sekali tak punya senjata"
"Sebinal-binalnya Siau Im, terhadap manusia seperti ini ia benar-benar dibuat mati kutunya.
Sambil tertawa kembali Giok Bu sia berkata:.
"Ting hujin, seandainya kau tidak percaya, aku bersedia melepaskan semua pakaianku agar
kau periksa dengan seksama"
"Tidak usah, anggap saja kami sudah salah melihat, aku percaya kau adalah seorang wanita"
"Kalau sudah percaya hal ini lebih baik lagi, paling tidak Ting hujin dapat percaya kalau kami
sama sekali tak bermaksud untuk mengusik diri Ting hujin, sejak kalian berdua datang kemari, tiga
kali santapan kalian dibuat sendiri olehku, bahkan soal membuang kotoran dari tong pun
kulakukan sendiri, karena ditempat ini hanya aku seorang yang merupakan perempuan ....
"Sudah cukup, tak usah banyak berbicara lagi, sekarang katakan saja ada urusan apa kau
datang kemari?"
"Aku datang untuk mohon petunjuk suatu persoalan dari Ting hujin, sebelum kukemukakan hal
mana terlebih dulu hendak kukabarkan, bahwa aku telah mengutus Kui jiu (si tangan setan) Pui
Peng dan Sui lo sut (tikus air) Ting Put ji untuk menjumpai Ting tayhiap dan menyerahkan sepucuk

surat undangan untuk mengundangnya kemari, akhirnya kartu undangan mana di robek menjadi
empat bagian, tampaknya Ting tayhiap sama sekali tidak memikirkan keselamatan kalian berdua"
ooo0ooo
SAMBIL tersenyum Cing cing berkata.
"Kalian tak usah mencoba untuk mengadu domba kami, aku percaya kau bukan mengundang
suamiku dengan begitu saja".
Giok Bu sia segera tertawa.
"Ting hujin memang amat teliti sekali, benar kami hanya menyinggung tentang suatu
persyaratan kecil, yakni dia harus membawa batok kepala seseorang untuk ditukar dengan
kebebasan kalian berdua, orang itu hanya seorang siaujin yang rendah dan tak tahu malu, aku
rasa dia pasti akan mengabulkannya"
"Siapakah orang itu?"
"Liu Yok siong" jawab Giok Bu sia tertawa.
Jawaban itu benar-benar di luar dugaan Cing Cing, dia sama sekali tak mengira kalau batok
kepala yang mereka kehendaki adalah batok kepala dari Liu Yok siong..
Pada hakekatnya syarat tersebut bukan suatu permintaan yang terlampau serius.
Maka tak tahan Cing cing segera bertanya:
"Apakah kalian mempunyai ikatan dendam atau permusuhan dengan Liu Yok siong?"
Giok Bu sia turut tersenyum.
`Lian Im cap si sat seng tidak mempunyai musuh hidup, kami tidak mencari kesulitan orang
sudah terhitung suatu berkah dari Thian, mana mungkin ada orang yang berani mencari gara-gara
dengan kami? Apalagi manusia berjiwa tikus macam Liu Yok siong adalah seorang manusia
rendah, salah seorang saja diantara kami sudah cukup untuk menghabisi selembar nyawanya.. .
"Kalau memang begitu dan kalian bisa membunuhnya segampang membalikkan telapak
tangan sendiri, mengapa kalian harus minta kepada suamiku untuk membunuhnya?`
"Kami bukan minta suamimu untuk mewakili kami membunuhnya, sebaliknya kami hanya
mencarikan seseorang yang gampang dibunuh untuk mencoba goloknya"
"Goloknya tak perlu dicoba lagi"
Giok Bu sia tertawa.
"Golok yang paling baik pun harus sering di asah, kalau tidak pasti akan berkarat dan tumpul,
seorang pembunuh yang ganas dan garang harus seringkali pula membunuh orang, kalau tidak
hatinya akan lemas dan tangannya akan gemetar, jika kaki sudah lemas dan tangan gemetaran,
maka dia tak bisa membunuh orang lagi"
"Aku mengerti, kalian hendak mencoba orang itu"

"Tidak benar, yang kami butuhkan hanya goloknya, bukan orangnya, sebab orangnya tetap
milikmu sedang goloknya harus menjadi milik kami.." "
"Setelah membunuh Liu Yok siong, maka kalian hendak mencari sasaran lain yang lebih tepat
lagi?"
"Tepat sekali, kedua kalinya kami akan mencarikan seseorang yang dibenci setiap manusia,
sehingga untuk membunuhnya tak perlu terlalu banyak urusan" .
"Sebenarnya apa sih tujuan kalian yang sebenarnya? Siapakah sasaran yang sebenarnya
untuk dibunuh?
"Ting hujin" kata Giok Bu sia sambil tertawa," aku dapat memberitahukan hal ini kepadamu,
tapi kau tak akan percaya"
"Sesudah mendengar perkataanmu itu sekalipun kau tidak memberitahukan kepadaku, aku
juga tahu."
"Kau tahu?" Giok Bu sia tampak seperti tidak percaya"
"Benar! Aku tahu, apakah perlu ku utarakan keluar?"
"Setelah kau utarakan keluar, kami baru mengerti apakah kau benar-benar mengetahui atau
tidak"
"Sesungguhnya orang yang benar-benar hendak kalian bunuh adalah dia sendiri"
Giok Bu sia tampak terkejut, tapi dengan cepat tertawa kembali.
"Ucapanmu itu benar-benar merupakan suatu lelucon yang paling menarik hati, kami dapat
menyuruh Ting tayhiap untuk membunuh dirinya sendiri"
"Sebenarnya kalian hendak membunuhnya tapi kalian tak memiliki kepandaian untuk berbuat
demikian, sebab kecuali dia sendiri siapapun tak akan mampu untuk membunuhnya."
Kembali Giok Bu sia tertawa.
"Lantas apakah Ting tayhiap dapat menuruti perkataan kami dan membunuh dirinya sendiri?"
"Mungkin seseorang dapat menghabisi nyawa sendiri?"
Jawaban tersebut sudah amat jelas sekali karena hampir setiap hari dikolong langit terdapat
orang yang melakukan bunuh diri menggunakan perbagai cara yang ada untuk menghabisi nyawa
sendiri"
"Tapi, mungkinkah seseorang melakukan bunuh diri tanpa sesuatu sebab dan alasan yang
pasti?"
(Bersambung ke Jilid 19)
Jilid : 19
JAWABAN ini sukar diberikan, karena banyak orang yang melakukan bunuh diri tidak
meninggalkan surat wasiat apa-apa atau menerangkan alasannya melakukan bunuh diri.

"Dapatkah Ting Peng menghabisi nyawa sendiri?"
Pertanyaan tersebut diajukan oleh Giok Bu sia tapi Cing Cing sebagai istrinya pun tak sanggup
memberi jawaban.
Setelah berpikir setengah harian lamanya dia baru berkata:
"Aku sendiripun tidak tahu, jika dia selalu menerima desakan kalian dan membunuh banyak
orang maka hanya ada dua macam akibat yang bisa timbul, pertama berubah menjadi seorang
pembunuh yang getol dan setiap saat mendengarkan petunjuk kalian dan membunuh orang-orang
yang kalian anggap sebagai penentang, kedua adalah menjadi gila akibat desakan kalian
sehingga akhirnya menghabisi nyawa sendiri""
Selintas perasaan tercengang dan keheranan menghiasi wajah Giok Bu sia, serunya
kemudian:
"Ting hujin, kau benar-benar sangat pintar, kepintaranmu sama sekali di luar dugaanku"
Kemudian setelah berubah sikap ujarnya lebih jauh sambil tertawa pelan:
"Cuma Ting hujin masih belum cukup pintar, seharusnya persoalan yang kau ketahui itu hanya
boleh disimpan dalam perut dan tidak pantas kau utarakan keluar."
Cing-cing turut tertawa:
"Seandainya suamiku dapat kalian gertak sehingga menuruti ucapanmu, tentu saja aku dapat
meninggalkan pesan tersebut dan diam-diam disampaikan kepadanya, cuma aku cukup
memahami tentang dirinya, persyaratan kalian tak mungkin bisa dia terima." "
"Kau maksudkan dia tak akan membunuh Liu Yok siong?"
"Ia dapat membunuh Liu Yok siong asal Liu Yok siong melakukan suatu pekerjaan yang
pantas untuk mampus, dia dapat membunuhnya, tapi membunuhnya bukan lantaran desakan
kalian."
"Demi kalian berduapun dia tak akan berbuat demikian?"
"Tidak!"
"Maksudmu bobot kalian berdua masih belum dapat menangkan bobot seorang Liu Yok
siong?"
"Bukan begitu maksudku" kata Cing-cing tertawa, "dalam hati kecilnya, Liu Yok siong sama
sekali tidak memperoleh tempat, justru karena itulah dia baru tahu membunuh Liu Yok siong tak
mungkin bisa memperoleh kebebasan bagi kali"
"Sekalipun tak bisa diperoleh kebebasan untuk kalian, namun ia toh bisa memperoleh nyawa
kalian berdua, dalam surat pemberitahuan tersebut kami telah menerangkan dengan jelas, bila ia
tidak membawa batok kepala Liu Yok siong untuk menghadap kami, maka dia akan mendapatkan
batok kepala kalian!"
Cing-cing segera tertawa.
"Aku tak ingin mengguyur kepalamu dengan air dingin, tapi akupun berani menjamin, orangmu
tak akan membawa pulang berita baik"

"Soal ini aku mah bersedia untuk bertaruh"
"Sebenarnya aku pun ingin sekali bertaruh, cuma sayang aku benar-benar repot, tak ada
waktu untuk beradu kepandaian denganmu"
"Apakah Ting hujin beranggapan bisa melarikan diri dari sini?"
"Tanganku tidak terbelenggu, orang pun tidak kau ikat, mengapa aku tak bisa meninggalkan
tempat ini?"
"Karena kami telah menangkap seorang jaminan" sahut Giok Bu sia sambil menuding Siau Im.
"Bagi kami, caramu itu sama sekali tak berguna, selamanya kami mempunyai suatu peraturan
yakni masing-masing mengurusi keselamatan sendiri, bila membunuhnya, aku dapat
membalaskan dendam baginya, tapi bila kau suruh aku mencabut segenggam rambutku untuk
ditukar dengan keselamatan dari jiwanya, tanpa "dipertimbangkan lagi aku pasti akan menampik"
"Tanpa napsu akan kuat, tanpa kekurangan akan tangguh.
Ucapan tersebut bisa diucapkan setiap orang, mereka yang baru belajar membaca berapa hari
pun dapat memahami artinya dengan jelas, akan tetapi justru sulit untuk dilaksanakan.
Setiap orang mempunyai napsu itulah sebenarnya cita-cita seseorang bisa melunak.
Setiap orang selalu murung dan memikirkan banyak urusan, karena itulah hati orang gampang
goyah.
Giok Bu sia dibuat terperanjat oleh sikap Cing Cing, karena ia cukup memahami tentang
kecerdasan Cing Cing, dia pun mengetahui bahwa Cing Cing memang memiliki peraturan
semacam itu..
Dia menggunakan Siau Im sebagai sandera maksudnya hanya untuk menjajal saja, dia
mengerti Siau Im tidak cukup berbobot untuk memaksa Cing Cing mengorbankan diri.
Tapi Cara Cing Cing berbicara begitu tegas dan tak bisa ditawar-tawar, hal ini dapat diartikan
juga sekalipun ia dapat menemukan sandera yang cukup berbobot pun sama saja sulit untuk
merubah hatinya.
Itulah sebabnya sambil tertawa ia berkata:
"Kami hendak menahan Ting hujin entah masih ada cara lain atau tidak ?"
"Tidak ada"
"Jika kami hendak menahanmu dengan mempergunakan ilmu silat?"
"Itu berarti kalian hanya bisa menahan jenazahku saja"
"Kami sama sekali tidak menaruh minat terhadap jenazah Ting hujin, sebab hal mana hanya
akan mendatangkan kesulitan saja, bagi kami, tampaknya terpaksa kami harus melepaskan kalian
berdua"

Mendadak ia mendorong Siau Im ke depan, serta merta Cing cing menyambut dengan kedua
belah tangannya, tapi saat itulah selembar jaring yang besar telah mengurung tubuh mereka".
Seorang lelaki berdandan nelayanlah yang menyebarkan jaring tersebut jaring itu, selalu di
tenteng di tangannya, Cing Cing pun sangat memperhatikan orang itu, tapi dia tak menyangka
kalau jaring itu bakal di tebar dalam keadaan demikian.
Orang persilatan yang menggunakan jaring sebagai senjata andalannya tidak banyak, yang
paling termasyhur hanya seorang yang bernama si Jaring kilat Thio Sam, hanya saja orang itu
merupakan seorang cianpwe yang sudah berusia ratusan tahun.
Setelah itu tak pernah terdengar kalau Thio Sam mempunyai ahli waris, tapi permainan jaring
lelaki ini sangat enteng, benang jaringnya pun tipis dan berkilat seperti terbuat dari sejenis serat.
Biasanya jaring semacam ini pasti enteng sekali bobotnya, bahan yang digunakan juga sangat
kuat, namun tidak terlampau besar, berhubung lelaki itu berdiri sangat jauh, maka Cing Cing tidak
begitu memperhatikan gerak geriknya.
Siapa sangka jaringnya bisa disebarkan begitu jauh, begitu besar, seandainya Siau Im tidak
dilemparkan ke arahnya, dia masih bisa menerobos ke muka untuk menghindarkan diri.
Tapi orang lain sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan tepat, Siau Im yang
dilemparkan ke arahnya bukan dimaksudkan agar dia menyambutnya, melainkan untuk
menghalangi jalan majunya.
Begitu jaring tersebut menyebar ke bawah, tubuh mereka berdua segera terkurung rapat-rapat.
Meski begitu Cing Cing masih dapat bergerak, dia bergerak bukan untuk menyerang orang
lain, melainkan menghadiahkan sebuah tamparan ke atas wajah Siau Im sambil memakinya
bodoh.
Tindakan itu seperti untuk melampiaskan rasa mendongkolnya belaka, menyalahkan gadis itu
kelewat bodoh sehingga berakibat diapun kena tertangkap.
Oleh karena itu meski Siau Im kena di tampar, dia hanya menundukkan kepalanya sambil
membungkam diri.
Orang lain mengira begitulah maksud tamparan tersebut, maka tak ada yang memperhatikan
jika sebutir anting-anting Siau Im telah terjatuh ke atas tanah.
Apa gunanya sebutir mutiara itu.
Kecuali orang yang tergabung dalam organisasi rahasia tersebut, tiada orang yang memahami,
tapi mutiara tersebut justru mendatangkan kegunaan yang besar sekali.
ooo0ooo
PENGEJARAN
Ting Peng mendapat kabar dua hari kemudian.
Kabar itu dihantar oleh dua orang, isi pemberitahuan pun sederhana sekali.
"Bawa batok kepala Liu Yok siong dan datang ke luar kota Koh siok di bawah kuil Han san si,
tepi jembatan Hong Han, ditukar dengan dua orang manusia"

Surat itu tidak dicantumkan siapa nama pengirimnya, cuma surat pemberitahuan itu disertai
dua buah anting-anting, sebuah milik Siau Im, yang lain milik Cing cing.
Selesai membaca surat pemberitahuan itu, Ting Peng menyerahkan kedua biji anting anting itu
kepada Siau Hiang.
Siau Hiang menyambutnya dan diendus sebentar, kemudian baru berkata:
"Ehmm, kepunyaan nona dan Siau Im"
Ting Peng memandang orang yang membawa surat pemberitahuan itu, lalu bertanya:
"Orang itu terjatuh ditangan kalian?"
"Benar!"
Sambil tertawa Ting Peng lantas bertanya kepada Liu Yok siong:
"Kau kenal dengan kedua orang itu?"
""Tidak kenal"
Ting Peng segera memberikan surat pemberitahuan itu kepadanya, lalu berkata sambil
tertawa:
"Waaah, kalau begitu sungguh mengherankan, kalau toh tidak kenal, mengapa kedua orang
sahabat ini bersikeras hendak merenggut nyawamu .... ?"
Paras muka Liu Yok siong berubah hebat sehabis membaca surat pemberitahuan itu, karena
tangan Ting Peng telah menggenggamkan gagang golok miliknya.
Namun Ting Peng tidak mencabutnya ke luar, dia berbalik bertanya kepada lelaki itu:
"Kalian pun terdiri dari dua orang, jika aku menahan kamu berdua lalu menggunakan nyawa
kalian untuk ditukarkan dengan kedua orang itu entah berguna atau tidak?"
"Bila berguna, kami tak akan diutus ke mari" jawab lelaki itu sambil tertawa.
"Betul juga perkataanmu itu, nampaknya aku sudah tak punya pilihan lain"
"Bukan saja Ting tayhiap sudah tak punya pilihan lain, lagi pula harus mengikuti kami dan
berangkat sekarang juga, sebab bila sampai terlambat selangkah paling banter kau hanya akan
datang mengambil jenazah"
"Liu Yok siong, bagaimana keputusanmu?" tanya Ting Peng kemudian sambil tertawa.
Sambit mengeraskan hati sahut Liu Yok siong:
"Bila kematian tecu dapat ditukar dengan keselamatan subo, walaupun harus mati tecu akan
mati dengan rela"
"Kalau begitu terpaksa ak:u mesti mengorbankan kau!"

Sementara pembicaraan masih berlangsung, goloknya sudah diloloskan dari sarung kemudian
cahaya golok berkelebat lewat...
Liok yok siong tetap berdiri kaku ditempat semula, sepasang matanya telah dipejamkan rapatrapat,
sedang kedua orang lelaki itu segera mengulumkan senyuman diatas wajahnya.
"Blaaammm....!" sesosok tubuh manusia roboh terkapar ke atas tanah ...."
Orang yang roboh ternyata bukan Liu Yok siong, melainkan salah satu diantara kedua orang
lelaki tersebut, tubuhnya terbelah menjadi dua persis dari garis tengah tubuhnya.
Bacokan tersebut benar-benar cepat bagaikan sambaran kilat, menanti lelaki kedua
mengetahui apa yang telah terjadi, golok Ting Peng telah dimasukkan kembali ke dalam
sarungnya.
"Bagaimana dengan bacokanku ini?" tanyanya sambil tertawa.
Pucat pias selembar wajah lelaki itu saking takutnya, dengan suara gemetar dia berkata:
"Ting tayhiap, perbuatanmu ini hanya akan mencelakai jiwa Ting hujin, bila kami sampai
menderita sesuatu kekurangan, dua lembar nyawa tersebut akan dijadikan jaminannya.
"Tidak! Nyawa kalian kelewat enteng, masih belum cukup untuk menjamin keselamatan
isteriku, oleh sebab itu aku mengerti amat jelas, aku berbuat demikian hanya ingin
memberitahukan kepada kalian, cara yang kalian gunakan itu keliru besar, caraku membunuh
orang adalah sekali tabas kutung menjadi dua, aku tak pernah memenggal batok kepala"
Lelaki itu menjadi tertegun.
"Kami hanya berharap Ting tayhiap membunuh orang, belum tentu harus memenggal batok
kepalanya" dia berkata.
"Kau dapat memutuskan?"
"Tidak, aku tak dapat mengambil keputusan" buru-buru lelaki itu menjawab.
Ting Peng segera tertawa.
"Itulah sebabnya aku tidak membacok dirimu juga, aku hendak menyuruh kau pulang dan
menanyakan persoalan ini sampai jelas sebelum datang kemari lagi, selain itu juga beritahu
kepada orang kalian agar dia mengganti kau dengan beberapa orang yang terbaik, seandainya
aku dapat memperoleh isteriku kembali hanya dengan membunuh Liu Yok siong, hal ini
merupakan suatu penghinaan bagiku, aku Ting Peng tak dapat melakukan pekerjaan rendah
seperti itu, orang yang pantas begitu untuk menggerakkan golok paling tidak adalah seorang
pemimpin dari suatu perguruan besar"
"Baik, baik, aku akan pulang dan menanyakan soal ini sampai jelas, kemudian baru datang lagi
untuk memberi tahukan hal tersebut kepada Ting tayhiap" sahut lelaki itu cepat.
Ting Peng tertawa.
"Kalau begitu cepatlah pergi, dan cepat kembali, aku tidak lega bila istriku masih berada
ditengah orang lain"
Lelaki itu sudah wembalikkan badan dan siap berlalu dari sana. -

Mendadak Ting Peng berseru lagi:
"Jenasah rekanmu itu seharusnya dikirim ke mana?"
"Bila tayhiap bermurah hati, gunakanlah sebuah peti mati untuk mengubur jenazahnya, bila
aku datang lagi nanti pasti akan kubawa pulang, kalau tidak, terserah apa yang hendak kau
lakukan"
Ting Peng segera mengulapkan tangannya, dengan keadaan yang mengenaskan buru-buru
lelaki itu kabur meninggalkan tempat itu.
Sepeninggal orang itu, Ting Peng berseru:
"Liu Yok siong!"
"Suhu ada petunjuk apa?" tanya Liu Yok siong dengan wajah pucat pias seperti mayat.
""Demi Cing Cing aku rela membunuh siapa saja, tapi aku tidak membunuhmu, tahukah kau
mengapa aku berbuat demikian?"
"Tecu bodoh, tecu tidak tahu"
Ting Peng menghela napas panjang.
"Kalau kau pun tidak mengetahui apa sebabnya, maka kau berarti seorang manusia yang
sangat goblok, tak ada gunanya aku menahan dirimu disini ...." "
Buru-buru Liu Yok siong berseru:
"Nyawa tecu mana bisa dibandingkan dengan nyawa subo? Jelas hal itu hanya merupakan
suatu percobaan belaka, sekalipun batok kepala tecu dipenggal, belum tentu sunio bisa
diselamatkan dari cengkeraman orang. .."
"Tampaknya bila seseorang sudah didesak untuk menyelamatkan jiwa sendiri kadang kala dia
bisa menjadi pintar dengan sendirinya" ujar Ting Peng tertawa
Liu Yok siong tidak berani berbicara apa-apa lagi.
Kembali Ting Peng berkata:
"Kemungkinan besar pihak lawan masih dapat mengganti sebuah cara lain untuk
membunuhmu, sampai saatnya dan seandainya aku tak punya pilihan lagi mungkin saja aku dapat
sungguh-sungguh membunuhmu, oleh sebab itu bila kau masih ingin hidup terus, lebih baik carilah
akal sendiri untuk menyelamatkan diri"
"Baik! Baik! Tecu pasti akan berusaha keras untuk menyelamatkan sunio..."
Ting Peng tertawa.
"Bila kau mempuyai kepandaian sebesar ini, bisa jadi pihak lawan benar-benar akan
membunuh dirimu, lebih baik carilah pekerjaan mudah untuk kau lakukan, misalnya berusaha
menemukan tempat Cing Cing di sekap...."

"Baik, tecu pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
"Jalan tersebut mungkin tak mudah ditembusi, sebab itu kau masih mempunyai sebuah jalan
lagi yaitu menyelidiki siapa gerangan pihak lawan, kemudian mengadakan kontak dengannya dan
minta kepada mereka agar jangan mencantumkan namamu sebagai salah seorang sasaran yang
pantas dibunuh.."
"Baik, baik! Tecu percaya pasti dapat menemukan jejak mereka, sedang mengenai ucapan
terakhir dari suhu, tecu rasa tak perlu lagi, asal sudah diketahui siapakah mereka, meski tecu tak
becus, aku pasti mempunyai kemampuan untuk menghadapi mereka"
"Baik, kalau begitu laksanakanlah, dua hari kemudian, bila kau masih belum mendapat kabar,
hanya ada satu jalan bagimu yakni menyembunyikan diri"
"Menyembunyikan diri?" Liu Yok siong tertegun.
"Benar, bersembunyi di suatu tempat yang tak bisa ditemukan orang, dengan demikian bila
pihak lawan ingin membunuhmu, aku dapat menggunakan alasan tidak ditemukan untuk
menampik permintaan tersebut, tapi
bila pihak lawan bisa membantuku untuk menemukan kau, anggap saja nasibmu memang
kelewat jelek sampai waktunya kau jangan menyalahkan aku bertindak kejam lagi"
Dengan membawa perasaan bimbangnya, Liu Yok siong berlalu dari situ.
Walaupun tiada orang yang mengejarnya, namun dia kabur terbirit-birit seperti ada lima atau
enam ekor anjing galak yang sedang mengejarnya.
ooo0ooo
SIAU HIANG memperhatikan bayangan punggung Liu Yok siong sehingga lenyap dari
pandangan, wajahnya segera menunjukkan perasaan muak dan benci, katanya:
"Kongcu, orang ini seharusnya pantas mampus sedari dulu, mengapa kau membiarkan dia
tetap hidup?"
"Kehidupannya di dunia ini masih banyak kegunaannya" jawab Ting Peng sambil tertawa.
"Dia bermaksud jahat, tampaknya rasa bencinya kepada kongcu sudah mendalam sekali"
"Aku tahu, tiada manusia yang berbeda di dunia ini, bila dia diinjak-injak apalagi dijatuhkan dari
tempat yang tinggi, sudah pasti ia akan mendendam dan membencinya hingga merasuk ke tulang
sumsum"
"Tapi dia pasti akan bersekongkol dengan banyak orang untuk mencelakai kongcu, siapa tahu
orang yang membekuk nona sekarang juga merupakan komplotannya?"
"Bisa jadi demikian"
"Dia tahu kalau kongcu tak akan memenuhi tuntutan orang dengan membunuhnya, maka dia
mencantumkan namanya di urutan yang pertama""
"Seandainya dia benar-benar berbuat demikian, diapun tahu kalau untuk kedua kalinya aku
bakal membunuhnya, maka perintahkan kepadanya untuk pergi keluar merupakan sebuah
percobaan pula, bila dia tidak bersekongkol dengan orang-orang tersebut. . ."

"Begitu besarkah kemampuan yang dimilikinya?"
"Dia adalah seorang siaujin, mempunyai cara yang dimiliki siaujin, dalam hal ini kau tak boleh
memandang enteng dirinya"
"Seandainya ia tak berhasil menemukan-nya?"
"Dia pasti akan menyembunyikan diri, bersembunyi serapat-rapatnya dan tak berani
menjumpai diriku lagi, dengan cara inilah aku justru akan mengusirnya pergi"
Siau Hiang termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata lagi:
"Kongcu, percayakah kau nona sekalian telah disekap orang?"
"Benar, anting-antingnya dapat membuktikan hal ini, anting-anting tersebut pemberian dari
kakeknya, diberikan kepadanya sebagai kenang-kenangan, seandainya tiada suatu perubahan
yang istimewa, tak mungkin benda itu bisa terlepas dari tubuhnya"
"Apakah kita perlu menunggu kabar berita dari Liok Yok siong?"
"Aku rasa tidak perlu, dia dan Siau Im adalah rase, rase mempunyai kemampuan yang luar
biasa, aku percaya dia pasti mempunyai cara untuk memberi kabar kepadaku dimanakah mereka
berada?"
Paras muka Siau Hiang agak bergetar, serunya cepat:
"Benar! Jika kongcu tidak bilang akupun hampir saja melupakannya, nona memang sudah
melepaskan tanda bahaya"
"Benarkah itu. Dimanakah ia sekarang?" tanya Ting Peng sama sekali tidak merasa tegang.
"Budak tidak tahu, tapi setiap saat budak dapat melepaskan tanda bahaya dan menemukan
tempat tinggalnya."
Sambil berkata dia mengambil anting-anting dari Siau Im dan dimasukkan ke dalam sakunya:
"Kongcu, suruh Ah Ku menyiapkan kereta, kita segera berangkat"
"Baik" Ting Peng manggut-manggut, "pergilah memberi perintah, sebentar kita berangkat."
Sikapnya sangat tenang, sama sekali tidak gelisah, seolah-olah hubungan perasaannya
dengan Cing-cing begitu tipis sehingga hampir mendekati tiada hubungan.
Tentu saja dalam gedung itu masih terdapat orang lain, mereka sama-sama menunjukkan
sikap tidak habis mengerti.
Terutama sekali ketika Ting Peng menitahkan orang untuk menyiapkan peti mati dan
memasukkan jenasah lelaki itu ke dalam peti, semua orang semakin kebingungan dibuatnya,
karena Ting Peng telah memesan kayu macam apakah untuk peti mati itu, pakaian apa yang
harus dipakai dan bagaimana cara penguburannya, seakan-akan kematian lelaki tersebut telah
memancing perhatiannya yang lebih besar.

Kereta kuda itu bergerak ke depan, Ting Peng yang berada dalam kereta memejamkan mata
rapat-rapat, Siau Hiang bersandar di atas lututnya seperti seekor kucing.
Ada kalanya Ting Peng membelai rambutnya atau mengelus pipinya yang halus, dan dia pun
mengulumkan sekulum senyuman genit kepada Ting Peng...
Pemandangan semacam ini sungguh menggetarkan hati orang, membuat hati orang merasa
kagum.
Walau dilihat sepintas lalu pemandangan tersebut menggetarkan sukma, tapi benarkah
perasaan mereka pun sedemikian tenangnya?
Soal ini hanya mereka sendiri yang tahu, paling tidak dari wajah Ting Peng mereka tidak
berhasil menemukan sesuatu yang aneh. Kereta kuda bergelinding melalui sebuah jalan bukit,
mendadak Siau Hiang bangun dan duduk, lalu mengetuk pintu kereta.
Ah Ku yang menjadi kusir di depan segera menarik tali lesnya dan menghentikan kereta
tersebut.
Siau Hiang melongok ke luar, kemudian bertanya.
"Apakah, kita sudah melalui jalanan kecil itu"
Ah Ku manggut-manggut sambil memberi kode tangan.
Siau Hiang lantas berkata lagi:
"Lumayan kalau begitu! menurut perhitunganku seharusnya tinggal empat puluh kaki lagi kita
belok ke jalan kecil tersebut"
Ah Ku memberi kode tangan lagi.
Terdengar Siau Hiang berkata:
"Kongcu, jalanan tersebut kelewat sempit, kereta kita tak bisa masuk, kita harus beralih
menunggang kuda"
"Kau tak bakal salah bukan?" tanya Ting Peng tertawa.
"Tak bakal salah, anting-anting yang di kirim Siau Im adalah anting-anting harum seribu li,
anting-anting tersebut mempunyai semacam bau khas, dimana tempat tersebut dia lewati, dalam
setengah bulan baunya tak akan luntur, cuma hanya orang kita saja yang bisa membedakannya"
"Maksudmu anting-anting yang dikirim kepada kita itu?"
"Bukan! Anting-anting ini meski membawa bau tersebut, namun bau itu karena tertempel pada
anting-anting yang lain, sedang bau yang sebenarnya terletak pada anting-anting yang satunya"
"Masa di atas sebuah anting-anting bisa menyiarkan sejenis bau khas tertentu!"
Siau Hiang tertawa.
"Soal ini merupakan rahasia kami, sebetulnya anting-anting itu sendiri tidak mempunyai bau
apa-apa, bau khas tersebut terbungkus didalam mutiara dari anting-anting itu. jika menemui
bahaya maut maka mutiaranya dipukul hancur sehingga menyiarkan bau khas, bau tersebut akan

tertinggal di tempat-tempat yang dilaluinya, sewaktu Siau Im tertawan, ia telah berbuat demikian
maka dari itu anting-anting yang dikirim datang hanya tertempel sedikit bau harum itu, dengan
mengikuti asal bau tersebutlah aku bisa meraba arahnya secara garis besar, tapi setelah sampai
di depan situ, baunya makin lama semakin keras"
"Kalau begitu kau sudah dapat menentukan dimanakah mereka berada sekarang?"
"Benar! asal nona dan Siau Im belum berpisah, kita pasti dapat menemukan jejaknya, paling
tidak kita dapat menemukan dimanakah Siau Im berada sekarang"
"Baik! Kalau begitu kita tak usah menunggang kuda, kita lanjutkan perjalanan sambil berjalan
kaki saja"
"Budak kuatir tak sanggup berjalan sejauh itu"
"Tak menjadi soal, biar aku dan Ah Ku secara bergilir membopong tubuhmu nanti"
Ah Ku kembali memberi kode tangan menanyakan bagaimana dengan kereta mereka.
Sambil tertawa Ting Peng berkata:
"Beri saja sebuah cambukan agar mereka berjalan turun ke bawah sana mengikuti jalanan, toh
kereta tersebut sudah terlanjur ternama sekali dalam dunia persilatan, tak usah kuatir bila ia nanti
hilang. Ah Ku, sebenarnya aku hendak menyuruh kau melanjutkan kereta itu menuju ke depan
sana agar bisa memencarkan perhatian orang, tapi aku pun berpikir lain, pihak lawan bisa
menangkap Cing Cing berdua, berarti mereka bukan terdiri dari seorang saja, lagi pula pasti hebat
sekali, kemungkinan besar aku membutuhkan pembantu, itulah sebabnya aku menyuruh kau turut
serta dalam perjalanan ini"
Tampaknya Ah Ku sangat gembira karena Ting Peng memandang tinggi kemampuannya,
buru-buru dia melompat turun dari keretanya dan memayang turun Siau Hang, setelah itu memberi
sebuah cambukan membiarkan kudanya lari ke depan.
Sementara mereka bertiga segera memutar badan dan masuk ke jalanan kecil tersebut.
ooo0ooo
PERKAMPUNGAN LIAN IM SAN CENG
TEMPAT itu merupakan sebuah perkampungan yang sangat besar, terhitung pula sebuah
bangunan yang terpencil sekali letaknya.
Siau Im dan Cing disekap dalam sebuah kamar, tubuh mereka tidak diikat atau dibelenggu,
jendela dan pintupun tidak diberi terali besi. . .
Tapi mereka tak dapat melarikan diri dari situ, sebab tubuh mereka dalam keadaan telanjang
bulat, Giok Bu sia memang kurang ajar, ternyata mereka telah ditelanjangi, perabot dalam ruangan
itu diatur sangat rapi, cuma tiada secuwil bendapun yang bisa digunakan untuk menutupi tubuh
mereka.
Pintu dibuka, Giok Bu sia masuk sambil membawa sebuah anglo tempat pemanasan, ujarnya
sambil tertawa:

"Aku kuatir, kalian kedinginan, maka sengaja kuambilkan tempat pemanasan untuk
menghangatkan tubuh kalian"
Ketika ia berada di depan pintu tadi, Cing Cing sudah mendengar kehadirannya, dia segera
menyelinap ke belakang pintu dan bermaksud untuk menotok roboh dirinya. Tapi tangannya yang
diayunkan itu segera terhenti ditengah jalan, sebab Giok Bu sia sendiripun tidak berbusana,
seperti mereka dan pun berada dalam keadaan telanjang bulat.
Memandang tangan Cing Cing yang ditarik kembali, Giok Bu sia tertawa tergelak, ujarnya:
"Ting hujin, agar kalian jangan kuatir dan merasa murung, aku sengaja melepaskan pula
pakaianku agar kalian dapat membuktikan sendiri kalau aku pun seorang perempuan, seorang
perempuan tulen?"
Dia meletakkan tempat pemanasan
*************************
Halaman 31 s/d 36 hilang
*************************
"Terhadap aku tak mungkin" Giok Bu sia tertawa, "sebab sewaktu datang dulu mereka keluar
berenam, ke empat orang lainnya justru termakan jarum terbangku karena sikap kurang begitu
bersahabat . . ."
"Aku rasa jarum itu pasti sudah diberi racun?"
"Benar, racun itu adalah sejenis racun yang sangat aneh, tidak sakit tidak kaku, tapi
mendatangkan perasaan gatal bahkan rasa gatalnya keluar dari badan menuju keluar, maka
setelah termakan bidikan jarumku bukan saja seluruh tubuh mereka sendiri dicakar robek, sampai
akhirnya mereka malah menggunakan pisau untuk memotongi kulit badan sendiri, memotong terus
sampai tak sanggup memotong lagi, ada seorang diantaranya cukup tangguh, ternyata dia
sanggup mengorek sampai isi perutnya keluar semua, akhirnya dia baru mampus setelah
jantungnya sendiri di potong keluar.."
Siau Im merasakan seluruh bulu kuduknya pada bangun berdiri, dia ngeri sekali oleh cerita
orang.
Tapi Cing-cing tidak dibikin ketakutan oleh perkataan mana bahkan paras mukanya sama
sekali tidak menunjukkan perubahan apa-apa.
Dengan nada sedikit kurang percaya, Giok Bu sia bertanya:
"Adakah Ting hujin kurang percaya dengan perkataan tadi?"
"Tidak! aku percaya, meskipun kau bukan seorang perempuan yang jujur namun selagi
seseorang berada dalam keadaan telanjang bulat dia jarang sekali berbohong"
"Tapi sikap serta mimik wajahmu menunjukkan seolah-olah tidak percaya dengan ucapanku
itu"
"Aku tahu kalau kau berbicara sesungguhnya, cuma aku tidak sampai dibuat ketakutan saja,
tahukah kau aku bukan manusia, aku adalah rase""

Giok Bu sia tertawa.
"Setiap orang lelaki memang selalu mengatakan kita orang perempuan Sebagai siluman rase"
katanya.
"Tapi yang kuyakini berbeda dengan kalian, yang kuyakini adalah aliran rase langit, yang
diutamakan adalah bentuk hati yang bersih, oleh karena itu aku sudah tak akan terpengaruh lagi
oleh persoalan-persoalan keduniawian lagi."
"Tidak kusangka latihan batin Ting hujin telah mencapai tingkatan yang begini sempurna,
entah persoalan keduniawian apa lagi yang sanggup menggerakkan hatimu?"
"Ada sih ada" Ujar Cing-cing menghela napas, "andaikata benar-benar bisa terlepas dari
semua persoalan keduniawian niscaya hatiku sudah sebersih cermin dan tingkat kedudukanku
tentu akan setingkat lebih tinggi lagi."
"Entah persoalan apakah yang masih sanggup menggerakkan hati Ting hujin. . . ?"
Setelah pertanyaan itu diutarakan, dia baru merasakan kebodohan sendiri, jelas hal itu
merupakan rahasia seseorang, seperti juga seorang berlatih ilmu tenaga dalam, tentu saja dia tak
akan memberitahukan rahasianya kepada orang lain.
Namun Cing-cing segera menjawab pertanyaan itu:
"Suamiku!"
Giok Bu sia tertegun, tanyanya curiga:
"Suamimu?"
"Benar suamiku Ting Peng, apakah nona Giok sudah memperoleh kabar darinya?"
"Sialan, maknya, bangsat keparat setan!"
Siapapun tak akan percaya kalau perkataan semacam itu bisa muntah keluar dari mulut
seorang gadis cantik jelita seperti Giok Bu sia, bahkan dia memaki sampai dua kali.
Pertama kali dia mencaci maki kata tersebut ketika Cing-cing bertanya apakah sudah
mendapat khabar tentang Ting Peng, ternyata ucapan itu menyentuh hawa amarahnya, begitu
meletakkan nampan nasi dia membalikkan badan dan kabur keluar.
Seperti menembus angin dia menerjang keluar, sampai pintupun lupa ditutup kembali.
Ketika Cing-cing bangkit berdiri untuk menutup pintu, dia menyaksikan bayangan tubuhnya
yang indah sudah menuruni loteng dan kabur jauh sekali. . . .
Menanti ia menyaksikan ada bayangan dua orang lelaki mendekat, ia baru cepat-cepat
menutup pintu.
Tapi ia telah berhasil membuktikan beberapa hal, Giok Bu sia memang benar-benar berani
berjalan kian kemari di depan rekan-rekan prianya dalam keadaan telanjang bulat, karena dua
orang lelaki itu nampak seperti amat takut terhadap Giok Bu sia.

Sewaktu gadis itu menerjang lewat
*************************
Halaman 41 s/d 44 hilang
*************************
"Lo Ma, kau telah kembali?"
"Bee. . . benar, aku sudah kembali" sahut lo-ma dengan keadaan yang patut dikasihani.
"Kemana Lo Chin? Kenapa tidak pulang bersamamu?"
Lo Ma menundukkan kepalanya semakin rendah, dengan suara agak takut bercampur ngeri
katanya:
"Ia telah dibacok oleh Ting Peng, sekali bacok terbelah menjadi dua, benar-benar sebilah
golok yang amat menakutkan"
Bukan marah Giok Bu sia malah tertawa, katanya:
"Dia hanya membacok seorang saja masih terhitung sungkan, mungkin lantaran kaulah yang
membawanya kemari, maka dia tak jadi membacok mati dirimu"
Lo Ma tidak berani berbicara, dia membungkam dalam seribu bahasa. . . .
Agaknya Giok Bu sia tahu kalau perkataan semacam itu terlampau awal untuk diucapkan,
maka ia segera berkata lagi:
"Mana Ting Peng? Apakah dia telah membunuh Liu Yok siong?"
"Ti. . . tidak, setelah membaca surat itu dia meloloskan goloknya, kami mengira dia akan
membunuh Liu Yok siong, siapa tahu Lo Chin lah yang dibacok menjadi dua"
Giok Bu sia nampak seperti gembira sekali, kembali ujarnya:
"Apakah kalian tidak berbicara hingga jelas?"
"Tidak, tidak! Kami sudah berbicara cukup jelas, sepatah katapun tidak kurang".
Giok Bu sia makin tertarik lagi dengan gembira dia berseru:
"Jadi maksudnya dia lebih suka mengorbankan bininya daripada membinasakan Liu Yok
siong?."
"Tidak!" kembali Lo Ma berseru cepat, "diapun tidak berkata demikian...."
Sekarang Giok Bu sia baru menarik muka sambil menegur:
"Sebenarnya apa yang dia katakan?"
"Dia bilang dia tak bisa membacok kepala manusia, dia hanya bisa membelah orang jadi dua,
dia suruh kami berubah cara saja bila lain kali menginginkan dia membunuh orang"

"Dia cuma berkata sepatah kata ini saja"
"Dia masih mengucapkan banyak perkataan, tapi semuanya itu kalau ditarik kesimpulan maka
isinya hanya menandakan kalau dia tak akan sudi menerima tekanan kita"
"Sekalipun dengan menggunakan jiwa bininya pun tak sanggup?"
"Yaa, dengan nyawa bininya pun percuma, dia bilang kita boleh saja membunuh bininya tapi
perbuatan itu harus ditebus dengan suatu nilai yang besar sekali"
"Kemudian dia pun melepaskan kau pulang kemari?"
Lo Ma manggut-manggut, dia tak berani mengatakan kalau ilmu silat yang dimilikinya sudah
punah, sebab hal itu sama artinya dengan mengumumkan kematian sendiri.
Dengan gusar Giok Bu sia segera mendamprat:
"Kau memang seorang telur busuk yang amat bodoh, apakah kau tak tahu kalau hal ini
merupakan siasat liciknya? Dia hendak menyuruh kau membawa jalan baginya agar dia ikut
kemari?"
Buru-buru Lo Ma menerangkan:
"Tentu saja aku pun bisa berpikir sampai ke situ maka sepanjang jalan aku memperhatikannya
secara seksama, bahkan telah memberitahukan ke tujuh belas pos penjagaan agar mereka
memperhatikan belakang tubuhku, tapi alhasil dibuktikannya bahwa dia tidak ikut aku datang
sampai di sini"
"0ooh, peristiwa ini benar-benar sukar diterima dengan akal sehat, mungkinkah ia sama sekali
tidak menaruh perhatian khusus terhadap keselamatan jiwa bininya?"
"Itupun, tidak, ia bilang tentu saja dia mempunyai cara untuk menemukan istrinya, karena
diantara mereka berdua sudah mempunyai hubungan kontak batin yang mendalam dan erat
sekali, sekalipun bininya berada jauh di suatu tempat yang ribuan li letaknya, dengan cepat dia
akan berhasil menemukan tempat tersebut"
"Sialan, maknya, setan kepala gede."
Untuk kedua kalinya Giok Bu sia mengutarakan kata makiannya yang kotor dan kasar.
ooo0ooo
*************************
Halaman 49 - 50 hilang
*************************
paling belakang pun sudah hampir setahun berada bersama-samanya.
Lian Im cap si sat seng (empat belas bintang malaikat bengis) hanya melambangkan suatu
nama, suatu nama dari sebuah organisasi yang aneh, bukan dimaksudkan hanya empat belas
orang saja.

Hanya saja setiap kali mereka hendak melakukan suatu pekerjaan, selalu empat belas orang
bersama-sama, karena setiap perbuatan yang diperintahkan Giok Bu sia tak boleh meleset barang
sekali pun dan untuk melakukan suatu pekerjaan secara sempurna paling tidak membutuhkan
tenaga dari empat belas orang.
Lian im cap si sat seng bukan sebuah organisasi yang ternama, akan tetapi merupakan
sebuah organisasi yang nyata, mereka berani menerima tugas yang bagaimanapun sulitnya,
bahkan langganan mereka merupakan perguruan-perguruan besar yang termasyhur dalam dunia
persilatan, sedang tugas yang harus mereka lakukan pun sering kali merupakan pekerjaan yang
tak mungkin bisa mereka lakukan atau mereka selesaikan sendiri.
Tentu saja, mereka pantang bekerja bagi orang tanpa imbalan, yang mereka terima biasanya
selalu bernilai tinggi.
Suatu pekerjaan dengan imbalan yang tinggi, sudah barang tentu merupakan suatu pekerjaan
yang sulit sekali.
Pekerjaan dengan imbalan tinggipun bukan pekerjaan yang seringkali mereka jumpai, itulah
sebabnya mereka seringkali menganggur.
Tapi setiap kali mereka dapat menyelesaikan sebuah tugas maka mereka pun bisa hidup
makmur, hidup gembira, kaya raya dan berlimpah-limpah selama berapa tahun.
Belakangan ini merekapun sudah melakukan beberapa buah pekerjaan, itulah sebabnya
mereka semua kaya raya.
Cuma saja dalam peristiwa penculikan terhadap Cing-cing, boleh dibilang mereka telah
bertindak kurang cerdik, sebab hingga sekarang mereka masih belum berhasil meraih keuntungan
sepeserpun, bahkan malah harus mengeluarkan ganti rugi, suatu jumlah ganti rugi yang cukup
besar.
Disaat Giok Bu sia menjumpai bahwa dia jauh lebih menarik disaat mengenakan busana
daripada bertelanjang bulat inilah Ting Peng telah datang. . . .
Ting Peng datang tanpa mengeluarkan suara atau menimbulkan suara apa saja, sebab untuk
mendekati perkampungan Lian Im san ceng tanpa menimbulkan suara pada hakekatnya
merupakan suatu pekerjaan yang mustahil.
Akan tetapi semua pekerjaan yang sudah terjatuh ke tangan Ting Peng, tampaknya tiada kata
tak mungkin lagi.
ooo0ooo
SECARA beruntun Ting Peng telah berhasil melampaui tujuh belas buah pos penjagaan dan
melewati empat buah markas tanpa menimbulkan suara barang sedikitpun jua.
Akan tetapi sewaktu ia berdiri di depan pintu gerbang perkampungan Lian Im san ceng, ia
justru menitahkan kepada Ah Ku untuk menendang pintu gerbang yang besar, tebal lagi berat itu.
Pintu gerbang tersebut tidak lebih tipis daripada pintu gerbang kota, tidak pula lebih enteng,
apalagi dari atas sampai ke bawah masih dipantek dengan lima buah pantekan kayu besar, namun
Ah Ku cuma menggunakan sebuah tendangan saja.

Pintu itu bukan tertendang hingga terbuka, melainkan ditendang hingga roboh.
Walaupun mereka sudah membuat pintu itu sedemikian kokoh dan kuatnya, namun mereka
lupa memasang engsel pintu yang sama kokoh dan kuatnya, oleh sebab itu tendangan mana
seketika itu juga mematahkan sontekan dan engsel pintu yang kuat, lalu kedua belah pintu
gerbang itu pun roboh ke tanah dengan menimbulkan suara keras bagaikan geledek, tanahpun
ikut bergetar keras seperti dilanda gempa bumi.
Tak usah memeriksa keluar, Giok Bu sia sudah tahu kalau Ting Peng telah datang, dia hanya
menurunkan perintah yang paling singkat:
"Keluar, gunakan segenap tenaga untuk bertahan, bunuh semua pendatang... !"
Bunuh semua pendatang semestinya dimaksudkan untuk membendung datangnya pendatang
itu.
Giok Bu sia cukup mengerti, kendatipun orang-orang itu terhitung jagoan kelas satu dalam
dunia persilatan, namun mereka tak akan mampu membunuh Ting Peng.
Hanya saja kawanan manusia itu masih belum tahu, bahkan mereka tidak percaya.
Orang yang mempunyai sedikit kepandaian memang seringkali sukar untuk mempercayai
kemampuan orang lain, apalagi kalau kepandaian orang sangat luar biasa, apalagi kalau kawanan
manusia tersebut adalah manusia-manusia sombong yang sudah terbiasa mengagulkan diri.
Seandainya Giok Bu sia mengatakan agar semua orang menggunakan segenap kemampuan
yang ada untuk menghadang kedatangan pendatang tersebut, kemungkinan besar ada dua tiga
orang diantaranya yang lebih pintar bisa berpikir kalau ilmu silat orang itu tentu amat lihay hingga
timbul perasaan takut dalam hatinya.
Sekalipun mereka selalu mengunggulkan diri, akan tetapi mereka amat mempercayai ucapan
Giok Bu sia.
Bukan saja Giok Bu sia memahami keadaan lawan, diapun cukup memahami diri sendiri.
Mereka sudah pernah menjumpai musuh yang sangat tangguh, akan tetapi di bawah susunan
rencana Giok Bu sia yang sempurna akhirnya toh musuh tangguh itu berhasil dirobohkan.
Oleh karena itu ketika Giok Bu sia mengatakan agar mereka mengerahkan segenap
kekuatannya untuk membunuh pendatang, hal ini menandakan kalau kekuatan mereka masih
sanggup untuk membunuh pendatang tersebut.
Kepercayaan mereka terhadap Giok Bu sia tak pernah goyah atau luntur, sekalipun mereka
sendiripun tahu bahwa sebagai lelaki mereka tak boleh kelewat percaya dengan kaum wanita"
Namun dalam pandangan mereka, pada hakekatnya Giok Bu sia bukan seorang perempuan.
Dia adalah pemimpin mereka., malaikat mereka.
Cuma saja mereka telah melupakan satu hal, hari ini Giok Bu sia telah munculkan diri di
hadapan mereka dengan memakai pakaian perempuan.
Tingkah lakunya yang lemah gemulai membuat pandangan mata mereka terperana.

Dikala Giok Bu sia melepaskan busananya dia mirip iblis, sedang kalau mengenakan
dandanan pria seperti malaikat.
Oleh karena itu mereka tidak menyangka kalau Giok Bu sia akan nampak sedemikian
menariknya sewaktu berdandan seperti seorang perempuan..
Disaat mereka menyaksikan kalau Giok Bu sia adalah seorang perempuan yang begini cantik,
otomatis merekapun melupakan kata-kata nasehat kuno yang menyatakan bahwa "perempuan
adalah manusia yang tak boleh dipercaya. . . ."
Ini memang merupakan suatu kesalahan besar.
Dalam kehidupan manusia di dunia ini banyak sudah kesalahan yang dibuat tapi kali ini sudah
pasti merupakan yang terbesar, biasanya yang terakhir kalinya itulah merupakan kali yang tak bisa
terampuni.
Sebab setelah melakukan kesalahan besar itu, kadangkala mereka sudah tidak ada waktu
untuk memaafkan diri.
Oleh karena itulah, merekapun tidak mempunyai cukup waktu untuk kelewat merasa
menyesal.
ooo0ooo
PERTAMA-TAMA yang menyerang keluar lebih dulu adalah sepasang manusia banci itu.
Mereka tak lain adalah dua orang kuil yang dimaksudkan oleh Giok Bu sia tadi.
Penyakit mereka memang tak salah amat membenci kaum wanita oleh sebab itu sewaktu
mereka saksikan Giok Bu sia mengenakan dandanan perempuan rasa bencipun segera tumbuh
didalam hati kecil mereka.
Biasanya disaat-saat seperti inilah mereka ingin membunuh orang, tentu saja mereka tak
dapat membunuh Giok Bu sia.
Kebetulan sekali pada saat seperti inilah Giok Bu sia menurunkan perintah untuk membunuh
orang maka mereka segera bertindak seakan-akan kuatir kalau sampai kedahuluan orang lain.
Dengan cepat mereka menyaksikan tiga orang.
Ting Peng berdiri dengan tangan kosong, golok bulan sabitnya tersoren dipinggang, sebilah
senjata yang tidak terlalu menyolok, justru yang menyolok adalah Ah Ku yang berada di sisinya.
Dia mirip seorang raksasa yang datang dari daerah liar.
Namun mereka tidak takut dengan manusia raksasa, mereka tahu orang itu hanya
berperawakan lebih subur daripada orang lain, biasanya manusia seperti ini berotak sederhana
dan gerak-geriknya sedikit agak bebal dan lamban.
Apalagi dalam pandangan yang pertama sasaran yang paling menyolok bagi mereka tetap
adalah Siau Hiang, karena dia perempuan, seorang perempuan yang menarik hati, lemah lembut,
menarik persis seperti para dayang keraton yang sering kali mereka jumpai dalam istana raja dulu,
ditambah pula di bawah hembusan angin mereka seperti mengendus bau harum semerbak dari

Siau Hiang, hal mana makin merangsang mereka untuk berbuat kalap, memancing berkobarnya
hawa napsu berahi didalam tubuh mereka .....
Semacam berahi untuk mencabik-cabik tubuh lawan menjadi berkeping-keping, maka sasaran
pertama yang mereka tuju adalah Siau Hiang.
Kecepatan bertindak yang dilakukan kedua orang inipun sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Badan baru berkelebat, mereka sudah berada dikedua belah sisi Siau Hiang, kemudian hampir
pada saat yang bersama mereka lancarkan serangan untuk mencengkeram tubuh Siau Hiang.
Segenap kepandaian mereka terletak di atas sepasang tangannya ini, sekalipun manusia yang
terbuat dari batupun niscaya akan tercengkeram sampai hancur berantakan.
Dalam dunia persilatan pernah berlaku kitab urutan senjata karya Pek Siau-seng, tentu saja
kejadian ini sudah berlangsung banyak tahun berselang, pahlawan-pahlawan yang tercantum
dalam kitab tersebut kini sudah tiada semua.
Di bawah Pek Siau-seng, tak pernah ada orang membuat kitab susunan senjata lagi, kalau
tidak, niscaya orang akan mencantumkan pula kepandaian dari sepasang tangan kedua orang ini
ke dalam daftar.
Andaikata mereka dilahirkan pada jamannya Pek Siau-seng dulu, merekapun dapat
memasukkan kepandaian sepasang tangan mereka ke dalam daftar kitab senjata, bahkan urutan
namanya tidak akan berada di bawah Ang mo-jiu serta Cing mo-jiu.
Itulah sebabnya seandainya kedua belah tangan tersebut sampai mampir di tubuh Siau Hiang,
sudah pasti akan mengerikan sekali jadinya, karena tubuh Siau Hiang yang kecil mungil itu tak
akan tahan menghadapi cengkeraman tersebut.
Namun dengan kecepatan gerak mereka berdua, rasanya sulit juga untuk meloloskan diri dari
cengkeramannya itu, karena Siau Hiang berdiri di samping Ah Ku.
Cuma saja Ah Ku adalah seorang manusia raksasa yang berperawakan satu kaki dua depa.
Manusia raksasa tidak menakutkan, merekapun pernah membunuh manusia raksasa yang
berperawakan hampir sama dengan tinggi badan Ah Ku, hanya saja orang yang mereka jumpai
kali ini adalah Ah Ku, bukan orang lain.
Walaupun Ah Ku mempunyai perawakan tubuh yang tinggi besar, akan tetapi gerak-geriknya
tidak bebal atau lamban, kecepatan gerakpun tidak jauh lebih lamban daripada mereka.
Ah Ku tidak menyerang mereka, hanya saja tangannya seorang satu mencengkeram di
punggung mereka lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
Perawakan tubuh mereka memang tidak tinggi, hampir sebanding dengan tubuh Siau Hiang.
Ah Ku cukup mengangkat dengan tenaga sedikit, tahu-tahu tubuh mereka sudah terangkat
setengah lebih tinggi daripada tubuh Siau Hiang, tangan mereka masih tetap mencakar ke luar,
mencakar dengan telak.
Kemudian kedengaran pula suara hancurnya tulang, seperti ada suatu benda tajam
menembusi tubuh manusia, akan tetapi tidak kedengaran suara rintihan atau dengusan tertahan.

Orang yang kena mereka cengkeram itu tak berkesempatan lagi untuk menjerit kesakitan,
telah saling cengkeram mencengkeram dengan dahsyatnya.
Darah segar menyembur keluar membasahi seluruh badan Ah Ku, namun Ah Ku tidak perduli,
dia lantas mengendorkan tangannya dan melemparkan kedua sosok mayat itu ke tanah.
Siau Hiang yang berada di sisinya justru tak tahan melihat adegan seperti itu, dia ingin tumpah,
tubuhnya sama sekali tidak ternoda darah, cuma saja sewaktu tubuh kedua orang itu terangkat,
separuh tubuh mereka bagian bawah kebetulan bergelantungan di hadapan Siau Hiang, tiba-tiba
saja tersiar bau busuk yang amat menusuk hidung.
Selama ini Ting Peng seakan-akan tidak melihat sesuatu apapun, dia masih saja melanjutkan
perjalanannya ke depan.
Ketika kedua orang manusia itu menerjang tiba, ia tak berkedip mata, tapi dua orang itu tahutahu
sudah berubah menjadi mayat, sedang dia sendiri sama sekali tak berpaling.
Ia berjalan terus ke depan sampai berpapasan dengan rombongan kedua sebelum berhenti.
Rombongan kedua ini terdiri dari enam orang yang berdiri berjajar menghadang jalan majunya,
mereka semua menggenggam senjata.
"Lian Im cap si sat seng?" Ting Peng menegur.
"Benar!" salah seorang menjawab.
"Aku adalah Ting Peng, kalianlah yang menangkap istriku?"
"Benar"
Jawabannya selalu singkat dan tak pernah lebih dari empat kata, sebab golok Ting Peng
sudah diloloskan dari sarungnya.
Dikala Ting Peng sudah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia malas untuk
banyak-banyak berbicara, sebaliknya bila dia berbicara dengan orang secara samar, hal ini
menandakan kalau dalam hati kecilnya tidak berhasrat untuk membunuh orang, kecuali kalau
orang kelewat mengganggunya, atau pihak lawan sudah benar-benar bosan hidup.
Disaat ia telah mengambil keputusan untuk membunuh orang, dia pun tak pernah membuang
waktu dengan percuma, terutama sekali setelah dia berhasil melatih ilmu golok bulan sabit
tersebut.
Cahaya golok berkelebat lewat dari kiri ke kanan, tiada orang melihat jelas bagaimana dia
turun tangan, hanya nampak dia menyarungkan kembali goloknya ke dalam sarung.
Namun ke enam orang itu telah terbelah menjadi dua belah bagian dan rontok ke tanah,
terbelah dari kepala sampai ke bawah.
(Bersambung ke Jilid 20)
Jilid : 20
DIKALA membunuh rombongan yang ketiga, dia tak usah membuang banyak waktu serta
tenaga, karena dikala Ting Peng membunuh ke enam orang itu, akhirnya hal ini membuat mereka

menyaksikan dengan jelas betapa hebatnya kemampuan golok bulan sabit tersebut dan kejadian
ini membuat nyali mereka hampir copot karena ketakutan.
Mereka lebih-lebih menyadari kalau kali ini mereka sudah mengusik sebuah sarang lebah yang
amat besar.
Setiap orang mempunyai keberanian untuk beradu jiwa, tapi hal ini hanya terjadi di suatu saat
dimana mereka dapat beradu jiwa bila mereka sudah berada disaat tak mampu melakukan
perlawanan lagi, biasanya hanya ada dua pilihan bagi mereka.
Menyerah dengan pasrah atau melarikan diri.
Rombongan ke tiga ini terdiri dari delapan orang, sekarang ada tiga orang dibikin tertegun
karena kaget dan lima orang kabur karena ketakutan.
Ting Peng tidak turun tangan, dia cuma meninggalkan pesan:
"Ayam dan anjingpun tak boleh dibiarkan hidup"
Asal ada sepatah kata itu saja maka segala sesuatunya sudah cukup, tubuh Ah Ku yang tinggi
besar pun segera melambung tinggi ke angkasa, lalu seperti seekor burung alap-alap, dia
menyambar anak-anak ayam yang sedang melarikan diri.
Bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk mengejar dan menghabisi nyawa lima orang jago
persilatan yang melarikan diri terpencar-pencar, tapi Ah Ku bisa menyelesaikan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya.
Cuma saja yang paling akhir dia harus mengejar sampai di luar perkampungan dan melewati
suatu pertarungan singkat sebanyak empat gebrakan sebelum menyelesaikan tugas tersebut.
Dikala ia teringat kalau di dalam masih ada tiga orang manusia sedang berdiri tertegun karena
ketakutan, kemudian memburu ke dalam siap membunuhnya, Siau Hiang telah berdiri di samping
mayat-mayat mereka sambil berdiri tertegun.
Ah Ku tidak pandai berbicara, dia mengira Siau Hiang telah membantunya menyelesaikan
tugas itu maka dia manggut-manggut sebagai tanda rasa terima kasihnya.
Siau Hiang seperti ingin mengucapkan sesuatu, belum sempat berbicara, ia telah menyaksikan
Ting Peng membawa Cing Cing dan Siau Im turun dari loteng.
Kisah lolos dari bahaya tersebut kalau dibicarakan amat datar dan biasa, maka setelah
mendengar penuturan tersebut Ting Peng tertawa terbahak-bahak.
"Long kun, apa yang membuatmu geli?" Cing Cing segera menegur.
Sambil tertawa Ting Peng menjawab:
"Aku tertawa geli untuk kebodohan kalian, maka Giok Bu sia hanya menelanjangi kalian, maka
kalian sudah kena disekap di dalam loteng tersebut ...."
"Benar, kalau aku disuruh menampakkan diri dalam keadaan demikian di depan orang lelaki,
bagiku lebih baik mati saja"
Ting Peng menghela napas panjang, kembali ujarnya:

"Apakah kau tak pernah mendengar ucapan yang berbunyi: Bila keadaan terdesak sungai pun
di lompati?"
"Tidak boleh, hal ini menyangkut harga diri serta kesucian dari seorang wanita, aku tak boleh
bertindak seperti ini.."
"Kau toh mengerti, berada dalam keadaan seperti itu aku tak bakal menuduhmu tidak suci
lagi?.."
"Aku tahu, tapi aku sendiri akan merasa kalau diriku tak suci lagi bila aku berbuat demikian"
"Pentingkah perasaan semacam itu bagimu?"
"Benar, penting sekali"
"Adakah suatu kekuatan yang bisa merubah perasaan semacam itu?"
"Apa dalam suatu keadaan aku bisa tidak memperdulikan segala macam persoalan seperti itu"
"Berada dalam keadaan seperti apa?"
"Disaat kau berada dalam keadaan bahaya dan aku bisa menolongmu dari bahaya, bila aku
berbuat begitu, sekalipun aku diharuskan menyerahkan tubuhku kepada lelaki lainpun, niscaya
akan kulakukan dengan segera."
Ting Peng merasa amat terharu, dipeluknya perempuan itu kencang-kencang dan katanya
dengan lembut:
"Cing-cing, daripada menyuruh kau melakukan hal-hal semacam itu, aku lebih suka mati saja"
Cing-cing tertawa bahagia, dibelainya pipi suaminya dengan lembut, kemudian berbisik:
"Untung saja kesempatan bagiku berbuat demikian kelewat kecil"
"Apakah dikarenakan kemungkinan bagiku untuk menjumpai mara bahaya sudah tidak ada
lagi?"
"Tidak! Semakin tinggi ilmu silatmu, semakin banyak pula mara bahaya yang kau hadapi."
Semakin tinggi ilmu silat seseorang, semakin banyak pula mara bahaya yang dihadapi.
Ucapan itu seperti saling bertentangan, padahal besar sekali kebenarannya.
Makin tinggi ilmu silat seseorang berarti semakin ternama orang itu, otomatis akan
menimbulkan perasaan iri pula dari banyak orang, kemudian akan timbul banyak orang yang ingin
mencelakainya, semakin keji dan berbahaya pula cara yang mereka pergunakan.
Teori semacam ini cukup dipahami Ting Peng, tapi dia tidak memahami ucapan lain dari Cingcing.
"Kalau toh lebih banyak terancam bahaya, mengapa kau semakin kecil kemungkinannya
berbuat demikian?"

Cing-cing menghela napas panjang.
"Karena orang yang bisa memperosokkan dirimu ke dalam keadaan yang berbahaya pasti
merupakan suatu rencana yang sangat lihay pula, suatu rencana keji yang telah disusun orang
dengan segala kemampuan yang dimiliki, tujuan mereka adalah membunuhmu, bukan
mendapatkan aku, karena itu sekalipun aku bersedia menyerahkan tubuhku kepada orang demi
menyelamatkan jiwamu, hal inipun mustahil bisa terlaksana karena itu aku baru mengatakan kalau
hal ini tak mungkin."
Sambil menghela napas Ting Peng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya:
"Tidak, Cing-cing, kau keliru"
"Aku keliru?"
"Benar, bukan cuma keliru bahkan kekeliruanmu besar sekali, sekarang aku cukup memahami
situasi yang sedang kuhadapi, mungkin saja ada suatu rencana keji yang bisa memperosokkan
diriku ke dalam keadaan berbahaya, tapi tak mungkin mereka bisa membunuh aku, cuma bila kau
menganggap aku sudah terperosok ke dalam keadaan berbahaya dan berbuat demikian,
tindakanmu itulah yang sesungguhnya akan merenggut nyawaku"
"Apakah kau siap membunuh dirimu sendiri karena hal ini?"
"Tidak, aku kuatir kau tak ingin hidup lebih jauh sehingga kehilangan dirimu, sebab hal itulah
yang akan menyebabkan aku benar-benar tak ingin hidup lebih jauh."
"Tidak Long kun, kau pun keliru" Cing Cing tertawa.
"Aku pun keliru?"
"Benar seandainya aku benar-benar kehilangan tubuhku di tangan lelaki lain demi
menyelamatkan jiwamu, aku tak akan merasa bahwa aku tak suci lagi, apalagi disebabkan hal itu
menyebabkan aku mengambil keputusan pendek, sebaliknya aku malah akan hidup lebih berarti,
hidup lebih berbahagia lagi."
"Hidup lebih berbahagia?"
"Benar, karena aku akan menemukan bahwa diriku ini sebenarnya mempunyai kegunaan yang
amat besar bagimu, aku bisa memberikan banyak pengorbanan bagi dirimu, hal tersebut akan
menyebabkan aku hidup lebih bergairah lagi."
Ting Peng berpikir sebentar, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh... haaahh... haaahhh... ucapanmu memang benar, aku memang salah, kau salah satu
kali dan akupun salah satu kali, kita sama-sama seri."
"Benar Long kun, kita memang seri, kita mengira sudah amat memahami perasaan lawannya,
siapa tahu masih terdapat banyak pandangan yang sebenarnya merupakan suatu kesalahan
besar."
Biasanya semula hal ini akan tumbuh lebih dewasa setelah melalui suatu masa percobaan,
demikian pula halnya dengan soal cinta.

Mereka telah menemukan suatu kesalahan yang sebelumnya tak pernah mereka perhatikan,
untung saja kesalahan tersebut bisa ditemukan lebih awal sebelum kesalahan mana berubah lebih
parah dan lebih mengerikan.
Oleh karena itulah mereka merasa amat berlega hati, dikala mereka sedang berlega hati, tak
pernah mereka pikirkan soal hal-hal yang sepele, maka kedua orang itupun saling berpelukan
saling berlompatan, tertawa, berteriak, persis seperti dua orang manusia gila.
Siau Hiang sedang tertawa, Siau Im sedang tertawa, Ah Ku juga tertawa, mereka semua
tertawa gembira.
Tapi ada seorang yang melelehkan air mata dibalik kegelapan sana.
Bukan karena bersedih hati, juga bukan karena pilu hatinya, melainkan karena masalah
mendongkol. . . .
Sepasang giginya menggigit bibirnya kencang-kencang, menggigitnya sampai berdarah,
sementara air matanya jatuh bercucuran dengan derasnya. . . .
Tiba-tiba Siau Im bertanya:
"Yaa, mana Giok Bu sia? Perempuan busuk itu sudah kabur kemana? Apakah kau telah
membinasakannya?"
Semua mayat bertumpukan di situ, Siau Im mendekat sambil memeriksa, ternyata tidak
nampak tubuh Giok Bu sia.
ooo0ooo
UPACARA API
KEMANA perginya Giok Bu sia? Perempuan yang menjadi biang keladi dari semua peristiwa
ini?.
Tujuannya melarikan Cing-cing adalah ingin memancing kedatangan Ting Peng di situ, tapi
dikala Ting Peng benar-benar sudah datang, ia justru menyembunyikan diri.
Sebenarnya apa maksud dari kesemuanya ini? Apakah dia tidak tahu akan kelihaian golok
bulan sabit milik Ting Peng? Atau karena dia mengira rekan-rekannya sudah sanggup untuk
menahan serbuan Ting Peng?
Atau mungkin dia menganggap dengan membekuk Cing Cing berarti ia dapat mengendalikan
Ting Peng dan menjadikan jagoan tersebut sebagai alat pembunuhnya untuk membunuhi orangorang
yang tak disukai olehnya?
Tampaknya kedua buah teori tersebut seperti amat cocok dengan keadaan, tapi bila
diperhatikan dengan seksama, semua tak bisa berdiri sendiri.
Orang lain mungkin tidak terlalu memahami kekuatan yang dimiliki Lian Im cap si sat seng
dalam menghadapi Ting Peng, tapi ia mengetahui cukup jelas.
Sekarang dia sedang berada didalam ruang rahasia di bawah tanah, di bawah penerangan
sinar lentera yang redup, sedang menulis bahan tentang Ting Peng di atas secarik kertas.

Diatas gulungan kertas itu sudah penuh berisikan tulisan, sejak dari Bwe ang kek di kota Hang
Ciu.....
Menyaksikan Ting Peng mengayunkan goloknya terhadap Thi yan Siang hui suami istri,
dimana ayunan goloknya mendatangkan kekuatan yang luar biasa.
Menyaksikan Ting Peng mengalahkan Lim Yok peng, gerakan tubuhnya enteng dan lembut,
seakan-akan di dalam goloknya tersekap suatu kekuatan suci yang hebat.
Sekarang dia sedang menulis kisah pengalamannya yang belum lama berselang baru dialami.
Menyaksikan Ting Peng membelah enam malaikat bengis, golok berkelebat tubuh berpisah,
sedemikian hebatnya kekuatan serangan itu sehingga mesti dilihat dengan mata kepala sendiri
namun sukar untuk dipercaya dalam hati.
Seolah-olah beberapa kali pertarungan penting yang dilaksanakan Ting Peng serta beberapa
kali membunuh orang, ia selalu hadir di arena bahkan menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Sebab bila ia tidak hadir, di atas catatan tersebut selalu tercantum tanda yang amat istimewa,
seperti:
"Bulan. . . . tanggal. . . menurut cerita. . . Ting Peng dan Liu Yok siong saling berhadapan,
sekali goloknya berkelebat, ada nyawa melayang.
Tulisan itu dapat dibaca secarik kertas kecil yang berada di halaman paling muka.
Pokoknya dia termasuk seorang yang mendalami dan amat memahami soal Ting Peng, tentu
saja dia lebih memahami lagi terhadap kemampuan dari rekan-rekannya it.
Diapun tahu, dengan menghimpun segenap kekuatan yang dimiliki rekan-rekannya, untuk
menghadapi Thi yan siang hui sepasang suami istripun belum tentu menang apalagi menyuruh
mereka menghadapi Ting Peng, tentu saja mereka pada mampus. . . .
Sedang mengenai menggunakan Cing-cing sebagai sandera untuk memaksa Ting Peng
menuruti perkataannya, iapun sudah tahu kalau harapannya lenyap tak berbekas lagi.
Lantas mengapa dia masih menyuruh anak buahnya untuk menghantar kematian...?
Sesungguhnya hal mana merupakan suatu teka-teki yang sukar untuk dipahami oleh orang
lain.
Namun dengan cepatnya dia telah menggunakan pelbagai gerak-geriknya untuk menjawab
teka-teki tersebut.
Itulah sejilid kitab tipis, ketika kitab itu dibalik maka isinya adalah pelbagai catatan lengkap
dengan tanggal dan tahun.
Di urutan yang terdepan adalah namanya.
Nomor dua Siang Hoa jiang, disebut juga penjagal manusia dari Gi-tang, tahun Pia-wu bulan
enam masuk menjadi anggota.

Tahun Pia-wu bulan sembilan mendapat undangan dari Mo Su hou perkampungan Lam si
ceng untuk membunuh Lau Tiong kiat, mendapat imbalan sepuluh laksa tahil perak, imbalan yang
harus dibagi satu laksa lima ribu tahil perak.
Tahun Ting-wei bulan dua, malam-malam menyerang perkampungan Bwe hoa san ceng,
mendapat intan permata berjumlah delapan laksa tahil, setelah dipotong komisi tiga laksa tahil,
sisa uang enam laksa tahil...
Rupanya kitab tersebut merupakan kitab yang mencatat segala kegiatan dari Lian Im cap si
sat, yang dicatat adalah pemasukan tiap orang, order membunuh orang, imbalan yang diperoleh
serta jumlah hasil rampokan yang berhasil dikumpulkan.
Atas nama Siang Hoa jiang yang bernomor urut dua ini, dalam empat tahun ia berhasil
mengumpulkan dua puluh empat lima ribu tahil perak.
Sedang beaya yang dikeluarkan tiga laksa delapan ribu tahil.
Di dalam empat tahun hanya menghabiskan uang tiga laksa delapan ribu tahil, tampaknya
orang ini seorang yang berhemat.
Dia mengambil kitab itu dan berjalan ke depan sebuah almari kecil, membuka laci didalamnya
dan mengambil setumpuk uang yang tersimpan di situ, ketika dihitung jumlahnya ternyata persis
seperti apa yang tercantum dalam buku.
Setelah tertawa dia masukkan tumpukan uang itu ke dalam sakunya, lalu membuka halaman
yang kedua, membuka laci kedua dan memasukkan tumpukan uang kedua ke dalam saku.
Hingga pada laci yag kelima belas, ia baru bergumam dengan penuh rasa mendongkol:
"Sialan benar bajingan ini, tempo hari ia berani membohongi aku sewaktu menyetor uang
kepadaku, sudah pasti kelima ribu tahil perak yang disisihkan itu habis dipakai untuk berfoya-foya
dengan dua orang pelacur tersebut, hmm, tidak bisa jadi, hutang ini harus kutagih kembali dari
tangan kedua orang pelacur itu."
Akhirnya dia membuka laci terakhir yang mencantumkan nama Giok Bu sia dan mengambil
tumpukan uang yang tersimpan di situ.
Sekalipun tanpa dihitung namun dapat terlihat kalau jumlahnya berapa kali lipat lebih banyak
daripada jumlah yang dimiliki belasan orang itu, dari sana bisa diketahui kalau ia memperoleh
bagian yang paling besar namun paling sedikit mengeluarkan uang.
Dia adalah Lotoa, biasanya lotoa selalu mendapat bagian yang dua kali lebih banyak, tentu
saja anak buahnya tak pernah menggerutu, namun dia sebagai seorang lotoa tak pernah puas.
Sebab sampai akhirnya seluruh uang itu toh terjatuh di tangannya semua, kini senyuman puas
baru menghiasi wajahnya, kini segala sesuatunya sudah menjadi miliknya.
Dia tak mau menerima lipat dua saja, dia ingin melalap semua yang ada. . . .
Ia membungkus semua uang itu ke dalam kantongan dan diikat pada punggungnya, kemudian
mengambil kitab catatan tersebut dan membakar di atas lantai.
Dia membakar dengan seksama, sampai menjadi abupun masih di porak porandakan sampai
rata.

Akhirnya dia baru menggunakan obor untuk membakar kain panjang yang telah dibasahi
dengan minyak.
Bukan saja kain tersebut sudah direndam ke dalam minyak, lagi pula dibungkus dengan bahan
yang mudah terbakar, itulah sebabnya dengan cepat api telah berkobar.
Sumbu tersebut ditarik hingga ke dalam tumpukan kayu kering yang berada disekitar gedung,
dalam waktu singkat tumpukan kayu itu sudah terbakar dengan hebatnya, lalu diapun menyulut
sumbu yang lain.
Dia tidak menggunakan bahan mesiu, sebab kelewat berbahaya, meski demikian hampir
semua bagian dari perkampungan Lian Im san ceng ini sudah dihubungkan dengan sumbu-sumbu
yang menghubungkan pula dengan tumpukan barang yang mudah terbakar.
Tak heran kalau tak selang berapa saat kemudian seluruh perkampungan Lin Im san ceng
telah berada dalam lautan api, masih untung di situ tak ada lagi manusia hidup.
Pemusnahan total, cara semacam ini memang merupakan suatu cara pemusnahan total yang
paling sempurna.
Api memang merupakan alat pembuat dosa yang paling ideal dan kini perkampungan Lian Im
san ceng yang penuh dosa sedang melakukan upacara api, menggunakan api untuk
membersihkan seluruh dosa-dosanya.
Tapi Giok Bu sia, apakah diapun harus membayar mahal atas dosa yang telah dilakukannya?
Dikala api mulai merobohkan bangunan dan menyumbat mulut masuk menuju ke lorong
bawah tanah, seorang perempuan baru saja menerobos keluar dari bawah lorong tanah itu.
Memandang kobaran api yang membara dan memusnahkan seluruh bangunan, terdengar ia
bergumam:
"Selamat tinggal perkampungan Lian Im san ceng, selamat tinggal Lian Im cap si sat seng,
Selamat tinggal Giok Bu sia!"
Kadangkala arti kata selamat tinggal adalah selamanya tak akan berjumpa lagi, segala
sesuatunya akan lenyap bersama kobaran api yang menjulang ke angkasa itu.
Tapi, mengapa pula dia mengatakan "Selamat tinggal kepada Giok Bu sia?"
Giok Bu sia belum mati, bukankah dia masih hidup segar bugar dalam dunia ini?
Cuma, ada sementara orang memang tidak membutuhkan kematian, tanpa kematian pun ia
bisa lenyap dan musnah dari dunia ini.
Tentu saja ada sementara orang-orang yang ternama, sekalipun sudah mati, mereka tak akan
bisa lenyap dari dunia ini.
Seperti para cianpwe angkatan tua, misalnya Siau li tham hoa Li Sin huan, si jago pedang
terbang.
Seperti pula pencuri budiman Coh Liu hiang, si kupu-kupu bunga Oh Thi hoa.

Yang lebih muda lagi seperti Seng Long seperti Ong Leng hoa.
Atau yang lebih tua lagi seperti Yak Kay, seperti Poh Hong soat.
Seperti pula Siau Hi ji dan Hoa Bu koat.
Waktu sudah berlalu hampir ratusan tahun namun tindak tanduk mereka masih tetap hidup
dalam hati setiap orang, dari mulut ke mulut kegagahan mereka selalu diwariskan.
Tapi Giok Bu sia jelas tak ingin menjadi manusia seperti ini, dia lebih suka melenyapkan diri
dari dunia ini tanpa menimbulkan suara apapun. . . .
Mengikuti Lian Im cap si sat seng, mengikuti perkampungan Lin Im san ceng semuanya lenyap
dan musnah di tengah lautan api.
Perempuan yang baru muncul dari bawah tanah itu tampaknya seperti sama sekali bukan Giok
Bu sia, sekalipun berjumpa dengan wajahnya, belum tentu orang akan mengenalinya sebagai Giok
Bu sia.
Karena Lian Im cap si sat seng bukan suatu organisasi yang ternama, Giok Bu sia juga bukan
seorang manusia yang ternama, hanya segelintir manusia yang mengetahui tentang mereka.
Tak bisa disangkal lagi, perempuan ini adalah seorang perempuan yang punya nama
Bagaimanapun juga dia tak akan menjajarkan dirinya dengan Lian Im cap si sat seng.
Sekalipun orang-orang yang pernah berhubungan dengan Lian Im cap si sat seng tak akan
menganggap dia mempunyai hubungan atau sangkut paut dengan kelompok pembunuh itu.
Giok Bu sia memang sudah lenyap semenjak itu, karena dia adalah lotoa dari Lian im cap si
sat seng, dialah yang menciptakan empat belas pembunuh keji itu, tapi dia juga yang telah
memusnahkan ke empat belas pembunuh keji itu.
Jika tak ada Giok Bu sia, mungkin saja tak mungkin ada Lian im cap si sat seng.
Tapi bila tiada Lian Im cap si sat seng tentu saja tak mungkin bakal ada Giok Bu sia.
Memandang kobaran api yang menjilat semua benda yang dijumpainya, ia memeluk tumpukan
uang itu erat-erat, dan iapun mengucapkan sepatah kata yang aneh:
"Terima kasih banyak Ting Peng."
Mengapa dia harus berterima kasih kepada Ting Peng? Ting Peng telah membunuh rekannya,
memusnahkan pekerjaannya, mengapa dia malah berterima kasih kepada Ting Peng?
Apakah disinilah letak tujuannya menculik Cing-cing dan memancing kedatangan Ting Peng?
Dilihat dari perubahan mimik wajahnya, tak bisa disangka; lagi kalau memang demikian
keadaannya.
Kalau begitu, jelas hal ini merupakan suatu rencana hitam makan hitam yang amat sempurna,
kendatipun rencana ini terhitung agak kejam, namun tak bisa disangkal rencana tersebut benarbenar
amat sempurna.

Seandainya tidak muncul seorang manusia banyak urusan yang menjemukan, mungkin
rahasia tersebut tak pernah akan diketahui oleh siapapun untuk selamanya.
Tapi orang yang sangat menjemukan itu jusru munculkan diri pada saat seperti ini.
Tiba-tiba saja dia mendengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang dari arah
belakang, buru-buru dia berpaling, tampak olehnya, manusia yang paling menjemukan, paling
memuakkan hari itu sudah berdiri tak jauh dari sana sambil tertawa cengar-cengir.
"Oooh, kau? Liu Yok siong?" dia bertanya.
"Yaa, aku! Liu Yok siong!" jawab yang ditanya.
ooo0ooo
ORANG YANG PALING MEMUAKKAN
JARANG sekali ada perempuan yang tidak menjadi gugup dan gelagapan lantaran kaget
menginjak seekor ular berbisa, tapi keadaannya sewaktu berjumpa Liu Yok siong sekarang jauh
lebih mengenaskan daripada ia menginjak seekor ular besar.
Namun dengan cepat dia dapat menguasai perasaannya, dengan sikap yang lebih tenang ia
berkata hambar:
"Mengapa kau kemari"
Liu Yok siong tertawa amat gembira, seakan-akan pengemis yang menemukan uang emas
saja, tertawa hingga setiap kerutan wajahnya nampak amat jelas.
"Kau menginginkan batok kepalaku, mengapa aku tak boleh datang kemari. . . . ?"
Dengan amat tenang perempuan itu tertawa.
"Aaah, itu mah Cuma suatu gurauan yang tidak merugikan siapapun, kau sendiri toh mengerti,
Ting Peng tak bakal membunuhmu"
Kembali Liu Yok siong tertawa.
"Kedudukanku di dalam hatinya masih belum sepenting apa yang kau bayangkan selama ini."
Liu Yok siong, kau terlalu memandang rendah dirimu sendiri", kata perempuan itu sambil
menggeleng, bukan dikarenakan kau amat penting baginya maka ia tidak membunuhmu,
melainkan karena kau masih tak berkemampuan apa-apa sehingga dia tak sudi membunuhmu,
seperti ibaratnya sesosok bangkai anjing di tepi jalan, setiap orang yang lewat di sana boleh saja
menendangnya, tapi jarang sekali ada orang yang bersedia untuk melakukan hal itu, karena orang
takut mengotori kaki sendiri"
Liu Yok siong segera menarik kembali senyumannya, walaupun dia tahu kalau kejadian
tersebut merupakan kenyataan, namun kenyataan mana merupakan suatu pukulan batin yang
sangat berat baginya.
"Kau berani mengucapkan perkataan semacam itu kepadaku? Akhirnya dia menegur dengan
marah.

Perempuan itu segera tertawa.
"Mengapa tidak berani? Toh hal tersebut merupakan suatu kenyataan? Dalam pandanganku
atau pandangan siapa saja, kau adalah manusia semacam itu. . . .?"
Liu Yok siong dibikin naik darah oleh perkataan itu, sambil menarik muka serunya:
"Sungguh tidak beruntung, aku justru kena digigit oleh bangkai anjing yang menggeletak di tepi
jalan itu."
Si perempuan itu segera tertawa terbahak-bahak, suara tertawanya lantang dan leluasa,
seakan-akan sama sekali tidak ambil perduli terhadap ancaman Liu Yok siong.
"Kau mengira kau telah berhasil menangkap titik kelemahanku. . . . ?"
Liu Yok siong tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . apakah masih belum mau mengaku?"
Perempuan itu tersenyum.
"Tentu saja aku bisa jadi tidak mengaku, karena bobotmu dalam pandangan sementara orang
sekarang sudah begitu rendahnya, aku yakin kau tentu mengerti, kentut orang lainpun masih lebih
harum daripada ucapanmu, apakah masih ada orang yang mau percaya kepadamu?"
Kembali Liu Yok siong tertawa terbahak-bahak. .
"Haaaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . kalau begitu tak ada salahnya bagimu untuk mencoba,
mungkin saja perkataan aku orang she Liu jauh lebih busuk daripada kentut, tapi asal aku orang
sne Liu menyiarkan berita ini keluar, sudah pasti ada orang yang akan mendengarkan, sekalipun
mungkin akan mereka terima sebagai gurauan saja, tapi sedikit banyak toh pasti akan
berpengaruh juga bagimu"
Mendadak perempuan itu menggerakan tangannya, setitik cahaya tajam berkelebat lewat dan
menusuk ke tenggorokan Liu Yok siong, pedang tersebut tersembunyi dibalik ujung bajunya,
sebilah pedang lemas.
Serangan itu benar-benar merupakan suatu serangan yang cepat dan ganas, sebelum
penyerangan, tidak nampak gejala apa-apa ditambah pula dilancarkan selagi orang lain berbicara,
semestinya ancaman semacam ini tak bakal meleset.
Tapi Liu Yok siong justru memperhatikan sampai ke situ, dia tidak berkelit pun tidak muncul,
hanya menggunakan kedua jari tangannya menjepit pelan, tahu-tahu mata pedang lawan telah
terjepit olehnya.
Mata pedang itu hanya berselisih setengah inci dari tenggorokannya, tapi sisa setengah inci
tersebut tak mampu dilanjutkan olehnya.
Dengan sepenuh tenaga perempuan itu mendorong pedangnya lebih ke depan, sayang
digunakan adalah sebilah pedang lemas, dia harus mengerahkan tenaga dalam lebih dulu
sebelum dapat mengeraskan dan menegangkan senjata itu.
Sebenarnya tenaga dalam yang dimiliki perempuan itu tidak lemah, sayang Liu Yok siong tidak
lemah juga, maka pedang itu kena digetarkan sampai meliuk-liuk, jangankan maju setengah inci
lagi, bergerakpun tak bisa.

Sambil tertawa Liu Yok siong berkata:
"Aku orang she Liu bukan orang baik, bukan seorang Kuncu, lagipula seorang siaujin yang
banyak curiga, oleh sebab itulah aku orang she Liu tidak gampang dicelakai orang lain.
ooo0ooo
SEORANG Kuncu memang lebih gampang dicelakai daripada orang lain.
Bila ingin mencelakai seorang siaujin yang setiap hari kerjanya justru hendak mencelakai
orang lain, hal ini benar-benar merupakan suatu pekerjaan yang sulit, karena dia kerjanya hanya
mencelakai orang lain maka dia harus dapat menjaga diri seteliti mungkin, sebab dia tahu orang
lain pun setiap saat berniat mencelakai dirinya.
Sambil tertawa Liu Yok siong berkata:
"Ilmu silat aku orang she Liu memang tak bernilai sepeserpun dibandingkan permainan golok
Ting Peng, tapi bagi sementara umat persilatan, paling tidak aku masih terhitung seorang jago
lihay, walaupun belum tentu bisa menangkan dirimu, tapi kaupun jangan harap bisa membunuhku
secara mudah. . ."
Setelah termenung sebentar, mendadak perempuan itu menarik kembali pedangnya dan
berkata sambil tertawa:
"Buat apa aku harus membunuhmu? Untuk membunuhmupun buat apa aku mesti turun tangan
sendiri?"
"Aku tahu kau dapat menggerakkan anak buahmu untuk menghadapiku, tapi cukupkah bobot
mereka untuk melawan diriku?" kata Liu Yok siong lagi sambil tertawa.
Perempuan itu tertawa.
"Liu Yok siong, kau kelewat memandang rendah diriku, aku tak usah menggerakkan anak
buah yang berada di rumah, cukup menggapaikan tangan, salah seorang yang datangpun sudah
cukup membuat badanmu menjadi penyok!"
Mendengar perkataan itu, Liu Yok siong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . aku orang she Liu bukan manusia yang terbuat dari
jerami, dalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali Ting Peng seorang, aku orang she Liu masih
belum memandang sebelah matapun terhadap orang lain"
"Aku tak ingin menakut-nakuti dirimu" perempuan itu tertawa makin genit, cuma akupun tak
ingin membohongi dirimu, mulai sekarang aku akan maju sebanyak tujuh langkah, kuharap kau
lupakan saja semua peristiwa yang barusan terjadi di sini, kalau tidak kau bakal menyesal"
Selesai berkata dia membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Tentu saja Liu Yok siong tidak percaya dengan semua perkataannya itu, namun dia pun tidak
menyusul ke depan.
Bagaimana dia merasa tak percaya, iapun ingin melihat setelah perempuan itu berjalan sejauh
tujuh langkah. Peristiwa aneh apakah yang bakal terjadi.

Apalagi Liu Yok siong merasa yakin sekali dengan kemampuan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya, sekalipun membiarkan perempuan itu berjalan tujuh puluh langkah lebih dulu pun, dia
masih mempunyai keyakinan untuk menyusulnya dalam seratus langkah.
Padahal tempat itu merupakan sebuah tanah lapang yang sangat luas, sekalipun ia berjalan
sejauh tujuh ratus langkahpun masih tak akan lolos dari pandangan matanya.
Betul juga perempuan itu hanya berjalan sejauh tujuh langkah, tujuh langkah yang sangat
indah, sejak kematian bininya sebenarnya, Liu Yok siong sudah kehilangan napsunya terhadap
kaum wanita.
Tapi memandang bayangan punggungnya yang begitu indah, ia tak bisa mencegah pikirannya
untuk melamunkan hal-hal yang tak beres.
Cuma saja hal ini bukan menjadi alasan bagi Liu Yok siong untuk mundur dari situ.
Dahulu Liu Yok siong adalah seorang serigala perempuan, tapi sekarang sudah bukan.
Dahulu Liu Yok siong terpikat oleh kecantikan perempuan, tapi sekarang hal ini tak mungkin.
Penderitaan dan siksaan batin, terutama penghinaan dan cemoohan yang diterimanya selama
ini membuat dia lebih tangguh, lebih sanggup mempertahankan diri, menguasahi diri dan tak
gampang terpengaruh oleh emosi.
Tapi Liu Yok siong justu merasakan hatinya bergetar keras sekali setelah menyaksikan reaksi
yang timbul setelah perempuan itu mundur sejauh tujuh langkah.
Suatu peristiwa aneh benar-benar terjadi bahkan kejadiannya sukar membuat orang menjadi
percaya.
Kemunculannya begitu tiba-tiba, Liu Yok siong merasakan dua gulung hawa pembunuhan
yang mengerikan dan menyesakkan napas tahu-tahu muncul dari kiri dan kanan langsung
menggencet dirinya.
Menyusul kemudian muncul dua sosok manusia, itulah dua orang kakek.
Orang tua bukan sesuatu yang menakutkan, tapi kedua orang kakek itu cukup membuat Liu
Yok siong berdiri kaku bagaikan patung, dalam keadaan seperti ini dia hanya bisa menyalahkan
nasibnya yang terlalu jelek, hingga setiap kali dia merasa akan berhasil selalu akan muncul pula
hal-hal yang akan membuatnya menjadi sial.
Terutama kali ini, dia merasa benar-benar sial delapan keturunan......
ooo0ooo
SINGA EMAS NAGA PERAK
SEANDAINYA Liu Yok siong merupakan pemuda yang baru terjun ke dunia persilatan, dia tak
akan takut, harimau yang belum pernah turun gunung tak akan takut kepada siapa pun, dia pasti
akan menganggap mereka sebagai dua orang tua belaka.
Sayang, Liu Yok siong justru merupakan seorang yang berpengetahuan luas, tidak sedikit
jagoan kenamaan dalam dunia persilatan yang dikenal olehnya.
Tentu saja diapun kenal dengan kedua orang kakek ini, tapi dia lebih suka tidak mengenalnya.

Sekarang, dia hanya mengharapkan satu hal saja, yaitu kedatangan kedua orang kakek itu
bukan dikarenakan dia, melainkan karena perempuan tersebut.
Paling tidak, ia berharap mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan perempuan
tersebut.
Tapi kejadiannya justru tidak seperti apa yang diharapkan, ternyata perempuan itu mempunyai
hubungan yang mendalam sekali dengan kedua orang kakek tersebut, bukan cuma begitu,
agaknya sikap kedua orang kakek itu kepadanya begitu sungkan dan hormat, bukan perempuan
itu yang memberi hormat kepada mereka, sebaliknya merekalah yang menghormati perempuan
tersebut.
"Empek berdua, baik baikkah kalian? Sudah lama kita tak pernah bersua .... "
Kakek berbaju emas berambut panjang berwarna kuning yang berada di sebelah kiri itu segera
tertawa, sahutnya:
"Baik-baikkah nona? Entah ada urusan apa nona mengundang kami?"
"Empek kelewat sungkan, keponakan cuma menghadapi suatu kesulitan yang amat kecil
hingga terpaksa memanggil kehadiran kalian, tak tahunya empek berdua benar-benar datang.
Kejadian ini sungguh membuat titli merasa tak enak"
"Aaaah, hanya secara kebetulan kami berdua berada disekitar sini" Kakek berbaju perak di
kanan menjawab sambil tertawa, "ketika mendapat tanda bahaya, kami mengira nona telah
menghadapi kesulitan besar, itulah sebabnya kami lantas memburu kemari"
"Padahal tidak terhitung seberapa, cuma orang she Liu ini mendadak muncul di sini, bahkan
tampaknya dia jauh lebih hebat daripada apa yang kubayangkan semula"
Kakek berbaju emas itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahh.... haaaah.. haaahh... itulah gampang sekali, serahkan saja kepada kami, apa yang
nona kehendaki?"
Andaikata ia minta kepada Liu Yok siong untuk berlutut di hadapannya sambil memanggilnya
ibu, kemudian nyawanya baru diampuni, niscaya Liu Yok siong bersedia untuk melakukan.
Cuma diapun tahu sekalipun dia berlutut sambil memanggilnya Coh nay-nay hal inipun
percuma, perempuan itu bukan Ting Peng, bila ia hendak membunuh orang, tak mungkin hatinya
akan melembek dan mengurungkan niat dengan begitu saja.
Untung Coh nay-nay ini tidak berniat membunuh orang, dia hanya berkata sambil tertawa:
"Walaupun bajingan ini menjemukan, tapi lebih untung dibiarkan hidup daripada mampus,
Cuma sayang dia masih belum mengerti tentang bagaimana caranya hidup sehingga terpaksa
kalian berdua harus memberi sedikit petunjuknya."
"Tak usah khawatir nona." Kakek berbaju perak itu tertawa, "lohu berdua akan melaksanakan
dengan sebaik-baiknya"
"Asal empek berdua mau membantuku, titli pun merasa berlega hati, kebetulan aku mesti
cepat-cepat pulang, terpaksa merepotkan kalian dulu. . . "

"Silahkan nona" dua orang kakek itu menjura dengan hormat.
Perempuan itu mengangguk sambil membalikkan badan, mendadak ia berpaling sambil
berkata lagi:
"Aaah, benar, Ada satu hal aku ingin minta bantuan dari lopek pula, tempo hari aku telah
menyalahi Thi yan sianghui berdua lantaran aku tak tahu kalau mereka."
"Tak usah kuatir nona" kakek berbaju emas itu berkata, "tempo hari nona kaget lantaran
keteledoran lohu, untung nona selamat, di kemudian hari mereka tak akan berani mencari
kesulitan lagi bagimu."
"Tapi aku merasa salah kepada mereka."
"Aaah, tak menjadi soal." Kembali kakek berbaju perak itu tertawa, "terhadap orang yang
sudah kutung tangannya, kami ogah banyak bicara, apalagi perasaan mereka menjadi gampang
tersinggung, oleh karenanya kami telah menyuruh mereka berdua berangkat ke suatu tempat dan
beristirahat di sana."
Suruh dua orang yang gampang tersinggung beristirahat di suatu tempat, maksudnya sudah
jelas sekali, yakni mereka dilenyapkan untuk selamanya dari muka bumi.
Walaupun Liu Yok siong tahu kalau nyawanya bakal selamat, tak urung kedua kakinya
menggigil juga setelah mendengar pembicaraan mereka.
Ia sudah mengetahui identitas kedua orang kakek ini, tentu saja tahu pula bahwa mereka ada
hubungannya dengan Thi yan sianghui.
Singa emas, naga perak, unta tembaga, walet besi.
Nama-nama tersebut cukup termasyhur sebagai empat tianglo perkumpulan Mo kau dimasa
lalu. .
Waktu itu pengaruh maupun nama besar Mo kau ibaratnya matahari ditengah hari, jarang
sekali orang bisa bertemu dengan ketua Mo kau, hanya ke empat orang tianglo itulah yang sering
muncul di depan orang.
Mo kau sudah banyak membunuh orang di daratan Tionggoan, sebab mereka adalah
organisasi yang datang dari luar, ingin menancapkan pengaruhnya di daratan Tionggoan, tentu
saja usaha mereka mendapat tentangan yang kuat, apalagi tujuan serta cara kerja orang-orang
Mo kau sangat bertentangan dengan prinsip prang Tionggoan.
Waktu itu Liu Yok siong masih muda, masih terhitung baru dalam dunia persilatan, sudah
barang tentu masalah besar dalam dunia persilatan masih belum terpikir kepadanya.
Untung saja ia belum mendapat giliran, kalau tidak, mungkin sekarang sudah tiada Liu Yok
siong lagi sebab untuk membendung gerak maju orang-orang Mo kau, banyak keluarga persilatan
yang harus mengorbankan nyawanya.
Kekuatan maupun pengaruh Mo kau memang kelewat kuat, betapa pun besarnya korban yang
telah berjatuhan, belum ada orang yang mampu membendung serbuan mereka.
Untung kejadian ini telah mengejutkan pihak Sin kiam san ceng yang amat termasyhur itu.

Di bawah desakan dan permintaan lima perguruan besar, akhirnya Cia sam sauya Cia Siau
hong yang tiada tandingannya di kolong langit ikut serta dalam operasi pembasmian terhadap
musuh-musuh Tionggoan.
Hanya pedang saktinya yang mampu menahan bacokan golok maut dari ketua Mo kau.
Para ketua dari lima partai besar atas anjuran dari Cia Siau hong melangsungkan pula
pertempuran habis-habisan melawan orang Mo kau di puncak bukit Cia lian san.
Pertempuran yang amat seru itu tak sempat ditonton oleh Liu Yok siong, dia hanya mendengar
orang lain bercerita, banyak orang yang bercerita dengan cerita yang berbeda pula.
Setiap perguruan selalu mengunggulkan ketua sendiri dalam pertarungan tersebut.
Masih untung semua membawa sepatah kata yang sama, yakni ilmu golok dari ketua Mo kau
lihay sekali, andaikata Cia Siau hong tidak muncul tepat pada waktunya niscaya mereka semua
sudah tewas di tangannya.
Jadi kalau dilihat dari balik cerita tersebut, tidak sulit bagi orang lain untuk mengambil
kesimpulan bahwa kunci dari kemenangan dalam pertarungan ini bukan kegagahan dari para
ciangbunjin tersebut, melainkan pedang sakti dari Cia Siau hong.
Tapi akhir cerita dari semua orang sama semua, ketua Mo kau akhirnya terjatuh ke dalam
jurang yang dalamnya mencapai ribuan kaki dibukit Ci lian san dalam pertarungan tersebut.
Barang siapa terjatuh dari tempat yang demikian tingginya, siapapun tidak percaya kalau dia
masih dapat hidup lebih jauh.
Sejak itu Mo kau punah dari dunia persilatan, namun ke lima ketua partai tidak ada yang
merasa lega, sebab istri kaucu dari Mo kau dengan membawa putranya dan menantunya telah
menyembunyikan diri disaat mereka melakukan pembersihan terhadap istana iblis, kedua orang
perempuan itu tak berhasil ditemukan.
Operasi pembersihan terhadap istana iblis dilancarkan bersamaan waktunya, singa emas,
naga perak dan walet besi dari istana iblis menderita luka yang amat parah dalam pertarungan
berdarah tersebut, ia berhasil kabur kemudian karena diselamatkan oleh unta tembaga, satusatunya
tianglo yang masih setia kepada Mo kau.
Selama tiga hari tiga malam semua orang melakukan pengejaran dan penggeledahan yang
seksama di seluruh bukit, sayang bukit Ci lian san kelewat besar sedang kemampuan si Unta
tembaga pun melebihi siapapun, akhirnya mereka kehilangan jejak Unta tembaga tersebut.
Namun semua orang tidak terlalu terlampau tegang, karena pada hari yang terakhir mereka
telah menemukan majikan dari istana iblis yang semula diikat di punggung Unta tembaga,
ditemukan dalam keadaan putus nyawa.
Selama banyak tahun belakangan ini, semua orang hampir melupakan soal istana iblis, tapi
tiga orang tianglo yang berkhianat terhadap istana iblis masih tetap merasa kuatir.
Ada dua hal yang dikuatirkan mereka yakni:

Pertama, ketua Mo kau ternyata masih hidup bahkan ilmu silat yang dimilikinya sudah
mencapai tingkatan yang luar biasa, malah ada berapa macam sim-hoat tenaga dalam dari Mo
kau, termasuk ilmu bangkit dari hidup yang paling rahasia pun berhasil dipelajari.
Dalam dunia persilatan waktu itu masih tersiar sepatah kata yang berbunyi demikian, barang
siapa berani memusuhi Mo kau, kecuali kau memenggal batok kepalanya. kalau tidak jangan
harap kau bisa berharap ia lolos dari kematian.
Yang mereka kuatirkan sekarang adalah kemunculan dari kaucu mereka setelah lolos dari
kematian.
Kedua, berhubung istri kaucu tak berhasil ditangkap, sedang dari pihak Mo kau pun masih ada
sebagian anggota yang tetap setia dan turut lenyap tak berbekas, besar kemungkinan mereka
akan muncul kembali dalam dunia persilatan.
Oleh sebab itu, selama banyak tahun para jago dari lima partai besar dan tiga orang tianglo
dari Mo kau selalu berusaha untuk mencari sisa-sisa anggota Mo kau dan mencoba untuk
membunuhnya.
ooo0ooo
PERISTIWA itu berlangsung pada dua puluh tahun berselang, waktu itu Liu Yok siong tidak
turut serta dalam usaha pembasmian mana, tapi paling tidak dia kenali kedua orang kakek ini
sebagai si Singa emas dan naga perak.
Tentu saja sebelum itu ketika berada di pagoda Ang Bwe kek, merekapun menjumpai Thi yan
sianghui suami istri dan menyaksikan kelihaian ilmu golok mereka, menjadi dua bagian sehingga
dari Sui han sam yu tinggal dia Cing Siong seorang yang tetap hidup.
Cuma sayang si pohon siong hijau sekarang sudah tak mampu apa-apa lagi, bahkan sepucuk
rumputpun tak akan memadahi.
Dari pembicaraan tadi, Liu Yok siong telah mendengar nasib yang menimpa walet besi suami
istri, dia masih ingat dengan kata sesumbar mereka ketika masih berada di pagoda Ang Bwe khek
dulu.
Setelah sebuah lengannya terpapas, mereka masih sempat mengancam semua jago yang
hadir dalam ruangan, mereka masih mempunyai sebuah lengan yang masih bisa digunakan untuk
membunuh semua tamu yang hadir di situ.
Sayang sekarang, untuk membunuh seorangpun mereka sudah tak mampu lagi.
ooo0ooo
Thi yan siang hui adalah rekan mereka, sahabat senasib seperjuangan mereka dalam
melepaskan diri dari belenggu Mo kau.
Tapi karena mereka sudah kehilangan sebuah lengannya.
Kehilangan sebuah lengan bukan berarti sudah cacad seluruhnya, mereka masih mempunyai
sebuah lengan lagi dan nama mereka masih tercantum sebagai sepuluh tokoh paling top dalam
dunia persilatan dewasa ini.
Tapi mereka toh akhirnya harus menerima hukuman yang setimpal.

Alasan hukuman tersebut bukan dikarenakan ilmu silat mereka tidak becus, yang paling
penting lagi adalah perselisihan mereka dengan nona tersebut.
Singa emas maupun naga perak memiliki kedudukan yang tidak berada di bawah kedudukan
ciangbunjin dari perguruan manapun dewasa ini, tapi. . . apa sebabnya mereka bersikap begitu
menghormat terhadap perempuan tersebut. . . . ?
Tentu saja, asal usul keluarga perempuan itupun cukup dibanggakan, sedemikian tingginya
hingga dia tidak memandang sebelah matapun terhadap lima partai lainnya.
Tapi Liu Yok siongpun tahu, mereka dapat bersikap begitu menghormat kepada mereka, hal
mana bukan cuma disebabkan asal usul keluarga belaka, diantara mereka tampaknya terdapat
semacam hubungan yang luar biasa, demi menyelamatkan nona itu, mereka baru menghukum
mati walet besi suami istri.
Terhadap orang sendiripun sikap mereka sudah begitu keji, apa lagi terhadap orang lain yang
sama sekali tiada hubungan apa-apa dengan diri mereka.
Liu Yok siong lebih-lebih tak berani membayangkan.
Liu Yok siong, konon kau adalah seorang yang pintar?" tegur singa emas hambar.
Berapa tahun belakangan ini, Liu Yok siong sudah terbiasa hidup rendah diri, apa lagi dalam
suasana begini dia lebih merasa lagi, sambil membungkukkan badan dan menjura dalam-dalam
katanya:
"Tidak! Aku adalah seorang yang benar-benar sangat bodoh, biasanya hanya mengerjakan
pekerjaan yang bodoh"
Naga perak tersenyum, katanya pula:
Orang yang mengetahui kebodohan sendiri masih belum terhitung kelewat bodoh, manusia
semacam ini masih bisa diobati, apakah kau kenal siapakah kami?"
"Boanpwe tidak kenal"
"Tentunya kaupun tidak kenal dengan nona bukan?" Naga perak tertawa hambar.
"Nona? nona yang mana? Boanpwe tak pernah bersua dengan nona manapun..."
"Bagus!" ucap naga perak dengan puas, "daya ingatan orang bodoh kurang baik, sering kali
apa yang pernah terlihat segera terlupakan kembali, tapi apa yang lohu ucapkan sekarang harus
kau ingat dengan sebaik-baiknya""
"Baik! Boanpwe pasti akan mengingatnya baik-baik" buru-buru Liu Yok siong pelan.
Naga perak manggut-manggut.
""Baik! Ucapan lohu sederhana sekali, mudah diingat, kau tak pernah kemari, ke dua kau tak
pernah bertemu orang, tiga enyah dari sini"
Tanpa berani berkentut barang sekalipun Liu Yok siong membalikkan badan dan segera
berlalu dari situ.

Namun baru berjalan berapa langkah, kembali ia dibentak oleh serentetan suara bentakan
yang amat nyaring:
"Berhenti, kembali!" bentak singa emas menggelegar.
Dengan amat penurut sekali Liu Yok siong balik kembali ke tempat semula, tanyanya:
"Cianpwe masih ada petunjuk apa lagi?"
"Bagaimana caramu sampai di sini?"
Liu Yok siong agak sangsi sejenak, kemudian baru sahutnya:
"Beberapa orang temanku mempunyai hubungan yang cukup akrab dengan empat belas
pembunuh, maka boanpwe pergi mencari mereka."
Singa emas tertawa dingin.
"Heeehhh..... heehh.... heehh.... nasibmu benar-benar kelewat baik, karena sejak kini dalam
dunia persilatan sudah tidak terdapat Lian im cap si sat lagi, maka kau masih bisa hidup lebih jauh,
selanjutnya paling baik kalau kau kurangi bergaul dengan teman semacam ia, sebab ada kalanya
teman yang kelewat banyak bisa mendatangkan kesialan bagi diri sendiri"
Liu Yok siong hanya bisa mengiakan berulang kali.
Kembali singa emas berkata:
"Tetapi ada dua orang teman yang tak boleh kau lepaskan, kau harus sering kali berada
bersama mereka, tahukah kau siapakah kedua orang itu?"
Liu Yok siong ingin sekali berlagak bodoh, tapi dia tahu tak ada gunanya, bila menunggu
sampai pihak lawan yang mengingatkan, bisa jadi dia akan ketimpa sial, maka dari itu dengan
sejujurnya dia menjawab:
"Boanpwe tahu"
"Siapakah kedua orang itu?" Tampaknya pihak lawan masih merasa kuatir dan tidak senang.
"Mereka adalah dua orang sahabat karib yang dihadiahkan subo kepadaku ......
Singa emas segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh. . . haahhh. . . haahhh. . . kau memang cerdik sekali, tak heran kalau nona
berpesan agar mengampuni selembar jiwamu, benar, dua orang sahabat itulah yang
kumaksudkan, cuma Liu Yok siong Kedatanganmu kali ini justru meninggalkan mereka, sudah
pasti mereka akan merasa tak senang hati, sekembalinya nanti banyak kesulitan yang bakal kau
hadapi"
Suatu perasaan pedih dan menderita segera terlintas di atas wajah Liu Yok siong, sebenarnya
ia seperti sudah melupakan pertanyaan itu, tapi setelah disinggung kembali, keadaannya ibarat
anjing yang di ikat mulutnya terpijak pada ekornya, meski kesakitan tak mampu mengeluarkan
sedikit suara pun.

Sambil tertawa kembali Singa emas berkata:
"Kalau kulihat raut wajahmu, sudah kuketahui kalau kau adalah seorang yang cukup
bersahabat, hubunganmu dengan kedua orang sahabat tersebut pasti erat sekali"
Kalau bisa, ingin sekali Liu Yok siong menghajar hidung si singa emas dengan bogem
mentahnya, namun diluaran dia tak berani bersikap demikian, malah ujarnya dengan sikap yang
sangat menghormat:
"Budi kebaikan cianpwe berdua tak akan kulupakan untuk selamanya"
"Baik!" si Singa emas manggut-manggut "untuk kali ini lohu bersedia menanggung dirimu,
sudah pasti kedua orang sahabatmu tak akan mendesakmu untuk menjawab kepergianmu tanpa
pamit itu, cuma lain kali, bila kau berani melanggar sekali lagi, sudah pasti mereka tak akan
mengampuni dirimu dengan begitu saja, apalagi bila penampilanmu cukup baik, bisa jadi mereka
akan sangat menuruti perkataanmu, mengertikah kau akan ucapanku ini?"
Saat ini Liu Yok siong benar-benar merasa berterima kasih sekali, dia ingin maju dan
memeluknya, lalu menciumi wajahnya yang berkeriput sebagai pernyataan rasa terima kasih.
Oleh sebab itu sahutnya cepat-cepat dengan amat menghormat:
"Terima kasih banyak cianpwe"
Siapa pun dapat mendengar, bahwa ucapannya kali ini diutarakan dengan perasaan terima
kasih yang tulus.
ooo0ooo
Alasan apakah yang membuat Liu Yok siong merasa begitu berterima kasih?
Kalau dibicarakan sesungguhnya sulit membuat orang percaya, dua orang sahabat yang
dimaksudkan adalah Cun hoa dan Ciu gwat, dua orang gadis yang sanggup memeras lelaki
hingga habis-habisan.
Ketika Liu Yok siong baru sampai di rumah, mereka sudah meluruk datang bagaikan segulung
angin, memeluknya dengan mesrah dan menciumi wajahnya dengan hangat.
Kemudian yang satu membantunya melepaskan pakaian, sedang yang lain berbisik mesrah di
telinganya:
"Orang mati, kemana sih selama beberapa hari ini? Mengapa tidak meninggalkan pesan apaapa
hingga membuat kami kelabakan setengah mati?"
Kali ini, Liu Yok siong berani menjawab sambil membusungkan dada, katanya.
"Jangan ribut dulu, jangan ribut dulu, aku baru saja melakukan perjalanan selama seharian
penuh, ambil sebaskom air hangat, aku mau mandi dulu, kemudian menyingkirlah kalian jauh-jauh,
jangan merecoki aku terus, beri kesempatan kepadaku untuk tidur dengan nyenyak"
Dua orang gadis itu nampak tertegun, ke empat tangan mereka yang sudah diulurkan ke
depan segera mencengkeram jalan darah Kwan ciat hiat di tubuh Liu Yok siong.

Bagaimana matangnya persiapan Liu Yok siong, toh tak urung jalan darahnya kena
dicengkeram juga, dalam hal ini dia harus mengakui bahwa dua orang gadis tersebut memang
mempunyai kemampuan yang hebat dalam menaklukkan kaum lelaki.
Buru-buru dia lantas berseru:
"Eeeh..... tunggu dulu, dalam sakuku terdapat sedikit oleh-oleh, ambillah oleh-oleh tersebut
untuk kalian "
"Ooh, hitung-hitung kau masih punya liang sim juga, masih ingat dengan kami berdua" kata
Cun Hoa tertawa.
Dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah singa kecil yang terbuat dari
emas dan sebuah bulatan berwarna putih.
Bulatan putih sebesar kacang itu terbuat dari lilin, sekali pencet hancurlah lilinnya, dalam
bungkusan lilin terdapat secarik kertas yang berisi beberapa tulisan.
Ketika selesai membaca tulisan itu, ia segera berseru sambil tertawa dingin.
"Heehh... heeeehh... heeeehh... hitung-hitung nasibmu masih mujur kali ini, tak kusangka kau
akan dibelai oleh dia orang tua"
Seraya tertawa diapun melepaskan cengkeramannya dari tubuh lelaki tersebut:
Sambil membusungkan dada Lin Yok siong segera berseru:
"Dia bilang, sejak hari ini kalian mesti menurut semua perkataanku ...."
Ciu Gwat tertawa.
"Kau adalah tuan rumah untuk rumah ini, sau hujin pun telah menghadiahkan kami kepadamu,
bukankah selama ini kami selalu menuruti perkataanmu?"
"Tapi yang dimaksudkan dia orang tua bukan dalam hal ini, dia suruh kalian menuruti semua
perkataanku"
Dia berpesan begitu?" tanya Cun Hoa sambil tertawa lebar.
"Tentu saja, kalau kurang percaya tanyalah sendiri kepadanya"
Tak usah ditanya lagi, dalam suratnya dia orang tua sudah menjelaskan amat terang, tapi
agaknya tidak seperti apa yang kau katakan sekarang ...."
"Lantas apa yang ditulis dalam suratnya?" buru-buru Liu Yok siong bertanya.
"Dia bilang kami hanya mesti menuruti satu perkataanmu, yakni bila kau tak ingin ada orang
menemaninya tidur, kami tak boleh memaksamu"
"Hanya sepatah kata saja?"
Cun Hoa segera menarik wajah seraya berseru:

"Meski-hanya sepatah kata, namun kau harus berterima kasih kepada langit dan bumi, kalau
tidak, hmmm, hari ini kami akan menghajarmu habis-habisan. ingat, sejak kini kaupun hanya
mempunyai hak tersebut saja. tapi kaupun mesti mengingat baik-baik, dalam hal lain kau tetap
harus menuruti kami, bila berani membangkang, akan mengenaskan sekali pembalasannya"
"Aku hanya mempunyai hak ini saja?" hampir saja Liu Yok siong tidak percaya dengan apa
yang didengar.
Kembali Ciu Gwat menyahut ketus:
"Tentu saja, kedudukan si tua bangka itu tidak lebih tinggi dari pada kami, atas hak apakah dia
berani memerintah kami? Dia sendiri hanya berhak untuk hal semacam itu saja"
Sebenarnya Liu Yok siong tidak percaya tapi ketika hal mana diteliti lebih mendalam, maka dia
pun tidak merasa keheranan lagi.
Kalau gadis yang menjadi Giok Bu sia pun bisa membuat kedua orang tua bangka tersebut
bersikap begitu menghormat, maka kalau kedua gadis ini mengatakan kalau kedudukan mereka
setaraf dengan kedudukan singa emas dan Naga perak, ucapan tersebut bukan suatu yang
kelewat aneh.
Sudah pasti diantara mereka terdapat sebuah tali tanpa wujud yang menghubungkan satu
dengan lainnya hingga terwujud dalam suatu rangkaian hubungan yang misterius.
Mendadak Liu Yok siong merasakan ingin tahunya berkobar, dia ingin menyelidiki hubungan
misterius tersebut, bila ia berhasil menemukan rahasia mana, sudah pasti rahasia tersebut
merupakan suatu rahasia besar yang akan menggetarkan seluruh kolong langit.
Untuk menyelidiki rahasia tersebut, tentu saja Cun Hoa dan Ciu Gwat merupakan titik terang
yang paling baik untuk memulai penyelidikan tersebut, kedudukan mereka seimbang dengan
kedudukan Sings emas dan naga perak, hal ini menandakan kalau kedudukan mereka penting
sekali.
Betul juga, Cun Hoa dan Ciu Gwat segera menyiapkan air panas dan mempersilahkan lelaki itu
mandi sepuasnya, kemudian setelah mengenakan pakaian yang longgar secara diam-diam diapun
menelan dua butir pil penambah tenaga yang disimpannya selama ini.
Obat mestika itu diperolehnya dari saku seorang Jay hoa cat (penjahat pemetik bunga),
kendatipun merugikan badan namun sangat bermanfaat .....
Menurut pengalaman-pengalamannya di masa lampau, dia tahu orang hanya akan
mengungkapkan rahasianya secara jujur bila mana mereka berada dalam keadaan paling
gembira.
Untuk membuat mereka gembira, hal mana benar-benar merupakan suatu pekerjaan yang
sangat membuang tenaga, tapi untuk mendapatkan rahasia tersebut, dia tidak ambil perduli lagi
atas resiko yang harus di hadapinya nanti.
Ketika daya kerja obat perangsang itu mulai memperlihatkan kekuatannya, diapun berteriak:
Cun Hoa, Ciu Gwat masuklah kalian!"
Due orang gadis itu masuk bersama ke dalam, walaupun Liu Yok siong sedang duduk di atas
pembaringan namun dia jelas berada dalam posisi dan kondisi macam apa.

"Naiklah, buat apa kalian mesti berlagak pilon?" seru Liu Yok siong kemudian sambil tertawa.
Diwaktu biasa, sekalipun ia tak berbicara mereka sudah akan menubruk ke atas ranjang, tapi
hari ini keadaan mereka sangat aneh, kedua orang perempuan itu seperti telah berubah menjadi
orang lain, sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan yang berada di hadapannya.
"Maaf Liu toaya, kami tak dapat melayanimu" ucap Ciu Gwat dengan nada ketus.
Hampir tidak percaya Liu Yok siong dengan pendengaran sendiri.
Cun Hoa berkata pula sambil tertawa dingin.
"Walaupun kau mempunyai hak untuk menampik permintaan kami, sayang kau tidak berhak
menyuruh kami naik ke ranjang untuk melayani keinginanmu."
Perkataan dari Ciu Gwat berubah semakin dingin dan tak sedap didengar, lanjutnya:
"Dahulu kami memandang dirimu, maka kau bisa meraih keuntungan, siapa tahu lagakmu
menjadi bertambah sok, kau anggap kami benar-benar membutuhkan pelayanan-mu?"
"Liu Yok song" seru Cun Hoa sambil menuding ujung hidungnya. "kalau dilihat tindak
tandukmu selama ini, koh nay-nay bersedia memberi muka kepadamu sudah merupakan suatu
kemujuran yang luar biasa untukmu tak tahunya kau malah berani sok, hmmm "Dengan kelebihan
yang dimiliki koh nay-nay, kami tak akan kuatir kekurangan lelaki, bagus sekali, sejak kini soal
dinas kita berbicara dalam hal dinas, soal pribadi tak usah dipusingkan masing-masing pihak dan
kitapun tidak usah saling mengusik pihak yang lain!"
Liu Yok siong tidak menyangka kalau mereka akan berbalik muka secepat itu, bahkan ucapan
yang diutarakan mana blak-blakan, tajamnya melebihi pisau silet, kontan ia dibikin tertegun.
Selesai mendamprat, kedua orang perempuan itu membalikkan badan dan segera berlalu dari
situ.
Liu Yok siong tak mampu menahan diri lagi, dia melompat turun dari pembaringan dan
langsung menubruk ke belakang tubuh kedua orang perempuan itu.
Ilmu silat yang dimilikinya cukup tangguh bahkan karena posisinya yang kurang
menguntungkan, berulang kali dia harus menahan diri karena dipermainkan orang.
Kalau di hadapan Ting Peng atau Cing Cing, dia masih bisa menerima cemoohan dengan
begitu saja.
Di hadapan singa emas dan Naga perak, dia pun masih dapat berusaha keras menahan diri.
Tapi berada di hadapan kedua orang perempuan ini, dia tak tahan kalau mesti menerima
cemoohan dengan begitu saja, apa lagi Liu toaya bukan seorang lelaki yang mandah dihina
dengan begitu saja.
(Bersambung ke Jilid 21)
Jilid : 21
GERAK geriknya selincah kelinci, caranya turun tangan seganas serigala, siapa tahu kedua
orang perempuan itupun bukan manusia sembarangan, dikala ia menerjang tiba, sekali jumpalitan
tahu-tahu mereka sudah berkelit dari terjangan orang.

Tanpa menggunakan banyak tenaga, tak lebih cuma memanfaatkan tenaga terkamannya,
tahu-tahu Liu Yok siong sudah di bikin berubah posisi badannya dan jatuh, terjerembab diatas
tanah.
Apa lacur pantatnya yang menghajar lantai terlebih dulu, kontan saja tubuh Liu Yok siong
melengkung jadi satu dan bercucuran air matanya karena kesakitan.
Dalam keadaan seperti ini, rasa bencinya terhadap orang yang menghadiahkan obat
perangsang tersebut kepadanya boleh dibilang telah mendarah daging, kalau bisa dia ingin
mencincang tubuh bajingan tersebut menjadi berkeping-keping sebelum rasa mangkelnya dapat
diatasi.
Dia benci karena obat tersebut demikian manjurnya, hingga sebelum pelampiasan terjadi, daya
rangsang obatnya tak akan berakhir.
Kalau berada dihari-hari biasa, sekalipun terbanting ke tanahpun tak menjadi soal, tapi berada
dalam situasi yang "kritis" seperti saat ini, sekalipun ada benda berat yang dijatuhkan ke tubuhnya
pun akan berakibat kesakitan hebat, apalagi terbanting dalam keadaan sekeras itu .......
Liu Yok siong tidak sampai gila, tapi pada detik-detik tersebut akibatnya membuat dia seperti
kehilangan nama.
Setelah diulas dan dipijit-pijit sekian lama, dengan susah payah akhirnya dia berhasil juga
menghilangkan rasa sakit tersebut, tapi seluruh tenaganya seperti lenyap tak berbekas, dia hanya
bisa berbaring ditanah seperti anjing yang sedang ngos-ngosan.
Wajahnya telah dinodai oleh ingus dan air mata, namun dia tak mampu lagi menggunakan
tenaganya untuk menyeka.
Tapi yang paling mengenaskan adalah daya kerja obat perangsang itu belum meluntur, hal ini
membuat tubuhnya tetap panas dan dipergaruhi oleh napsu birahi.
lebih celaka lagi adalah kedua orang perempuan itu, mereka sama sekali tak memandang lagi
ke arahnya kendati pun tubuhnya terbanting keras-keras ke tanah, bahkan mereka malah kembali
ke kamarnya.
Kamar mereka terletak disebelah, begitu masuk ke dalam kamar mereka tidak menutup
pintunya hingga Liu Yok siong masih dapat melihat mereka dengan jelas.
Tampak ke dua orang perempuan itu melepaskan semua pakaiannya, lalu saling berpelukan,
setelah melakukan berapa adegan lesbian, katanya sambil tertawa jalang:
"Apa sih hebatnya lelaki? Hmmm, tanpa lelaki pun koh nay-nay masih tetap menemukan
kegembiraan dan kepuasan"
Liu Yok siong merasakan suatu dorongan napsu yang amat besar membuat dia lantas
menghimpun seluruh kekuatan yang dimilikinya, mengepal tinjunya keras-keras dan menghantam
keras-keras ke bawah bagian "fital" nya yang dihantam keras-keras.
Pukulan mana nampaknya berat sekali dengan kekuatan yang amat luar biasa.
Kontan ia melolong kesakitan, sebegitu hebatnya rasa sakit tersebut membuat ia terbungkukbungkuk
sambil memancarkan segenap isi perutnya .....
Pukulan mana benar-benar merupakan suatu pukulan yang sadis lagi brutal.

Liu Yok siong merasakan matanya berkunang-kunang lalu pingsan.
Ketika sadar kembali, dia menjumpai tubuhnya berbaring diranjang, badannya telah bersih,
bagian yang lecet dan terluka pun telah dibalut.
Cun Hoa dan Ciu Gwat berada didepan pembaringan, Cun Hoa membawa sebuah cawan kecil
sedang Ciu Gwat memayangnya bangun sambil berkata:
"Liu ya bangunlah, baru saja kami buatkan secawan jinsom, mumpung masih panas, ayolah
diminum dulu!"
"Tak usah repot-repot, aku tak berani menerima pelayanan kalian berdua" tampik Liu Yok
siong dingin.
Cun Hoa mengambil sesendok kuah dan dihembus dulu agar dingin, lalu sambil di suapkan ke
mulutnya, dia berkata sambil tertawa:
"Liu ya, maaf, kami hanya bergurau saja denganmu, sebentar bila kau telah sembuh, kami
pasti akan menuruti semua perkataanmu, apapun yang kau kehendaki pasti akan kami sanggupi"
"Perintah siapa yang baru kalian terima?"
"Tak ada siapa-siapa, kami hanya berbicara menurut suara hati sanubari kami sendiri, kami
telah mengetahui bahwa kau sesungguhnya adalah seorang manusia luar biasa"
""Kau bilang aku adalah seorang manusia yang amat luar biasa?" Liu Yok siong menegaskan.
"Benar! Orang yang mampu bertindak keji sadis dan brutal terhadap diri sendiri, dia lah
seorang manusia yang luar biasa"
Hampir saja Liu Yok Siong mengucurkan air matanya karena merasa amat terharu.
Hanya Thian yang tahu, untuk mendapatkan predikat "luar biasa" tersebut, entah berapa
banyak pengorbanan yang telah di keluarkan olehnya.
Hanya untuk mencapai tujuan tersebut, berulang kali dia harus menerima hinaan, cemoohan,
cercaan bahkan penyiksaan lahir dan batin.
Tapi kesemuanya itu hanya dirasakan dan dipahami oleh dia seorang, orang lain tak akan
mengetahui akan pengorbanannya itu.
Padahal apa yang dicari dengan semua pengorbanannya itu?
Apa pula di peroleh dengan semua pengorbanan yang telah dibayar kontan olehnya itu? Tak
lebih cuma predikat "luar biasa"
Benarkah dia seorang yang luar biasa?
ooo0ooo
PENYELIDIKAN
SEBENARNYA Giok Bu sia itu seorang perempuan macam apa?"

Pertanyaan tersebut diajukan oleh Ting Peng.
Sekarang mereka malah berada diatas kereta, Cing Cing berbaring disisinya, sedang Siau
Hiang dan Siau im duduk dihadapan mereka.
Ketika selesai mendengarkan penuturan Cing-Cing tentang pengalaman yang baru saja
menimpa mereka, Ting Peng mengajukan pertanyaan tersebut.
Cing Cing tertawa, kemudian sahutnya:
"Dia adalah memang perempuan yang menarik, kau tak akan pernah menyangka kalau di
dunia ini terdapat perempuan sedemikian menariknya, terutama sekali badannya"
"Lebih indah dari pada tubuhmu?"
*************************
Halaman 11 - 12 hilang
*************************
hanya mungkin saja kedua orang itu kebetulan memiliki tahi lalat yang sama"
"Tentu saja hal ini mungkin cuma suatu kebetulan belaka" Ting Peng tertawa, "tapi
kesempatan untuk suatu kejadian yang kebetulanpun tidak terlampau banyak"
"Kau menganggap dia adalah Giok Bu sia?
"Aku tidak mengatakan demikian, tapi aku rasa kemungkinan besar dia adalah Giok Bu sia"
"Sudah pasti tak mungkin" Cing-Cing segera menggeleng.
"Mengapa?"
"Karena dia jauh lebih cantik daripadaku."
Kembali Ting Peng tertawa.
"Cing-Cing, itu menurut penilaianmu, bukan penilaianku, di dalam benakku kau adalah jelmaan
dari kecantikan dan kemuliaan, tiada orang kedua yang akan sanggup melebihi dirimu"
Agak memerah wajah Cing-Cing karena jengah, katanya kemudian.
"Long kun, kau hanya berbicara agar hatiku senang"
Ting Peng segera memeluknya dengan mesrah, kemudian diciumnya hangat, katanya tertawa:
"Cing-Cing, mungkin saja aku akan melakukan suatu perbuatan yang menyalahi dirimu, tapi
tak akan membohongi dirimu, aku tidak tahu apakah perempuan itu adalah Giok Bu sia atau
bukan, tapi sekali pun telah kujumpai Giok Bu sia, belum tentu aku akan menganggap dia lebih
hebat daripada dirimu"
"Kalau sampai demikian, berarti sepasang matamu ada yang tak beres"
"Sekarang mataku beres dan normal, justru sepasang matamulah yang ada persoalannya"

"Sepasang mataku ada persoalan?"
Benar, cantik buruknya penilaianmu hanya berdasarkan pengamatanmu atas lahiriahnya saja,
sedang aku hanya menilai dari isi hatinya, bila hati seorang perempuan amat jelek, kendatipun dia
berwajah cantik, aku hanya akan melihat kejelekannya belaka.
Dengan perasaan berterima kasih Cing-Cing semakin merapatkan tubuhnya dengan
*************************
Halaman 15 - 16 hilang
*************************
Cing Cing menghela napas panjang.
"Aaaai, tampaknya aku tak akan berhasil mengurungkan niatmu itu .....?"
"Benar, aku harus pergi melakukan penyelidikan, lalu membuktikannya .....!
Kembali Cing Cing termenung berapa saat lamanya, kemudian dia baru berkata:
"Long kun, kendatipun kau berhasil membuktikan, kuharap kau jangan melukainya."
"Demi peristiwa penculikan terhadap dirimu aku tak akan mencelakainya, sebab Giok Bu sia
juga tidak mencelakai dirimu namun seandainya aku berhasil menemukan kalau dia sudah
melakukan kejahatan lainnya, aku tak akan mengampuninya dengan begitu saja"
""Bagaimanapun juga, dia hanya seorang gadis muda, tak mungkin dia sudah banyak
melakukan kejahatan"
"Hal itu mah harus bisa diputuskan setelah diketahui perbuatan apa saja yang telah dilakukau
olehnya"
"Dia sendiri toh punya bapak?" .
"Kalau begitu, dia lebih-lebih harus diberi hukuman, setelah mempunyai ayah seperti ini,
segala tindak tanduknya harus berhati-hati, salah sedikit saja sudah pantas dijatuhi hukuman yang
setimpal.
ooo0ooo
KERETA kuda itu berhenti ditengah sebuah persimpangan jalan.
Cing-Cing dan Siau Im turun dari kereta sedang Siau Hiang tetap tinggal diatas kereta.
Sambil melongokkan badannya dari balik kereta, Ting Peng berseru:
"Cing Cing, dari sini kalian boleh berangkat pulang, dan aku rasa tak mungkin ada mara
bahaya lagi"
"Aku mengerti, akupun bukan seseorang yang mudah dipermainkan orang, tempo hari aku
sudah teledor, maka selanjutnya aku pasti akan bertindak lebih berhati-hati"

Ting Peng segera manggut-manggut, kembali ujarnya:
"Cing Cing, aku harus minta maaf karena tak bisa melindungimu sepanjang hari, bahkan
sebaliknya aku telah mendatangkan banyak ancaman bahaya bagimu"
Soal ini tak bisa menyalahkan kau, dalam kenyataan justru akulah yang telah memancing
datangnya kesulitan untukmu karena golokmu ....."
"Dahulu, memang disebabkan golok ini, tapi sekarang disebabkan diriku, semua kesulitan
yang ada sekarang semuanya terjadi dan ditujukan hanya padaku seorang"
Meski golok itu menakutkan, tapi bagaimanapun juga golok itu milikku.
Golok itu baru akan menakutkan bila dia berada ditangan seseorang yang menakutkan pula.
Walaupun golok bulan sabit adalah sebilah golok iblis yang mengerikan, tapi senjata tersebut
baru akan memperlihatkan kekuatan yang luar biasa bila benda tersebut berada ditangan Ting
Peng.
Kini Ting Peng sudah jauh melampaui kehebatan dari golok tersebut.
Bukan hanya Cing Cing yang tahu, setiap orang yang pernah merasakan kerugian
Di ujung golok bulan sabit pada tahu, banyak orang merasa tidak tentram, mereka selalu
mencari jejak dari golok iblis tersebut, tapi ketika Ting Peng muncul dengan membawa golok
tersebut, mereka sudah melupakan goloknya, seluruh perhatian mereka terpaksa harus
dipusatkan pada orang yang memegang golok tersebut.
Dahulu mereka selalu berusaha dan berdaya upaya untuk menghancurkan golok tersebut,
sekarang mereka berdaya upaya untuk memusnahkan manusianya.
Sayang sekali, Ting Peng bukan seorang manusia yang mudah dipunahkan dengan begitu
saja.
Sebab dia terlalu menyendiri, tiada orang yang dapat mengikat tali perhubungan dengannya,
tiada orang yang sanggup mendekatinya.
Bila orang tak dapat mendekatinya, berarti banyak sekali rencana busuk yang tak sanggup
digunakan.
Orang yang paling berbahaya seringkali akan muncul justru disisi tubuhnya, itu namanya
musuh dalam selimut.
Ting Peng cukup memahami akan teori tersebut, maka dari itu dia hanya membawa Siau
Hiang dan Ah ku berdua untuk mendampinginya.
Kedua orang itu semuanya merupakan orang-orang yang paling dipercayai olehnya.
Bila orang tak bisa mendekatinya dan mencelakainya, maka terpaksa mereka harus mengatur
perangkap atau jebakan untuk mencelakainya, tapi inipun terlampau sukar, jebakan yang macam
apapun tak akan sanggup menahan sebuah bacokan golok saktinya. Ting Peng cukup memahami
akan hal ini, orang lain lebih-lebih memahami akan hal tersebut.
Oleh sebab itu hingga kini, tiada orang yang berani mencoba-coba.

Memandang hingga Cing Cing dan Siau Im pergi jauh, Ting Peng baru berkata kepada Ah ku
dengan suara tandas:
Sin kiam san ceng!"
Ah ku adalah seorang rekan yang baik, dia tak pernah berbicara, diapun tak akan bertanya,
begitu perintah diturunkan, dia hanya tahu untuk melaksanakannya.
Tapi Siau Hiang merasa terperanjat sekali.
Kereta berjalan kencang membuat ruang seluruh kereta bergoncang keras, tak tahan dia
bertanya:
"Kongcu, rupanya kau curiga kalau Giok Bu sia adalab Cia Siau giok dari perkam pungan Sin
kiam san ceng, tapi bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?" Ting Peng hanya tertawa tanpa
menjawab, terpaksa Siau Hiang harus membungkan kembali.
Sebenarnya dia adalah seorang anak gadis yang menyenangkan, dia tahu kalau lelaki paling
benci dengan perempuan yang banyak cingcong, walaupun sesungguhnya dia ingin sekali
mengucapkan beberapa patah kata ........
ooo0ooo
KERETA kuda yang megah dan mewah itu akhirnya berhenti di tepi sungai didepan
perkampungan Sin kiam San ceng..
Berhubung kemunculannya sangat tiba-tiba, pihak perkampungan tak sempat melakukan
persiapan apapun, maka kereta yang mewah itupun tak sempat dikirim ke tepi seberang"
Ting Peng tidak terlampau tergesa-gesa Ah Ku pun tidak kelewat terburu napsu, apalagi Siau
Hiang, tentu saja ia tidak perlu gelisah, maka mereka pun menanti di dermaga dengan sikap yang
amat tenang.
Agaknya mereka amat penyabar, tapi orang-orang dalam perkampungan Sin kiam san-ceng
justru sudah kehilangan kesabarannya terutama sekali Cia Siau giok.
Untung saja dia tidak terlalu lama merasa gelisah, secara diam-diam Cia sian seng telah
mendekatinya, lalu membisikan sesuatu ke sisi telinganya.
Raut wajah Cia Siau giok segera berubah agak lega, dia melangkah masuk ke dalam sebuah
ruang rahasia, di dalam sana sudah menanti dua orang kakek.
Walaupun dibagian luar mereka kenakan jubah berwarna hitam, tapi secara lamat-lamat masih
dapat menyaksikan pakaian berwarna emas atau perak dibaliknya..
Begitu Cia Siau giok masuk, dua orang kakek itu segera bangkit berdiri sambil menyapa:
"Nona, baik-baik kau"
"Empek Kim, Empek Gin, sewaktu datang tadi apakah kalian telah melihat kereta milik Ting
Peng?"
Singa emas manggut-manggut.

"Yaa, sudah kulihat, padahal kami memang datang karena hal ini, ketika kami dengar kereta
Ting Peng dilarikan ke arah sini, kamipun buru-buru menyusul kemari."
"Mungkinkah kemunculan Ting Peng secara tiba-tiba ini ada hubungannya dengan masalah
Giok Bu sia?" Cia Siau giok bertanya dengan kening berkerut.
Naga Perak tertawa getir.
"Siapa yang tahu? Tapi kemungkinan kesitu memang besar sekali, karena belum lagi pulang
ke rumah, ditengah jalan dia telah berpisah dengan Cing Cing dan langsung berangkat ke mari."
"Lantas darimana dia bisa tahu? Liu Yok siong memang pantas untuk mampus, tidak
seharusnya kita biarkan dia tetap hidup didunia ini ........"
"Sudah pasti bukan Liu Yok siong yang membocorkan, sewaktu ia meninggalkan kami, ia
selalu berada dalam pengawasan yang ketat, belum pernah ia berhubungan dengan orang luar"
"Lantas siapa yang bilang? Kecuali dia, tiada orang yang akan mengetahui akan rahasiaku
ini?"
Bagaimanakah rahasia ini bisa bocor, lohu tidak tahu, tapi sudah pasti bukan Liu Yok siong,
rasa bencinya terhadap Ting Peng jauh lebih mendalam dari pada siapa pun, tak mungkin dia
akan memberi tahukan rahasia tersebut kepada Ting Peng"
Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Tapi Ting Peng toh sudah datang!" keluhnya.
Naga perak berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Apa maksud kedatanganya masih merupakan sebuah tanda tanya untuk kita, mungkin juga
dia datang bukan dikarenakan persoalan dari Giok Bu sia."
Kecuali soal itu, dia tidak beralasan datang kemari" bantah Cia Siau giok.
Kedua orang kakek itu kembali terjerumus dalam lamunan masing-masing, selang berapa saat
kemudian, si Naga perak baru berkata:
Kalau begitu, biar aku keluar dulu untuk mencari tahu maksud kedatangannya"
"Apa? Empek Gin, kau hendak pergi menjumpainya?" "
Benar, aku hendak pergi mencari tahu maksud tujuannya, akupun ingin mencoba permainan
goloknya, aku ingin tahu benarkah dia mempunyai kemampuan yang tiada tandingannya di dunia
ini"
Buru buru Singa emas berseru:
"Loji, tindakan tersebut kelewat bahaya""
Tidak menjadi soal" Naga perak tertawa: ""aku dengar, dia amat ampuh dan berhasil
melampaui setan tua di masa lampau, jika aku tidak pergi mencobanya, aku benar-benar merasa
sukar untuk mempercayainya`

"Soal itu tak perlu dicurigai lagi, buktinya Thi yan berdua toh kehilangan lengan mereka dalam
sekali ayunan golok? Banyak orang yang membuktikan sendiri"
Naga perak segera tertawa dingin.
"Bukan aku mengibul, kalau cuma untuk mengutungi lengan Thi yan berdua mah kita berdua
pun sanggup melakukannya"
"Empek Gin!" Cia Siau giok segera berkata pula, "sekalipun kau ingin berjumpa dengannya,
toh tak usah memilih waktu seperti saat ini dan tempat semacam ini!"
Kala ini Naga perak tertawa.
"Justru dalam keadaan dan saat seperti inilah pertemuan lohu dengannya baru akan terasa
bermanfaat, bila mana perlu serahkan saja semua tanggung jawab tersebut diatas tubuh lohu,
untung saja hubungan lohu dengan nona tidak diketahui orang lain"
"Loji, bila kau bersikeras hendak ke sana akupun tidak bermaksud untuk menghalangi mu, tapi
kau harus berhati-hati", pesan Singa emas kemudian.
"Aku tahu, orang yang kita kuatirkan bukanlah Ting Peng, melainkan kabar berita tentang
setan tua itu, apalagi antara Ting Peng dengan kita tak punya dendam sakit hati apa-apa, agaknya
dia masih belum tahu tentang persoalan si setan tua itu" Selama ini dia selalu percaya kalau dia
telah mengawini seorang istri rase"
Naga perak segera tertawa.
"Kalau begitu biarkanlah dia mempertahankan pendapatnya itu, kita pun tak usah membongkar
rahasia tersebut, toh hal ini ada keuntungan tiada kerugian apa-apa, tempo hari dia tidak
membunuh Thi yan suami istri, aku rasa hari inipun dia tak akan membunuhku, sebab orang yang
paling dibenci oleh si setan tua itu adalah mereka berdua"
""Loji, pokoknya lebih baik kalau pertimbangkan lebih berhati-hati" ucap Singa emas cepat,
"bila kau rasakan musuh kelewat tangguh dan kau tak sanggup menghadapinya, lebih baik angkat
kaki saja secepat-cepatnya"
Naga perak manggut-manggut dan berlalu, Singa emas berkata lagi:
"Aku pun harus pergi, aku ingin turut menyaksikan sampai dimanakah kehebatan permainan
golok Ting Peng yang dikatakan tiada tandingannya itu"
"Empek Kim! ucap Cia Siau giok tertawa, "tampaknya kau memperhatikan keselamatan empek
Gin?"
"Yaa, kami adalah sahabat lama, tentu saja aku sangat menguatirkan keselamatannya"
Sebenarnya Cia Siau giok hendak berkata begini."
"Kalian dengan Thi yan suami istri pun merupakan sahabat lama, mengapa kalian begini tega
membunuh mereka"?"
Tapi ucapan tersebut segera tertelan kembali setelah sampai diujung bibirnya.

Dia tahu dalam kelompok manusia tersebut dalam persoalan yang begitu banyak, sudah pasti
terselip masalah budi dan dendam diantara mereka pribadi, masalah yang pelik semacam itu tak
mungkin bisa dipahami oleh siapa saja kecuali mereka yang bersangkutan.
Tapi, peristiwa macam apapun bila sudah terungkap maka dunia persilatan akan menjadi
gempar, tentu saja banyak manusia akan jatuh korban.
Tak usah jauh-jauh, Cia Siau giok sendiripun sudah merupakan sebuah teka-teki.
Dia adalah putri kandung dari sam sau-ya Cia Siau hong dari Sin kiam san ceng,
perkampungan nomor satu dikolong langit dewasa ini.
Berhubung tiada penyangkalan dari Cia Siau hong pribadi, berhubung gadis itu selalu tinggal di
perkampungan Sin kiam san ceng, seolah-olah hal ini sudan pasti.
Perkampungan Sin kiam san ceng merupakan perkampungan termashur yang dianggap umat
persilatan sebagai tempat suci, tapi segala tindak tanduk majikan perempuannya justru penuh
dengan hawa sesat.
Bukan cuma begitu, dia pun merupakan pentolan dari sekelompok pembunuh, dia adalah
jelmaan dari perempuan lain yang bernama Giok Bu sia.
Selain itu dia mempunyai hubungan yang begitu akrab dengan Kim say dan Gin Liong dua
orang tianglo dari Mo kau dimasa lalu. . .
Rahasia apakah yang sebenarnya berada dibalik semuanya itu?
Tiada orang yang bisa menjawab teka-teki tersebut.
Tapi di dunia ini tiada rahasia yang cepat atau lambat rahasia itu pasti akan terbongkar juga.
ooo0ooo
MENAKLUKKAN NAGA
TING PENG masih duduk dalam kereta.
Siau Hiang bersandar diatas kakinya bagaikan seekor kucing kecil yang mengenaskan.
Selamanya gadis ini mendatangkan perasaan menarik, lemah dan menawan bagi siapapun
yang melihatnya, bagi lelaki mana pun juga, bila ada gadis semacam ini dalam pelukannya maka
dia akan merasa seluruh dunia seolah-olah sudah menjadi miliknya.
Dia bukan seorang istri, bukan seorang kekasih, tapi asal ada dia berada disampingnya, lelaki
manapun akan melupakan istrinya, melupakan kekasihnya karena gadis ini selain memberikan
segala perasaan baginya.
Dia pun seorang perempuan, tapi ia dapat mencegah timbulnya napsu birahi dari kaum lelaki
yang bisa dia berikan adalah kepuasan yang suci dan bersih.
Hanya ada dua macam lelaki yang bisa menaruh napsu birahi terhadap dirinya.
Pertama adalah lelaki paling kasar yang sama sekali tidak mengenal akan seni dan ketulusan
perasaan.

Kedua adalah lelaki yaag kelewat eksentrik, setelah menerima kehalusan gadis ini masih tetap
akan merasakan daya tariknva sebagai orang perempuan.
Tentu saja Ting Peng bukan lelaki kasar.
Tapi Ting Peng pun bukan seorang lelaki eksentrik, kendatipun demikian, disaat ia sedang
memeluk tubuh Siau Hiang, ternyata muncul juga suatu perasaan yang aneh.
Perasaan aneh itu bukan dorongan napsu birahi, dia hanya ingin menelan janji gadis yang
berbau harum dan bertubuh indah ini, kemudian memeluknya kencang-kencang dan mengendusi
seluruh badannya, menikmati keharuman badannya.
Mungkin saja dalam keadaan demikian ia dapat melakukan tindakan selanjutnya tapi dalam
keadaan sekarang, dalam hati kecilnya hanya mempunyai satu niatan.
Bagi pandangan orang lain mungkin dia cantik dan suci bersih, tapi calam pandangannya dia
menawan hati.
Ting Peng memang seorang lelaki yang segera bertindak setelah berpikir, maka begitu ingatan
mana melintas lewat, dia segera berseru dengan lantang:
"Ah Ku, putar kereta dan cari tempat untuk beritirahat, besi\ok kita baru datang lagi"
Sekarang belum lewat tengah hari, jaraknya hingga besok masih cukup lama, kalau toh besok
baru datang, buat apa mesti menunggu disana lebih lama lagi?
Karena dari sini menuju ke kota yang terdekatpun paling tidak membutuhkan waktu selama
satu jam.
Tapi Ah Ku memang seorang pembantu yang setia, dia hanya tahu melaksanakan perintah,
selamanya tidak banyak bertanya.
Maka dia segera membalikkan keretanya dan bernagkat menuju ke arah jalan semula.
Dibawah kendalinya, keempat ekor kuda jempolan tersebut sudah teramat jinak dan penurut.
Binatang-binatang tersebut merupakan kuda jempolan pilihan yang setiap hari bisa menempuh
seribu li, meski kurang leluasa dan terbiasa pada mulanya ketika dipakai untuk menghela kereta,
tapi lama kelamaan mereka jadi terbiasa, bahkan bisa memberikan penampilan yang sangat
bagus sekali.
Ketika binatang itu mulai bergerak ke depan, delapan kaki depan mereka diangkat bersamasama
dan jatuh ke tanah bersama juga, hingga kereta bisa bergerak maju secepat terbang.
Bila keempat ekor kuda itu sudah mulai bergerak maju, sulitlah untuk mengehntikan kereta
yang berat tersebut seketika.
Tapi baru seratus kaki mereka bergerak mendadak kereta itu berhenti sendiri.
Ah-ku tidak mengendalikan mereka, adalah kuda-kuda itu sendiri yang berhenti.
Sebab ditengah jalan telah berdiri seseorang.

Seorang manusia berbaju perak yang mengenakan topeng berwarna perak, dibawah topeng
nampak jenggotnya yang berwarna putih, sehingga dari sini dapat diketahui kalau dia adalah
seorang lelaki, seorang kakek.
Kuda-kuda tersebut sama sekali tidak terlatih untuk berhenti bila melihat manusia setelah
ditemukan kusir yang berpengalaman macam Ah ku, latihan semacam itu sesungguhnya sama
sekali tak berguna.
Bila ada orang ditengah jalan yang tak sempat menghindar, cambuk panjang Ah ku bisa
mendahului terjangan kudanya untuk menggulung tubuh orang itu dan membawanya ke tepi jalan.
Ada suatu ketika, dihadapannya terdapat seorang kakek yang menunggang keledai, mungkin
keledainva sedang mengambek dan mogok ditengah jalan.
Padahal kereta Ah ku sudah menerjang tiba, dia lantas bertindak dengan cambuk panjangnya
menggulung orang berikut keledainya dan disingkirkan ke tepi jalan.
Alhasil orang dan keledainya selamat, tapi dua orang penonton ditepi jalan segera jatuh
pingsan saking kagetnya.
Seandainya ada orang berusaha menghalangi jalan perginya, maka bila cambuk Ah ku
menyambar, rintangan macam apapun akan segera tersingkirkan dari sana.
Tapi kakek itu sanggup membuat kuda jempolan yang sedang lari berhenti seketika, bahkan
bisa memaksa cambuk Ah ku yang lihay tak berkutik sama sekali.
Dari sini dapat diketahui kalau orang tersebut memang luar biasa sekali.
Dia berdiri ditengah jalan tanpa berkutik tapi dari balik tubuhnya terpancar keluar kekuatan
tanpa wujud yang menggidikkan hati, membuat siapapun tak berani mengusiknya.
Tangan Ting Peng masih membelai rambut Siau Hiang yang lembut, ini sudah menjadi
kebiasaannya, kebiasaan selama berada dalam kereta.
Ketika kereta berhenti secara tiba-tiba, Siau Hiang mendongakkan kepala sambil memandang
keluar, tiba-tiba ia menjerit kaget.
"Aaah, Gin liong tianglo"
Ting Peng masih membelai rambut si nona dengan tenang, katanya acuh tak acuh:
"Apakah Gin liong dari Mo kau dimasa lalu?"
Siau Hiang manggut-manggut.
Kembali Ting Peng bertanya:
"Apakah Thi yan siang hui sekomplotan dengan mereka?"
Sekali lagi Siau Hiang mengangguk, bisiknya lirih:
"Dalam empat tianglo, dia menempati urutan kedua, jauh lebih hebat dari pada Thi yan suami
istri"
Ting Peng tertawa:

"Kalau begitu mah tak usah dikagetkan, agaknya mereka semua telah berhianat kepada Mo
kau?"
Kembali Siau hiang mengangguk.
"Benar, mereka dan Kim say tianglo telah berkomplotan secara diam-diam dengan pihak lima
partai besar, menghianati perkumpulan dan menghancur lumatkan Mo kau, kalau tidak, kekuatan
dan kekuasaan Mo kau tak akan musnah secepat ini"
"Benarkah tingkah laku Mo kau dimasa lampau sudah mencapai tingkatan sedemikian rupa
sehingga disumpahi dan dikutuk setiap umat persilatan di dunia ini?"
"Soal ini .... budak tidak begitu jelas, tak berani berbicara seenaknya sendiri"
`Tak menjadi soal, katakan saja, menurut pendapatmu bagaimanakah sikap mereka?"
"Sewaktu aku dilahirkan, Mo kau telah punah, maka aku sendiri kurang begitu jelas, tapi
menurut apa yang kudengar dikemudian hari, segala perbuatan Mo kau memang dikutuk dan
disumpahi orang"
"Kalau begitu penghianatan mereka toh termasuk suatu perbuatan yang tepat dan bijaksana?"
"Tapi menurut apa yang budak pahami kemudian, bukan demikian latar belakangnya,
walaupun peraturan yang berlaku dalam Mo kau berbeda dengan peraturan di daratan Tionggoan,
tapi merekapun mempunyai peraturan yang melarang setiap orang sembarangan membunuh"
"Kalau memang demikian, apa sebabnya perbuatan mereka sampai disumpahi dan dikutuk
setiap orang?"
"Hal ini disebabkan kaucu dari Mo kau harus mempelajari semacam ilmu silat baru dan
mengasingkan diri, maka semua urusan partai diserahkan kepada mereka untuk
melaksanakannya, siapa tahu tindak tanduk mereka terkutuk seningga akibatnya merusak pamor
Mo kau dan menjadi musuh umum umat persilatan, menanti kepandaian silat kaucu telah berhasil,
mereka kuatir kaucu tak akan mengampuni dosa-dosa mereka, maka merekapun berhianat dan
bersekongkol dengan pihak lima partai besar""
"Jadi kalau begitu, merekalah melakukan kejahatan tersebut ?" kata Ting Peng menegaskan.
"Begitulah menurut pengertian budak"
"Masa pihak lima partai tidak mengetahui akan hal ini?"
"Soal tersebut kurang begitu jelas, tapi yang pasti tiada orang luar yang tahu kalau kaucu kami
hendak menutup diri, anggota Mo kau sendiripun jarang yang mengetahui rahasia tersebut, tapi
mereka telah menjatuhkan semua tanggung jawabnya kepada kaucu hingga jadinya susah di
bantah lagi oleh semua pihak"
Ting Peng manggut-manggut.
"Jadi para ciangbunjin dari lima partai besar telah meminta bantuan dari Cia siau hong
sebelum berhasil memaksa Kaucu dari Mo kau terjatuh kebawah jurang bukit Ci-lian san?"

"Benar, seandainya bukan gara-gara Cia Siau hong, sekalipun cianghunjin dari lima partai
bersatu padu pun belum tentu mampu menghadapi kelihayan dari kaucu"
"Tapi aku lihat Cia Siau hong adalah seorang yang mengutamakan soal cengli?
"Cia tayhiap tidak tahu menahu tentang keadaan yang sebenarnya, sedang kaucu juga enggan
memberi penjelasan"
"Mengapa dia enggan menerangkan hal yang sebenarnya?"
"Waktu itu dia belum tahu kalau dari empat orang kepercayaan ada tiga diantaranya telah
berhianat, sekalipun ia merasa tak puas terhadap perbuatan mereka, toh kesalahan mana tak bisa
dilimpahkan keatas kepala anak buahnya, dia adalah seorang yang tinggi hati"
ooo0ooo
BIASANYA orang yang tinggi hati adalah seorang yang berani bertanggung jawab.
Paras muka Ting Peng sekarang telah dilapisi oleh perasaan kagum dan menghormat yang
tebal, sambil sambil membopong goloknya dia melompat turun dari atas kereta.
Ah ku yang duduk ditempat kusir tampaknya sudah dibikin keder oleh kewibawaan kakek itu, ia
duduk tak berkutik.
Namun Ting Peng masih tetap bersikap santai dan tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh
keadaan di depan matanya.
Dia cuma tertawa, lalu bertanya:
"Sudah kau dengar semua apa yang kami bicarakan sewaktu berada dalam kereta tadi?"
"Lohu belum tuli, telinga masih berfungsi seperti sedia kala!"
"Apakah penuturan Siau hiang barusan terdapat bagian-bagian yang rasanya kurang adil?"
"Persoalan dalam dunia persilatan sukar untuk ditimbang dengan masalah keadilan, bisa saja
bagi lohu untuk mencari setumpuk alasan untuk membantah, tapi sayang sekali percekcokan
hanya kerja kaum wanita, lohu tak sudi melakukannya"
"Bagus sekali, puas, sunggub memuaskan, kau memang tak malu disebut sebagai jagoan
hebat"
Naga perak tertawa.
"Aku datang untuk mencoba kejantanan golokmu, selain itu juga ingin mengajukan satu
pertanyaan kepadamu, siapa yang mengajarkan ilmu golok tersebut? Sekarang dia berada
dimana?"
Sebelum kau, Thi yan siang hui pernah menanyakan juga persoalan itu, setelah lengan
mereka kutung, kedua orang itu masih rela menyerahkan nyawanya untuk ditukar dengan jawaban
tersebut""
"Keadaan lohu berbeda sekali, tanganku masih utuh dan tetap segar bugar ....."
""Senjata apa yang kau pergunakan? sekarang sudah boleh persiapkan.. . !"

Kembali Naga perak tertawa.
"Tentu saja lohupun menggunakan golok, tapi golokku tak akan melebihi ditanganmu, lebih
baik tak usah dicabut keluar, lohu akan mencoba kehebatanmu dengan tangan kosong saja"
Ting Peng akan menunggu sampai dia menyelesaikan perkataan itu, tahu goloknya telah
dicabut keluar kemudian diayunkau ke muka.
"Menyaksikan datangnya sambaran golok tersebut, Naga perak masih tetap berdiri tak
berkutik, menanti mata golok sudah satu kaki dihadapannya, ia baru memperlihatkan rasa ngeri
bercampur takut, buru-buru tubuhnya mundur ke belakang.
Ting Peng tidak mengejar, malah dia masukkan kembali goloknya ke dalam sarung dan balik
kembali ke atas keretanya.
Naga perak baru berhenti setelah mudur sejauh lima enam langkah, saat itulah dia berteriak.
"Sebuah bacokan golok yang amat cepat!
Ketika menyelesaikan perkataan itu, batok kepalanya sudah terbelah menjadi dua bagian.
Betul-betul sebuah bacokan yang cepat, bacokan yang menggidikan hati.
ooo0ooo
KERETA kuda sudah berangkat menelusuri jalan, singa emas masih menyembunyikan diri
ditempat kegelapan terbungkam dalam seribu bahasa. Rupanys ia sudah dibikin ketakutan
setengah mati.
Cia Siau giok pun berada disampingnya pucat pias paras mukanya, dia sepergi lagi
memikirkan suatu persoalan.
Ia sedang berpikir, andaikata bacokan golok dari Ting Peng ditujukan ke tubuhnya apa yang
harus dia lakukan.
Dua orang itu sama-sama membungkam sama-sama tidak berbicara, lama, lama kemudian:
Akhirnya Kim say tianglo baru sadar kembali dari lamunannya, dengan perasaan bergidik
katanya.
"Sebuah bacokan maut, sebuah bacokan yang mengerikan hati ....."
Cia Siau giok tak dapat menyangkal, mereka hanya sempat menyaksikan Ting Peng
mengayunkan goloknya. tapi tak sempat melihat dengan pasti dari arah manakah bacokan golok
tersebut berhasil membelah si Naga perak menjadi dua bagian.
Satu-satunya orang yang mengetahui hal ini dengan pasti mungkin hanya si Naga perak
pribadi.
Setelah termakan bacokan itu, dia masih dapat mundur sejauh lima kaki, masih dapat
mengutarakan perasaannya setelah termakan bacokan itu, sebelum tubuhnya terbelah menjadi
dua bagian.

Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mengerikan.
Kini, kereta tersebut meluncur ke arah luar, paling tidak hari ini tak mungkin akan kembali lagi.
Sambil menghembuskan napas panjang, Cia Siau giok berkata.
"Untuk ke empat kalinya kusaksikan ia melepaskan bacokan mautnya, tapi sungguh
mengherankan, tenaga dalamnya kali ini sepertinya jauh lebih sempurna dari beberapa hari
berselang, sewaktu ia membacok Thi Yan siang hui tempo hari, aku masih dapat menyaksikan
dengan jelas, tapi hari ini, bacokannya seperti tak berwujud lagi"
Kim say tianglo menghela napas panjang.
"Nona" katanya kemudian, "untuk menghadapi Ting Peng, jelas kita sudah tak berdaya lagi
untuk menghadapinya dengan cara kekerasan, kita semua bukan tandingannya, kita harus
menghadapinya dengan menempuh cara lainnya"
Cia Siau giok tertawa getir tanpa mengucapkan sepatah katapun, gampang memang untuk
berkata bahwa cara lain masih banyak, tapi ia telah mencoba dengan berbagai cara sampai boleh
dibilang dia sudah kehabisan akal, namun tak sebuah pun yang pernah berhasil menandingi Ting
Peng.
ooo0ooo
TAPI dia harus mencarinya, bahkan harus mendapatkannya dengan cepat...
Sebab besok Ting Peng akan datang mencarinya lagi, bila ia telah datang besok kendatipun ia
tidak mengirim perahu untuk menjemputnya, toh cara ini tak akan menghalangi kedatangannya
disana.
Untung saja Ting Peng baru akan datang lagi besok pagi, berarti masih ada waktu selama
semalaman suntuk baginya untuk berpikir.
Waktu selama semalaman bisa jadi akan merubah banyak persoalan, bahkan siapa tahu
dalam malam tersebut dia berhasil menemukan suatu cara yang terbaik untuk menghadapi Ting
Peng?
Waktu seringkali memang merupakan alasan terutama dari penyebab berubahnya segala
sesuatu.
Seorang pemberani dapat berubah menjadi pengecut, seorang perempuan suci dapat berubah
menjadi wanita jalang.
Banyak sekali jagoan yang tak terkalahkan, akhirnya roboh juga karena waktu.
Bahkan waktu dapat merubah sejarah, dapat pula menciptakan sejarah baru.
Itulah sebabnya ada banyak orang yang
*************************
Halaman 49 - 50 hilang
*************************

pernah belajar silat namun mereka tidak terhitung hebat, bahkan Cia Siau Giok tidak
membawa senjata tajam.
Padahal dalam perkampungan Sin kiam san-ceng terdapat dua ratus macam racun, dua ribu
macam cara dan senjata untuk membunuh orang, terdapat pula puluh orang pembunuh yang
paling termashur dalam dunia persilatan dewasa ini.
Akan tetapi Cia Siau giok tidak mempergunakannya semua, sebab Cia Siau giok mengerti,
walaupun dia mempunyai dua ribu dua ratus dua puluh macam cara dan alat untuk membunuh
orang kenyataannya tak semacam pun yang sanggup digunakan untuk membunuh Ting Peng.
Kini Ting Peng sudah naik keatas perahu, Cia Sian giok tidak menjalankan perahu tersebut ke
arah perkampungan Sin kiam san-ceng sebaliknya pelan-pelan berlayar menelusuri sungai di
depan perkampungan itu.
Sungai itu tidak terlampau lebar, kurang lebih setengah jam pun sudah cukup mengitari satu
kali, itupun dijalankan amat lambat, kalau dijalankan cepat, dalam setengah jam saja paling tidak
sudah berputar sebanyak empat lingkaran.
Cia Siau giok cuma berharap bila Ting Peng sedang berang dan meloloskan goloknya, hanya
dia seorang yang terbacok mati, dia berharap pemuda itu jangan sampai menghancurkan
perkampungan Sin kiam san ceng yang telah dibangunnya dengan susah payah itu.
Meskipun perkampungan Sin kiam san-ceng sudah ada semenjak dulu, bahkan selalu tersohor
dalam dunia persilatan, namun tak pernah semegah dan secemerlang sekarang.
Dahulu, tempat itu hanya suatu tempat sebuah perkampungan, tapi sekarang entah seperti
apa, tapi yang pasti tidak mirip perkampungan Sin kiam san ceng yang dulu.
ooo0ooo
PERAHU itu berputar empat lingkaran di sungai, sudah dua jam dilalui, Ting Peng pun sudah
menghabiskan beberapa kati artak, namun goloknya belum pernah dicabut.
Cia Siau giok tahu kalau nyawanya sudah tak bisa diselamatkan lagi. .
Hanya dia sendiripun tak tahu, mengapa Ting Peng belum juga membunuhnya.
Ting Peng naik keperahu dengan mengajak Ah ku dan Siau hiang.
Perahu itu terbagi menjadi dua tingkat, tingkat atas adalah ruang loteng, meja perjamuan
diselenggarakan disitu, Ah ku duduk dibagian bawah.
Antara atas dan bawah sesungguhnya tidak jauh berbeda, semua peralatannya sama hanya
tingkat atas jauhlebih tinggi letaknya.
Lagipula kalau dibilang bagian bawah sesungguhnya jauh lebih tinggi tingkatannya daripada
tingkat atas, sebab setiap macam sayur yang keluar dari dapur pasti di tahan sebagian oleh Ah ku,
bahkan harus dicicipi olehnya lebih dulu sebelum boleh diangkut ke atas.
Siau hiang menanti di anak tangga, dia yang menerima sayur tersebut dan menyampaikannya
ke atas.

Bila sayur itu sudah melalui pemeriksaan dan pengawasan dari kedua orang itu, maka
siapapun dilarang memegangnya lagi.
Untung saja Cia Siau giok tidak melakukan tindakan yang bodoh dalam sayur dan arak itu, dia
hanya berharap bisa meredakan sebagian hawa amarah Ting Peng dengan sayur dari arak
terbaik, mengurangi sedikit hawa membunuhnya, dengan demikian mungkin sekali selembar
jiwanya dapat diselamatkan.
Sekarang, mungkin saja selembar jiwanya sudah dapat diselamatkan dari ujung tanduk.
la baru saja bersyukur, akan keberuntungannya, ketika Ting Peng membuka suara.
"Kemarin aku datang mencarimu, aku bermaksud membunuhmu"
"Aku mangerti" Cia Siau giok mengangguk.
Dia hanya mampu mengucapkan dua patah kata itu saja, sesungguhnya ia bisa saja
menjawab dengan beratus-ratus patah kata, malah mungkin jauh lebih enak di dengar daripada
dua patah kata tersebut tapi akhirnya toh dia hanya menggunakan dua patah kata itu saja.
Dia tahu kata-kata manis, bujuk rayu macam apakah masih belum cukup untuk melindunginya,
bila ingin menjawab sejujurnya, dua patah kata itulah merupakan kata-kata yang jujur.
"Tahukah kau apa sebabnya aku hendak membunuhmu?" kembali Ting Peng bertanya.
Cia Siau giok berpikir sejenak, kembali dia mengangguk.
"Aku tahu!"
Jawaban inipun jawaban yang jujur, tapi justru mengandung banyak sekali latar belakangnya,
juga termasuk pengakuannya bahwa dia adalah Giok Bu sia.
Ting Peng bukan seorang yang amat banyak bicara, dia suka dengan jawaban yang singkat,
tandas dan jelas seperti ini, maka dia pun amat puas dengan jawaban tersebut.
Kembali ujarnya sambil tertawa: ""Hari ini aku kembali datang untuk membunuhmu"
""Aku tahu!" untuk sekian kalinya Cia Siau giok mengangguk.
"Tapi sekarang aku justru tak ingin membunuhmu" kata Ting Peng sambil tertawa.
"Terima kasih banyak Ting toako" Cia Siau giok turut tertawa.
Jawabnya masih tetap enteng dan leluasa, seakan akan tidak terlampau merasa gembira
karena baru saja berhasil menemukan kembali nyawanya.
Ting Peng sendiripun tidak merasa keheranan, ia bertanya lagi sambtl tertawa:
"Tahukah kau, mengapa aku tak ingin membunuhmu?" "
Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru menjawab.
"Aku tahu"
"Kau benar-benar tahu!" kali ini Ting Peng merasa sedikit agak kaget bercampur tercengang.

Yaa, aku benar benar tahu"
""Coba katakan!"
"Sebab pertama, Aku tidak mencelakaimu, tidak mencelakai pula binimu, kedua aku tidak
mengacau dirimu lagi, tiga Aku sudah menyerahkan diri siap menerima kematian dan tidak
memberikan perlawanan lagi. Keempat. . .. setiap jawaban yang kuberikan semuanya adalah
jawaban yang sejujurnya, tidak dibuat-buat lagi.."
ooo0ooo
ALASAN YANG KE LIMA
CIA SIAU GIOK telah menyebutkan empat macam alasan, setiap alasan sudah cukup
memenuhi syarat untuk membebaskannya dari kematian, oleh sebab itu dia menjawab dengah
penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Walaupun Giok Bu sia telah menculik Cing cing, namun tak pernab mencelakainya, lagipula
dia pun tak mengakibatkan Ting Peng menderita kerugian apa-apa, tentu saja Ting Peng pun tidak
mempunyai keharusan untuk membunuhnya.
Dulu, meskipun Cia Siau giok pernah memasang perangkap untuk menjebak Ting Peng,
namun hari ini dia bersikap sopan santun dan cukup tahu diri.
Meskipun Cia Siau Giok tahu Ting Peng hendak membunuhnya, namun dia tidak
mempersiapkan perlawanan apapun, sebagai seorang pendekar besar seperti Ting Peng, tentu
saja dia tak akan membunuh seorang gadis yang tidak melawan.
Setiap pertanyaan selalu dijawab Cia Siau giok dengan jujur, ia tak pernah membantah atau
melakukan pembelaan terhadap setiap perbuatannya, berada dalam keadaan seperti ini,
sanggupkah bagi Ting Peng untuk turun tangan?
Tapi Ting Peng toh menggeleng juga.
Kau keliru!?" ia berkata.
Aku keliru?" Cia Siau Giok tertegun.
Ia seperti tidak percaya kalau Ting Peng masih mempunyai alasan yang ke lima.
Sambil tertawa Ting Peng menjawab.
"Benar, kau keliru, aku hendak membunuhmu disebabkan satu alasan, aku tidak
membunuhmu juga disebabkan satu alasan, tapi bukan alasan-alasan yang telah kau sebutkan
tadi"
Lantas apa alasannya?" tak tahan Cia Siau giok bertanya.
"Karena kau adalah putrinya Cia Siau hong" Itulah sebuah alasan yang sangat baik.
Cia Siau giok termenung sejenak, kemudian baru berkata: "Karena aku adalah putrinya Cia
Siau hong, maka aku pantas mati""

"Putrinya Cia Siau hong tidak pantas mati, tapi putri Cia Siau hong yang melakukan perbuatanperbuatan
itu pantas mati!
Cia Siau hong adalah seorang pendekar besar yang dihormati setiap umat persilatan didunia
ini, sebaliknya putrinya telah menjadi pemmpin dari sekelompok pembunuh bayaran, perbuatan
semacam ini memang pantas dibunuh.
Siapa pun tak dapat menyangkal kalau alasan tersebut merupakan suatu alasan yang tepat.
Tapi Cia Siau giok tidak puas dia berseru:
Ting toako, bila kau membunuhku karena alasan ini, maka aku benar-benar merasakan amat
penasaran"
"Oya?".
Dengan semangat yang menyala-nyala Cia Siau giok berkata lagi:
"Ayahku memang amat termashur, tapi ia menjadi termashur karena mengandalkan
pedangnya itu"
Ucapan inipun tak dapat disangkal siapa pun, perkampungan Sin kiam san ceng memang
menjadi tenar berkat kelihayan pedangnya.
Cia Siau giok berkata lebih jauh.
"Pedang ayahku bisa menjadi tenar karena pedangnya sudah pernah membunuh banyak
sekali jago pedang ternama, atau dengan perkataan lain, dia menjadi ternama karena membunuh
orang, bahkan orang yang tewas diujung pedangnya belum tentu setiap orang mempunyai
kesalahan yang pantas untuk dihukum mati"
Ting Peng hanya manggut-manggut, dia tak tahu bagaimana harus menjatuhkan perkataannya
itu.
"Bila kau adalah musuh ayahku" kata Cia Siau giok lagi, demi membalas dendam baru
membunuhku, alasan tersebut masih bisa diterima sebagai suatu alasan, tapi aku tahu kau bukan
dikarenakan membalas dendam, kau ingin membunuhku karena aku adalah Giok Bu sia, padahal
Giok Bu sia tak lebih hanya seorang manusia yang pernah membunuh sekelompok manusia, tidak
jauh berbeda seperti ayahku membunuh orang. mengapa kalau ayahku yang membunuh maka
perbuatannya benar, sedang putrinya yang membunuh orang justru harus dijatuhi hukuman yang
setimpal?"
Itu berbeda, sebah ayahmu belum pernah membunuh orang disebabkan karena upah
sejumlah uang"
Lantas dia membunuh orang dikarenakan apa ?."
Ting Peng merasa tertegun dan tak sanggup menjawab pertanyaan tersebut.
Yaa, Cia Siau hong pernah membunuh banyak sekali orang kenamaan, tapi karena apa?
Karena mempertahankan nama besarnya?
Mula-mula ia tak senang ada orang lebih ternama dari pada dirinya, ia mencari orang itu dan
menantangnya untuk berduel, setelah pihak lawan roboh terbunuh, dia menjadi semakin tenar.

Lambat laun dia pun berjumpa dengan sekawanan manusia lain yang ternama, masing-masing
tidak puas dengan kebolehan lawannya hingga terjadi pertarungan, ia berhasil membunuh lawan
dan dia pun mendapat julukan sebagai jago pedang yang tiada bandingannya.
Sampai pada akhirnya, baru muncul manusia-manusia yang kalah tenarnya dari dia, mereka
bermunculan dengan harapan bisa mengalahkan dia dan menjadi ternama, datang mencarinya,
menantangnya berduel, tapi kenudian tewas di ujung pedangnya.
Entah berada dalam keadaan macam apa pun, sebagai alasannya hanya satu, yakni nama.
Maka dengan semangat yang menyala- nyala Cia Siau giok berkata lebih jauh:
"Ayahku membunuh orang karena nama sedang aku membunuh orang karena upah, aku rasa
kedua hal tersebut sama sekali tak ada perbedaannya, bahkan aku menganggap diriku masih jauh
dapat diampuni dari pada ayahku, aku membunuh karena upah, ada kalanya aku justru mendapat
pesanan untuk membunuh sekawanan orang jahat, selain menguntungkan orang lain pun
menguntung-kan diri sendiri, ada kalanya pihak lawan memang tidak terlalu jahat, aku hanya bisa
merugikan orang tapi menguntungkan diri sendiri. sebaliknya ayahku yang membunuh orang,
selalu merugikan orang, dia sendiri tak berhasil mendapatkan keuntungan apa2"
Ting Peng hanya bisa menghela napas..
Cia Siau giok berkata makin gencar:
"Aku tahu, perkataanku barusan hanya alasan yang terlalu dibuat-buat, belum tentu kau dapat
menerimanya, tapi aku masih mempunysi satu hal yang bisa menunjang pendapatku ini, dari dulu
sampai sekarang, belum pernah ada seorang manusia pun yang pernah mengajarkan kepadaku,
bagaimana caranya menjadi putri, Cia Siau hong yang baik, termasuk ayahku sendiri juga tak
pernah mengajarkan hal itu kepadaku. sedang aku jauh sebelum aku mengetahui asal usulku yang
sebenarnya, sebelum datang ke perkampungan Sin kiam san ceng ini, aku telah menjadi Giok Bu
sia, karena kehidupan tersebut merupakan gaya hidupku yang sesungguhnya"
"Dahulu, kau tidak tahu kalau kau adalah putrinya Cia Siau hong?"
"Benar, kalau tidak, akupun tak akan menjadi Giok Bu sia, walaupun aku tidak pintar, tapi aku
tahu perananku sebagai Giok Bu sia dan putri Cia Siau hong adalah dua peranan yang
bertentangan, dan ber peran sebagai putrinya Cia Siau hong harus bersikap jauh lebih baik dari
pada sewaktu berperan sebagai Giok Bu sia, tapi sayang sekali aku justru telah menjadi Giok Bu
sia lebih dulu, untuk menjadi seorang tuan putri yang bersih dan suci, aku harus melepaskan diri
dari ikatanku dengan Lian im cap si sat."
Maka kau baru datang mencariku?"
Cia Siau giok segera tertawa.
Lian im cap si sat bukanlah lelaki dan perempuan yang baik, bukan suatu cara yang mudah
untuk melepaskan diri dari belenggu mereka, kecuali pedang ayahku, hanya golokmu yang
sanggup menolongku. ayahku sudah pasti tak akan sudi melakukan pekerjaan bagiku, itulah
sebabnya terpaksa aku datang mencarimu.
Sekarang, Ting Peng hendak menghela napas pun tak mampu lagi.
(Bersambung ke Jilid 22)
Jilid : 22

AKU mengira perbuatanku itu cukup rahasia, siapa tahu toh akhirnya ketahuam juga olehmu"
keluh Cia Siau giok, sewaktu kau datang mencariku, aku sudah tahu kalan kau tak akan
melepaskan aku, sedang aku pun tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk melawanmu, terpaksa
aku hanya menyerakkan diri untuk menerima kematian tapi aku pun harus membuat dudukuya
persoalan menjadi jelas lebih dulu, bila kau membunuh aku demi ditegakkannya keadilan dan
kebenaran, tentu saja aku tak dapat berbicara apa-apa, karena orang yang melakukan perbuatan
jahat mengatas namakan perbuatannya demi keadilan dan kebenaran pun tak sedikit jumlahnya,
kalau dibiarkan bergilir ke bawah, akhirnya aku bakal terkena juga.
"Sudahlah, toh kau sudah melepaskan diri dari mereka, kecuali aku, mungkin tiada orang lagi
yang tahu kau pernah menjadi Giok Bu sia, mulai sekarang aku hanya berharap kau bisa baik-baik
menjadi Cia siocia mu itu!"
"Tidak, masih ada seorang lagi yang tahu"
"Siapa?"
"Liu Yok siong, waktu aku hendak meninggalkan perkampungan Lian im san ceng rahasia ini
telah diketahui olehnya."
"Waaah, orang itu memang benar-benar memiliki kemampuan yang luar biasa, tak nyana dia
pun dapat mencari sampai ketempat tinggalmu", ujar Ting Peng sambil tertawa.
"Dia adalah seorang manusia yang sangat berbahaya, ketika kuculik istrimu dan menyuruh kau
membunuhnya, waktu itu aku tak punya alasan lain kecuali kurasakan bahwa kehadiran orang itu
disisimu tak mungkin akan mendatangkan kebaikan apa-apa, aku tidak mengerti apa sebabnya
kau tidak membunuhnya?"
Kembali Ting Peng tertawa.
"Ketika ia mengetahui rahasiamu itu
*************************
Halaman 5 s/d 18 hilang
*************************
Cia Siau giok tertawa.
"Ting toako, kau pernah berjumpa dengan ayahku, pernah pula bertanya sendiri kepadanya,
apakah aku adalah putrinya atau bukan, dia toh tak pernah menyangkalnya bukan?"
Benar, dia nemang tak pernah manyangkal."
"Tapi dia belum pernah memberitahukan kepadamu, Ibuku itu seorang perempuan macam
apa.?"
"Benar, dia tak pernah mengatakan tentang soal tersebut."
Sekali lagi Cia Siau giok tertawa.
"Jikalau ibuku adalah seorang yang pantas dihormati, seandainya mereka menikah secara
terang-terangan, dia pasti akan memberi tahukan kesemuanya itu kepadamu.

Terpaksa Ting Peng harus manggut-manggut, dia tak dapat menyangkal ucapan tersebut.
"Kalau toh dia malu menyebut tentang ibuku, tidak sudi memberi tahukan hal tersebut
kepadamu, seharusnya kah kuberitahu kan hal ini kepada dirimu?"
Pernyataan tersebut segera membuat Ting Peng menjadi rikuh sendiri, dia seperti lagi
menyelidiki rahasia pribadi orang lain saja, sehingga tanpa terasa wajahnya berubah menjadi
merah.
Sambil tertawa kembali Cia Siau giok berkata:
"Mungkin aku tidak termasuk perempuan yang tahu aturan, tapi aku pun tidak bergaul asal
bergaul, paling tidak aku selalu menggoda kaum pria tapi tidak membiarkan kaum pria
menggodaku, kuakui aku memang ingin sekali menarik perhatianmu, maka aku selalu
mengodamu, tapi aku rasa hal ini bukan sesuatu yang memalukan, aku tahu perempuan dalam
dunia persilatan dewasa ini yang bersedia mempersembahkan tubuhnya kepadamu banyak sekali,
asal kau manggutkan kepala, rasanya hampir setiap orang gadis mencoba bermesrahan
denganmu"
Bila lelaki yang mendengar perkataan tersebut, mereka tentu akan merasa bangga dan
gembira, tapi Ting Peng bukan lelaki sembarangan, ia tidak terpengaruh oleh ucapan tersebut, tapi
ia tak dapat menyangkal dia memang senang mendengar perkataan semacam itu, paling tidak ia
tak merasa jemu.
Untuk sesaat kedua orang itu sama-sama membungkam dalam seribu bahasa, lama kemudian
Cia Siau giok baru berkata sambil tertawa:
"Aku sudah mencoba dengan banyak cara tapi aku selalu gagal, aku dapat merasakan kau
bukannya seorang lelaki yang tak suka perempuan tapi kau kelewat mencintai istrimu sehingga
daya tarikmu terhadap perempuan lain menjadi berkurang, itulah sebabnya aku jadi ingin sekali
mengetahui macam apakah istrimu itu, benarkah dia seperti bidadari yang baru turun dari
kahyangan""
"Maka kau lantas menculik Cing cing?"
"Yaa, inilah alasan yang terutama, tentu saja usahaku untuk melepaskan diri dari Lian im cap
si sat juga merupakan salah satu alasan hingga kupancing kedatanganmu disitu"
"Apa yang berhasil kau temukan"
Cia Siau giok tertawa.
"Kutemukan kalau istrimu menang seorang perempuan yang sangat menawan hati, aku
memang tak mampu untuk melebihi dirinya, karena itu akupun lantas mengurungkan niatku untuk
mencoba merampasmu dari dalam pelukannya""
Ting Peng tertawa. .
"Hei, rupanya kau tidak percaya?" tegur Cia Siau giok.
"Ucapanmu memang enak didengar, sekali pun dalam hatiku tak percaya, namun diluar toh
aku tetap berharap bisa mendengarkan semacam itu banyak lagi"

"Sekarang kau toh sudah tahu kalau tahi lalat ditubuhku itu hanya tempetan belaka, jika aku
ingin berbuat secara sembunyi-sembunyi dan takut di ketahui orang, tak nanti akan kuperlihatkan
tahi lalat tersebut dihadapan enso.
Dalam hal ini Ting Peng tak dapat membantah, dia memang tak perlu berbuat demikian.
"Justru karena aku memberitahukan kepadamu manusia macam apakah Giok Bu sia tersebut,
maka aku baru berbuat demikian, agar kau lebih mudah menemukan diriku, walaupun aku tak
ingin orang lain juga tahu kalau aku adalah Giok Bu sia, akan tetapi aku tak ingin mengelabuhi
dirimu."
Ting Peng segera terjerumus dalam lamunannya, dia sedang mempertimbangkan benar
salahnya ucapan tersebut.
Kembali Cu Siau giok berkata:
"Sekarang aku telah membuang tahi lalat ditubuhku, tapi suruh pelayan-pelayanku memakai
tahi lalat tersebut, hal ini kulakukan hanya bertujuan untuk menunjukkan kepadamu kalau aku
bersungguh hati untuk mengungkapkan kesemuanya ini, aku tidak bermaksud mengatur segala
sesuatunya itu hanya untuk membongongi dirimu saja.
Akhirnya Ting Peng menghela napas panjang.
"Baiklah, sekarang kau sudah menerangkan segala sesuatunya, akupun telah melepaskan
niatku untuk membunuhmu, diantara kita berdua rasanya sudah tak ada urusan lagi bukan?"
"Tidak bisa", seru Cia Siau giok sambil tertawa, aku masih membutuhkan bantuanmu,
sekarang keadaanku sangat berbahaya kemarin, kau datang kemari dan aku tak berani
menjumpaimu, karena baru saja aku menerima sepucuk gurat peringatan yang bernada ancaman,
katanya Gin liong tianglo dari Mo kau hendak datang mencariku"
"Aku telah bertemu dengannya"
Aku tahu, dia datang kemari untuk menuntutkan keadilan bagi Thi yan siang hui akhirnya
bertemu dengan kau ditengah jalan bahkan kemudian tewas diujung golok mu, Ting toako, setelah
membunuh Gin liong tianglo, kau akan semakin tersohor" Ting Peng tertawa hambar.
"Aku tidak merasa amat gembira, sebab bagaimanapun juga aku masih belum bisa
menandingi ayahmu"
"Tapi ayahku sudah tidak mencampuri urusan keduniawian lagi"
"Disini letak kehebatan ayahmu dibandingkan aku, dia sudah sukses dan ternama, sekarang
tinggal berpesiar dan hidup bahagia, tak ada orang yang akan mencari gara-gara lagi dengannya,
dia seakan sudah melompat keluar dari lingkaran dunia persilatan, sedang aku? Kesulitankesulitan
sedang mulai datang mencariku!"
"Itu pun bukan masalah, ilmu silatmu sekarang sudah tak selisih banyak dari ayahku, asal
membunuh beberapa orang lagi, tentu kesulitan tersebut akan mereda dengan sendirinya"
"Persoalannya justru aku sudah tak dapat menemukan orang yang bisa kubunuh lagi" kata
Ting Peng sambil tertawa hambar, "empat tianglo dari Mo-kau boleh dibilang merupakan manusiamanusia
yang disegani setiap orang, tapi kenyataannya Thi-yan mau pun Gin liong telah roboh
binasa hanya dalam sekali bacokan saja, aku pun tak tahu baiknya membunuh siapa lagi
sekarang, Siau giok, dapatkah kau mencarikan beberapa orang untukku . ."

"Ting toako, lagi-lagi kau mengajakku bergurau, bagaimana mungkin aku bisa mencarikan
orang untuk kau bunuh?"
Karena kau bilang asal membunuh beberapa orang lagi maka kesulitan akan hilang dengan
sendirinya.
"Maksudku, asal kau dapat membunuh beberapa orang yang lihay lagi, maka tak akan ada
orang yang berani datang mencari gara-gara lagi denganmu ....."
"Aku mengerti, tapi kau justru tidak tahu masih ada manusia macam apa lagi didunia ini yang
pantas kubunuh!"
Cia Siau giok berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Gin liong, Thi yan tak mampu menahan sebuah bacokan mu, dewasa ini dalam dunia
persilatan memang sukar untuk dicarikan sasaran yang tepat bagimu untuk melatih ilmu golokmu
itu, cuma aku toh dapat menemukan tiga orang lainnya, cuma ke tiga orang ini tidak gampang
untuk dibunuh"
"Tak ada salahnya untuk kau sebutkan, aku bisa mencoba mereka semua..."
Cia Siau giok segera tertawa.
"Orang pertama tentu saja ayahku, sekarang sudah ada orang yang membandingkan golokmu
sama hebatnya dengan pedangnya, jika kau berhasil membunuhnya maka di kolong langit hanya
golokmu saja yang paling hebat, siapapun tak akan berani datang mencari gara-gara lagi
denganmu"
Siau giok, kau bukan lagi bergurau" seru Ting Peng agak tercengang dan tidak habis mengerti.
"Tidak, walaupun dia adalah ayahku, tapi tak pernah mendidikku, juga tak pernah memelihara
aku, diapun mau mengakui diriku karena terpaksa, dia tak pernah menyayangi aku, diantara kita
boleh dibilang hambar sekali hubungannya, jika kalian berdua harus bertarung, aku lebih suka
mendoakan kau yang menang dari pada mendoakan dia"
"Mengapa?
Sebab paling tidak kau lebih erat hubungannya denganku, daripada hubu-ngannya dengan
diriku"
Ucapan tersebut diutarakan cukup berterus terang membuat Ting Peng tak dapat membantah.
Setelah menghela napas, Cia Siau giok berkata lagi.
"Walaupun demikian, namun aku tahu kalau kalian berdua tak bakal bertarung sendiri,
sekalipun bukan bersahabat namun kalian adalah dua orang musuh yang saling menghormati
lawannya, mungkin saja suatu ketika kalian akan bersua juga.. tapi kau tak akan membunuhnya
dan dia pun tak akan membunuh mu!"
"Tampaknya kau sangat memahami keadaan kami berdua?"
"Bagaimanapun jua aku adalah putrinya Cia Siau hong, sekalipun tak dapat mewariskan ilmu
pedang saktinya, namun aku toh cukup memahami manusia macam apakah bapakku itu!"

Ting Peng tak dapat menyangkal ucapan-nya itu dan hanya membungkam diri dalam seribu
bahasa.
"Sedang tentang kau,walaupun pengertian-ku terhadapmu masih cetek, namun toh jauh lebih
dalam bila dibandingkan orang lain" lanjut Cia Siau giok lebih jauh, kau adalah manusia sejenis
dengan ayahku, itulah sebabnya aku baru menyinggung tentang persoalan ini, akupun tahu kalau
hal ini tak mungkin terjadi, kalau tidak, bukankah aku akan menjadi seorang manusia yang paling
berdosa, seorang anak tak berbakti yang menganjurkan orang lain untuk membunuh ayah sendiri."
Ting Peng segera tertawa.
"Coba kau katakan orang yang kedua, siapakah dia?"
"Orang kedua adalah binimu sendiri!"
"Siau giok, kau belum gila?"
Cia Siau giok tertawa.
"Aku belum gila, kaupun belum gila, enso adalah perempuan paling baik dan paling pintar di
dunia ini, bila kau membunuhnya hal ini membuktikan kalau kau sudah gila, demikian gilanya
hingga tak bisa membedakan mana yang harus dibunuh dan yang tidak, siapa pun tak akan
menggunakan nyawa sendiri untuk barang taruhan bukan""
Ting Peng tertawa.
"Kau memang sangat pandai mengadu domba, sekarang coba kau sebutkan orang yang ke
tiga, sebab dua orang yang pertama tak mungkin akan kubunuh"
"Orang yang ke tiga adalah kau sendiri"
Sambil berkata dia menuding ke arah Ting Peng, tapi justru karena itu pakaiannya kembali
tersingkap"
Tapi Ting Peng sedang dibuat terkejut oleh perkataan itu, sehingga ia tidak terlalu
memperhatikan ke sana. Sambil tertawa Cia Siau giok berkata lagi.
"Asal kau telah membunuh dirimu sendiri, maka kau tak usah kuatir orang lain datang mencari
gara-gara denganmu lagi, kau pun tak akan mengalami kesulitan apapun"
"Ya, ucapanmu memang masuk diakal, sayang sekali aku masih belum ingin mati"
Aku pun tidak menginginkan kau mati" sambung Cia Siau giok cepat sambil tertawa.
Dengan suatu gerakan yang manis dia menyingkap pakaiannya, kali ini dia berhasil juga
memancing perhatian Ting Peng, sepasang mata pemuda itu segera berapi-api.
Siau hiang tahu saat ini adalah saat baginya untuk mengundurkan diri, Cuma sebelum dia
sempat turun dari loteng, ia sudah mendengar suara dua orang menggelinding di atas tanah.
ooo0ooo
SEMUA Peristiwa yang terjadi seakan-akan berlangsung dengan wajar.

Dengan perasaan yang sangat puas Cia Siau giok menghela napas panjang, ia benar-benar
merasa sangat puas, sambil membelai bahu Ting Peng, katanya pelan:
"Ting toako, sekarang aku baru mengerti mengapa enso begitu mencintai dirimu.
Mengapa? tanya Ting Peng ogah-ogahan.
""Sebab kau begitu kuat, begitu perkasa, pada hakekatnya kau adalah lelaki diantara lelaki"
Ting Peng tertawa.
"Tapi dia justru bukan perempuan diantara perempuan, oleh sebab itu aku harus sering kali
keluar, tujuannya adalah agar dia mendapat waktu cukup untuk beristirahat, setiap kali kami
selesai bercinta, dia selalu mengeluh kesakitan selama beberapa hari.
"Aku pun dapat memahami akan hal ini" kata Cia Siau giok sambil tertawa, oleh sebab itu dia
selalu membawa perempuan yang bernama Siau Im itu, tujuan pasti untuk menolong keadaan bila
sudah kritis dan ia tak berdaya lagi.
"Dia bukan seorang perempuan yang kelewat sempit pikirannya"
Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Aaaah, dia memang seorang perempuan yang berbahagia, karena dia memiliki jiwa yang
besar dan bisa menerima keadaan, kalau aku tak mungkin bisa, sekalipun aku tahu kalau kau
akan mencintaiku, tapi aku lebih baik mati saja, aku lebih suka mati dari pada membagi dirimu
dengan orang lain."
"Siau giok, kau harus mengerti, aku adalah seorang lelaki yang telah berkeluarga", kata Ting
Peng dengan kening berkerut.
Cia Siau giok tertawa.
"Aku tahu. kau tak usah kuatir Ting toakxo, aku tak akan memaksa untuk mengawini aku,
akupun tak akan sepanjang hari merengek kepadamu, aku hanya mengemukakan pikiranku
sekarang, selama aku berada disampingmu, aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli
dirimu, ketika kita tak berada bersama, aku tak akan ambil perduli, setiap saat kau boleh saja
bermesraan dengan perempuan lain, dan aku tak akan memikirkannya didalam hati?"
Kau benar-benar tidak memikirkannya dalam hati?"
Bohong, tentu saja aku akan memperhatikannya terus" Cia Siau giok tertawa cekikikan, "aku
adalah seorang yang mempunyai napsu besar, hanya dengan seseorang saja aku tak akan
cemburu, orang itu adalah binimu sendiri, karena aku tidak berhak untuk merasa cemburu"
"Kecuali itu?"
"Aku tak akan membiarkan perempuan lain menempeli dirimu lagi, cuma aku pun tahu bukan
suatu yang mudah untuk mencegah seorang lelaki tidak nyeleweng diluar rumah, oleh sebab itu
aku hanya berharap kau jangan menggaet perempuan lain lagi selama berada didekatku, kalau
tidak. . . "
"Kalau tidak kau dapat berbuat apa?"

Kalau tidak aku akan membunuh orang jika kau adalah lelaki lain, maka aku akan membunuh
kalian berdua bersama-sama, tapi berhubung kau adalah Ting Peng, terpaksa aku hanya
membunuh perempuan yang berada disampingmu saja"
"Apakah disebabkan kau tidak sanggup membunuhku?"
Mencorong sekilas cahaya tajam dari balik mata Cia Siau giok, kemudian ujarnya sedih.
"Ting toako, ucapanmu itu sungguh membuat hatiku sedih, walaupun aku bukan seorang gadis
baik-baik, tapi sekarang aku berbicara dengan bersungguh hati, sekalipun aku bisa membunuhmu,
akupun tak akan rela membunuhmu"
"Aku pernah juga mendengar perempuan lain mengucapkan kata-kata seperti itu, dia adalah
perempuan pertama yang masuk ke dalam lembaran hidupku, tapi justru setelah dia mengucapkan
kata-kata itu dia malah mendorongku kedalam sebuah perangkap yang hampir saja merenggut
nyawaku..."
"Oooh, dia pastilah bini Liu Yok siong bernama Chin Ko cing itu?" kata Siau giok sambil
tertawa.
"Waktu itu dia bernama Ko siau (menggelikan), dan ternyata dia memang melakukan suatu
lelucon yang menggelikan"
Cia Siau giok kembali tertawa.
Sebetulnya dia telah salah memilih nama, semestinya ia tak cocok memilih nama Ko siau
(menggelikan) semestinya bernama Ko pay (mengenaskan) baru cocok, perempuan yang rela
melepaskan seorang lelaki macam kau justru adalah seorang perempuan yang mengenaskan
sekali nasibnya"
Tiba-tiba ia tertawa lagi, kemudian melanjutkan:
Tapi hal ini pun tak bisa disalahkan, waktu itu kau pasti tak menyenangkan seperti sekarang,
waktu itu kau memang masih kalah jaun kalau dibandingkan dengan Liu Yok siong."
Sambil membelai pipi Ting Peng terusnya:
"Bile waktu itu kau sudah matang seperti saat ini, tak mungkin kau akan memiliki kedudukan
seperti hari ini"
Masa begitu serius?"
"Benar, bagi seorang perempuan yang benar-benar mengerti tentang lelaki, hal-hal semacam
itu merupakan hal-hal yang mesti diperhatikan dengan seksama, sebab kelebihan yang dimiliki
seorang lelaki sejati sesungguhnya merupakan suatu gengsi, dan gengsi semacam ini merupakan
semangat bagi kaum lelaki untuk mencapai kesuksesan.
"Seandainya sejak dulu kau kenal dengan aku?" "
Aku pun akan merasakan kebodohanmu itu, mungkin aku akan merasa bahwa kebodohanmu
itu sedikit menyenangkan, tapi aku tak akan bisa mencintaimu"

Tapi Cing Cing justru mencintai aku disaat aku paling sial, disaat aku paling mengenaskan
keadaannya"
Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Itulah sebabnya kukatakan kalau dia lebih berbahagia daripada aku, karena dia dapat
merasakan cintanya sedari kau masih biasa dan tak punya apa-apa, sedang aku.."
"Kau tidak memiliki cinta suci seperti itu?"
"Benar, aku selalu diajarkan untuk hidup melalui keadaan yang tidak biasa, lama kelamaan
akupun tak bisa merasakan lagi cinta yang tumbuh karena suatu kewajaran, aku hanya dapat
mencari cintaku melalui keadaan yang tak wajar, tapi orang yang tak wajar biasanya sulit untuk
ditemukan cinta yang lurus.
Tidak Siau giok, kau keliru kata Ting Peng sambil menghela napas panjang.
""Aku keliru? Dalam hal yang bagaimana aku keliru? Ting toako, jika kau memahami
kehidupan dan riwayatku dulu"
"Aku tak perlu memahami, tapi aku tahu kalau kau keliru, bahkan kekeliruanmu itu sudah amat
kelewat batas, cinta hanya ada satu, tidak dibedakan pada manusia biasa atau manusia luar
biasa, orang biasa atau manusia luar biasa hanya mempunyai suatu perasaan cinta yang sama,
kau tak bisa mendapatkannya bukan karena orang-orang itu tidak mudah memberikan cinta yang
sesungguhnya kepadamu.
"Mengapa? Apakah syarat-syarat yang kumiliki tidak cukup?"
"Tidak, syaratmu sudah cukup, kau cantik, pirtar, kaya bahkan berasal dari suatu keluarga
persilatan yang termashur, hanya persoalannya semuanya itu cuma bisa mendatangkan cinta
yang palsu, bujuk rayu yang kosong dan tak mungkin bisa memperoleh cinta yang murni.
"Lantas syarat apa yang kubutuhkan agar bisa memperoleh cinta yang murni?"
"Tiada syarat tertentu untuk mendapatkan cinta yang murni, bila kau tak dapat melepaskan
syarat-syarat tersebut maka sepanjang hidup kau tak akan emperoleh cinta yang murni, disamping
itu cinta yang murni hanya bisa diperoleh bila kaupun menukarnya dengan cinta yang murni juga,
bila kau sendiri tak mau membayar dengan cinta yang murni, bagaimana mungkin bisa
mengharapkan orang lain memberikan cintanya yang murni kepadamu?"
Untuk sesaat Cia Siau giok menjadi tertegun, ucapan tersebut beum pernah didengar
sebelumnya, dia tak pernah berpikir sampai kesitu.
"Ayah seorang yang amat memandang tinggi soal cinta, pada hakekatnya dimana pun dia
menyebar cintanya, akibatnya perempuan-perempuan itu ada yang membencinya sampai
merasuk ketulang sum-sum, apa yang rela menerima penderitaan tanpa mengucapkan sepatah
kata pun, ada pula yang menuntutnya habis-habisan tapi terlepas dari mereka yang membenci
atau mencintai, yang dia peroleh semuanya adalah cinta yang murni sebab dia sendiripun
membayar kesemuanya itu dengan cintanya yang murnipula dan disinilah terletak kebesarannya"
"Bukankah kau mengatakan cinta yang murni hanya ada satu? Bagaimana mungkin ia bisa
mencintai perempuan sebanyak itu?
"Meskipun cinta yang murni hanya satu bukan berarti hanya bisa dipersembahkan kepada
seorang saja, ada sementara orang yang memiliki jiwa yang besar, terhadap setiap perempuan

yang mencintainya, dia selalu membayar dengan cintanya yang murni pula, entah orang itu adalah
bidadari dari kahyangan atau perempuan miskin dari lorong sempit, dia memandang mereka
sebagai perempuan yang sama, cinta yang mereka terima pun cinta yang sama pula, dia tidak
membedakan antara yang biasa dengan luar biasa"
"Yang beginikah yang disebut hebat?
"Benar, berbicara soal ayahmu, dia sejak lahir sudah merupakan manucia luar biasa, tapi dia
tidak mempunyai perasaan kalau dia ini luar biasa, ia toh bisa juga mempersembahkan cintanya
yang murni untuk perempuan-perempuan yang biasa"
Cia Siau giok termenung berapa saat, selang berapa waktu kemudian dia baru bertanya:
"Ting toako, kalau kau sendiri, termasuk manusia macam apakah dirimu ini?"
Ting Peng menghela napas panjang.
"Aaaai, terus terang saja, aku tidak memiliki kebesaran jiwa seperti apa yang dimiliki ayahmu,
tak bisa mencintai setiap perempuan yang mencintai diriku, istriku adalah seorang manusia yang
luar biasa, cinta yang dia berikan kepadaku sudah terlampau banyak, terlampau murni dan
berlebihan, sehingga sukar bagi diriku untuk menerima cinta yang diberikan seorang gadis biasa
kepada diriku, kendatipun cinta yang diberikan gadis biasa itu kepadaku adalah cinta yang amat
murni"
"Kalau begitu, apakah ayahku bisa menjadi demikian karena cinta yang diberikan gadis-gadis
tersebut kepadanya kurang banyak murni dan kurang mencukupi kebutuham perasaannya? Atau
karena ada sesuatu alasan yang lain?"
"Tidak! Justru cinta yang dia terima dari cinta gadis-gadis itu kelewat banyak, sedemikian
banyak dan berlimpahnya sampai dia sendiripun tak sanggup menerima kesemuanya, sedemikian
banyaknya sampai dia tak mampu untuk membalasnya satu persatu, itulah sebabnya dia pun
hanya bisa membalas cinta yang bisa dia terima dan dia bisa rasakan. . . "
"Ting toako, aku belum dapat memahami arti dari perkataanmu ini.. ?" seru Cia Siau giok
kemudian.
"Aku rasa kau tak akan mengerti, sebab kau sendiripun masih belum bisa menentukan kepada
siapakah cintamu yang murni itu harus kau berikan ....?"
"Seandainya aku bilang aku telah menaruh cinta yang murni kepadamu, dapatkah kau
mempercayainya?"
"Bila kau telah mengatakannya keluar, tentu saja aku tak akan percaya, cinta yang murni
bukan hanya diucapkan dibibir saja, melainkan harus ditujukan dalam kenyataan, kenyataan yang
didorong oleh suara hati yang murni""
Dia mengenakan pakaiannya siap berlalu.
Cia Siau giok tidak menahannya, karena dia mengerti apa pun yang dia katakan sekarang tak
mungkin bisa menahannya untuk tetap tinggal disitu.
Walaupun ia telah mendapatkan lelaki ini, namun ia justru menemukan kalau jarak mereka
sesungguhnya terpaut makin jauh.

ooo0ooo
PENGEJARAN
TING PENG telah duduk kembali dalam keretanya, Siau hiang masih tetap berbaring diatas
lututnya, sedang Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan.
Berhubung Ting Peng sewaktu naik kereta tadi hanya memberitahuican demikian kepada Ah
ku:
"Terserah kemana pun akan pergi!"
"Terserah" berarti kemana pun boleh, asal bukan menuju kerumah.
Tentu saja "terserah" bisa berarti" pula pulang ke rumah, tapi jika Ting Peng hendak pulang,
dia akan mengatakan secara langsung dan terus terang.
Maka Ah ku menjalankan keretanya tanpa tujuan, tapi bukan menuju pulang.
Ah ku tidak pandai berbicara tapi dapat memahami apa yang dimaksudkan orang, justru
karena dia tak pandai berbicara, dia baru mengerti apa yang tidak diucapkan orang lain
kepadanya.
Maka Ah Ku menjalankan keretanya hanya berputar-putar disekitar tempat itu.
Tangan Ting Peng masih saja membelai rambut Siau hiang, cuma tangannya sudah makin
bergerak turun, dari kepala ini berpindah ke atas tengkuknya.
Tengkuk gadis itu lembut halus, bersih dan menyenangkan, siapa saja yang membelai tengkuk
tersebut pasti tak akan tega untuk membelai keras-keras, tapi Ting Peng seperti terkesima, dia
mulai membelai keras-keras.
Pada mulanya Siau Hiang masih bisa menahan diri, tapi sampai akhirnya dia benar-benar tak
tahan sehingga teriaknya:
"Kongcu, dapatkah kau berlaku lebih lembut?"
Suaranya amat memelas, yaa bila seorang nona cantik yang melakukan suatu gerakan maka
gerakan apapun akan nampak menyenangkan, tapi Ting Peng tertawa terbahak-bahak.
"Kongcu, apa yang membuatmu kegelian? Siau hiang bertanya dengan wajah tercengang.
Ting Peng masih terus tertawa.
"Aku masih mengira kau sudah tidak berperasaan lagi, rupanya kau pun masih tahu sakit!"
"Selama ini budak selalu bersikap normal, adalah kongcu sendiri yang nampaknya gugup dan
tidak tenang.
"Tadi kau anggap aku sengaja membuatmu sakit hanya disebabkan oleh suatu tindakan
khilaf?"
"Memangnya bukan?`

Sambil tersenyum Ting Peng menggeleng-kan kepalanya berulang kali.
"Tentu saja bukan!"
"Kalau begitu kongcu sengaja berbuat begitu?"
"Benar!"
Didalam hal apakah budak telah menyalahi kongcu? tanya Siau hiang dengan gugup..
Kau sedang menggerutuku didalam hati!"
Siau hiang menjadi tertegun, selang berapa saat kemudian ia baru berkata lagi:
"Kongcu, masa kau sampai menembusi hatiku?"
"Apakah kau tidak percaya?"
"Tentu saja tidak percaya!"
"Dalam hati kau sedang menggerutu kepadaku sebagai lelaki yang tak tahu budi, gara-gara
Cia Siau giok aku telah melupakan Cing cing dengan begitu saja!"
"Budak tak berani berpendapat demikian, dalam kenyataan kongcu mempunyai perasaan cinta
yang amat dalam terhadap nona, bahkan selalu memikirkannya."
Ting Peng segera tertawa.
"Kalau memang begitu, mengapa sejak naik ke dalam kereta kau selalu saja bermuram durja,
seakan-akan ada sesuatu persoalan yang mengganjal dalam hatimu!"
Siau hiang berpikir sebentar, kemudian baru menjawab:
"Budak sedang kuatir!"
"Apa yang kau kuairkan.."
"Kuatir kongcu tidak kembali ke kota Hang ciu!"
Kembali Ting Peng tertawa.
Rumahku berada di kota Hang ciu, tentu saja aku harus pulang ke situ .. ...
"Tapi nampaknya kongcu seperti belum berniat untuk pulang ke rumah ...."
Benar, urusanku diluar memang belum selesai.
Agaknya kongcu seperti ada rencana untuk balik lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng?"
Siau hiang berkata lagi.
Ting Peng tertawa.
Perkampungan Sin kiam san ceng bukan rumahku, tak bisa dikatakan kalau aku pulang ke
situ, lebih cocok untuk dikatakan sebagai suara kunjungan.

Kongcu bermaksud akan melakukan kunjungan lagi?"
Benar, kalau diluar sana tiada suatu kejadian yang lebih segar, setelah berputar-putar kita
harus berkunjung sekali lagi ke situ."
Nona Cia memang seorang gadis yang cantik dan amat menawan hati!"
Ucapanmu memang tepat sekali" ujar Ting Peng sambil tertawa, "cuma tidak bisa dibilang
suatu penemuan baru, sebelum kau, paling tidak sudah ada selaksa orang yang berkata
demikian!"
"Tapi ke selaksa orang itu tak bakal bicara dengan maksud dan perasaan seperti aku
sekarang!"
Ting Peng tidak bertanya apakah maksudnya dan bagaimanakah perasaannya, dia seperti
telah memahami akan hal tersebut, tanyanya sambil tertawa:
"Hanya dikarenakan aku hendak kembali lagi ke perkampungan Sin kiam san ceng, maka kau
berpendapat demikian?"
Benar, karena kau sudah tidak mempunyai alasan untuk harus pergi ke sana"
Kembali Ting Peng tertawa:
Siau hiang, kau tidak bisa dianggap seorang gadis yang amat cerdik, Cing Cing suruh kau
mendampingi ku karena dia mengharapkan kau selalu menegurku dan memperingatkan kepadaku
tentang segala macam tipu muslihat dalam dunia parsilatan, daripada aku menderita kerugian di
tangan mereka.
"Aku tahu tugas ini terlalu berat" seru Siau hiang cepat, "apalagi cara kerjaku kurang baik, tapi
aku telah mengerahkan segenap kemampuan yang kumiliki, oleh sebab itulah aku berharap
kongcu jangan berkunjung lagi ke situ!"
"Kau anggap perkampungan Sin kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat...?"
"Bahkan orang yang paling bodoh pun dapat melihat akan hal ini, seluruh perkampungan Sin
kiam san ceng penuh dengan tipu muslihat, bahkan Cia Siau giok itu sendiri juga rada ada
persoalan, aku sangat curiga kalau dia bukan putri Cia tayhiap!"
"Dia tak mungkin ada pcrsoalan!"
Siau hiang seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi, niat tersebut kemudian diurungkan,
sudah jelas dia tak setuju dengan perkataan tersebut.
Kembali Ting Peng melanjutkan:
"Kecuali she Cia, dia dengan pihak Sin kiam san ceng seakan-akan sama sekali tidak
mempunyai persamaan apa-apa, tingkah lakunya juga tidak mirip dengan perilaku orang-orang
keluarga Cia, tapi tak bisa di sangkal lagi dia benar-benar adalah putri nya Cia Siau hong!"
"Putri dari Cia tayhiap, belum tentu mesti seorang yang baik" kata Siau hiang cepat.
Ting Peng segera tergelak.

"Cia Siau hong sendiripun belum tentu terhitung seorang malaikat yang suci bersih, apa lagi
putrinya"
"Tapi kongcu mengatakan dia tak bakal ada persoalan!" kata Siau hiang sambil mencibirkan
bibirnya.
"Tentu saja dia tak bakal ada persoalan! karena dia adalah putri Cia Siau hong, kalau dia ada
persoalan berarti Cia siau hong juga ada persoalan, paling tidak bukan kita yang harus
menyelesaikan persoalannya itu. ."
"Dapatkah Cia tayhiap untuk menyelesai-kannya?`
"Aku rasa sudah pasti bisa, bagaimana pun juga Cia Siau hong tetap adalah Cia Siau hong!"
Tapi Siau hiang tidak setuju dengan pandangan tersebut, katanya dengan cepat.
"Mengapa dia tidak segera melakukan suatu panyelesaia"
Ting Peng tertawa.
"Jadi kau menganggap ditubuh Cia Siau giok ada persoalan?" tanyanya kemudian.
Tentu saja, dia adalah penyaruan dari Giok Bu sia, pemimpin dari Lian im cap si sat seng,
disinilah letak persoalannya"
Tapi persoalan itu toh sudah selesai, Lian im cap si sat seng telah punah, Giok Bu sia juga
sudah tiada wujudnya lagi!"
Tapi ditubuhnya masih tetap ada persoalan, menurut pandanganku, seluruh perkampungan
Sin kiam san ceng ada persoalannya semua!" "
"Setengah harian sudah kau berbicara, hanya sepatah kata ini saja yang paling pintar" puji
Ting Peng tiba-tiba sambil tertawa" Siau hiang membelalakkan matanya lebar-lebar sambil
bertanya:
"Jadi kongcu pun sudah tahu kalau perkampungan Sin kiam san ceng ada sesuatu yang tak
beres?"
Ting Peng tertawa tergelak.
"Aku toh bukan orang yang paling bodoh!"
Siau hiang turut tertawa pula.
"Aku malah mengira kongcu telah terpikat oleh Cia Siau giok.
Kau toh sudah mengetahui lakuku ?" Ting Peng berkata sambil tersenyum"
Siau hiang manggut-manggut.
Yaa, benar!"
Ting Peng tidak tertawa lagi, dengan wajah berubah amat serius dia berkata lebih jauh:
Aku sudah pernah terpikat satu kali oleh perempuan, pernah tertipu satu kali"

Di dalam peristiwa tersebut kongcu tak bisa disalahkan, sebab Liu Yok siong sekalian yang
telah mengatur semua rencananya dengan amat teliti dan sempurna, sedangkan kongcu hanya
seorang pemuda ingusan yang baru terjun ke dalam dunia persilatan"..
Bagaimanapun juga, toh tetap tertipu" kata Ting Peng sambil menggeleng, "pertama kali aku
tertipu karena dibodohi orang, kalau kedua kalinya sampai tertipu lagi maka akulah yang bodoh,
padahal aku bukan orang bodoh"
Mengapa kongcu hendak mengunjungi perkampungan Sin kiam san ceng lagi. .?"
"Cia Siau giok telah merubah perkam-pungan Sin kiam san ceng menjadi lebih bergaya dan
lebih berwibawa!"
"Orang yang paling termashur dalam perkampungan Sin kiam san ceng adalah Cia Siau hong,
tapi sewaktu Cia Siau hong masih menjadi majikan, belum pernah dia memperlihatkan gaya
semacam ini"
"Hal tersebut dikarenakan dia jarang berada di rumah, lagi pula tidak terlalu suka akan segala
yang berlebihan"
"Tentu saja dia pun bukan seseorang yang punya uang banyak" sambung Ting Peng sambil
tertawa.
"Tentu saja bukan, dia telah mengasingkan diri sekian waktu, sewaktu masih bekerja dulu
masih bisa untung beberapa tail perak, kemudian sering dia tak beruang, untung saja dia kelewat
ternama sehingga ke mana pun dia tak perlu menggunakan uang, oleh sebab itu diapun tak
pernah berpikir untuk mengejar uang, tentu saja dari perkam-pungan Sin kiam san ceng sendiri
masih ada sedikit pemasukan, tapi jumlahnya tidak banyak, hanya cukup untuk menghidupi
beberapa orang pembantu dalam gedung tersebut.
Tak tahan Ting Peng menghela napas.
"Itulah, sebabnya uang yang ada didalam perkampungan Sin kiam san ceng sekarang bukan
uang dari keluarga Cia sendiri!" katanya.
"Yang aneh adalah orang persilatan tak seorang pun yang menaruh curiga terhadap persoalan
ini, semua orang terlampau menaruh hormat kepada Cia tayhiap, terhadap perkampungan Sin
kiam san ceng juga di anggap sebagai tempat suci, oleh sebab itu mereka semua beranggapan
perkampungan dalam bentuk sekarang barulah bentuk Sin kiam san ceng yang paling pantas, jika
dahulu mereka pernah berkunjung ke Sin kiam san Ceng, mungkin mereka malah tidak akan
percaya dibuatnya.
Sambil tertawa Ting Peng bertanya:
Pengetahuan begitu luas, tahukah kau dari mana datangnya uang dalam perkampungan Sin
kiam san ceng? Mengapa bisa begitu mewah dan hidup berkelebihan?
Aku tidak tahu, tapi sejak nona Cia datang kesitu, keadaan Sin kiam san ceng memang sama
sekali berubah, cuma nona Cia tidak membawa uang sepeserpun sewaktu datang ke situ!"
"Lantas dari manakah datangnya uang dalam perkampungan Sin kiam san ceng itu?
Pertanyaan ini bukan saja tak ada yang menanyakan, mungkin juga tiada orang yang dapat
menjawab.

"Seandainya persoalan ini kutanyakan kepada Cia Siau giok, dapatkah ia memberi jawaban
kepadaku?"
"Kebanyakan bisa, sahut Siau hiang sambil tertawa, cuma jawaban yang dia berikan itu meski
kedengarannya amat masuk diakal belum tentu merupakan kenyataan!""
"Bagaimana caranya untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya?"
"Terpaksa harus dicari sendiri!"
"Ke mana untuk mencarinya?"
""Tentu saja ke perkampungan Sin kiam san ceng!"
"Sekarang kau masih ingin bertanya apa kepadaku?"
"Tidak ada, budak hanya tahu apa sebabnya kongcu kembali ke situ lagi, dan kini hatiku sudah
lega"
Dia lantas melongokkan kepalanya sambil memberi tanda kepada Ah ku, kereta di putar balik
dan arahnya menuju ke perkampungan Sin kiam san ceng, sementara sekulum senyuman
menghiasi wajah gadis itu, senyum yang nampak manis sekali.
ooo0ooo
KERETA kuda itu telah balik ke dermaga tempat penyeberangan perkampungan Sin kiam san
ceng, kini mereka sedang menunggu datangnya perahu penyeberangan tersebut, lama kemudian
perahu penyeberang itu
baru muncul, ternyata yang turun dari perahu adalah Cia sianseng.
Begitu turun dari perahu, dia lantas menjura ke arah kereta seraya berkata:
"Maaf Ting tayhiap, kami tidak tahu kalau kau telah berkunjung kembali ke perkam-pungan
kami sehingga datang agak terlambat!"
Siau hiang melongokkan kepalanya dan menyahut sambil tertawa:
"Aaaah, tidak menjadi soal, adalah kedatangan kami yang terlalu mendadak, harap Cia
sianseng tak usah sungkan-sungkan!"
Ah-ku telah menjalankan keretanya naik keatas perahu, perahu pun melesat ke tengah sungai.
Siau hiang hanya berdiri terus disamping kereta, ia tidak masuk kembali kedalam keretanya.
Cia sianseng segera mendekat sambil berkata:
"Kedatangan Ting tayhiap kali ini entah disebabkan persoalan apa ?"
"Sianseng sedang bertanya kepadaku? Ataukah sedang bertanya kepada Kongcu kami?"
Cia sianseng memandang kereta itu sekejap, kemudian baru menjawab.
"Semuanya boleh, apakah ada perbe-daannya?"

"Perbedaannya jauh sekali, kalau sianseng sedang bertanya kepadaku maka aku akan segera
menjawab pertanyaan sianseng, sebaliknya kalau sianseng sedang bertanya kepada kongcu kami,
maka aku tak bisa mewakilinya untuk menjawab, kongcu selamanya amat membedakan antara
tingkatan majikan dan tingkatan pembantu!
Tanpa disadari Cia sianseng sudah terbentur pada batunya oleh perkataan tersebut, paras
mukanys segera berubah hebat.
Akan tetapi teringat kembali musibah yang pernah dialaminya berapa waktu berlangsung di
depan pintu perkampungannya, dia tak berani mengumbar amarahnya dengan begitu saja,
terpaksa dia berkata:
"Kalau begitu, aku bertanya kepada nona saja"
"Aku tidak tahu" sahut Siau hiang tertawa.
Hampir saja Cia sianseng dibuat muntah darah saking gusarnya, dengan memaksakan diri dia
telah berusaha untuk menurunkan derajat sendiri, menjadi seorang bawahan dengan harapan dia
bisa mengajak Siau hiang berbicara dan mengorek keterangan darinya, siapa tahu yang diperoleh
hanya jawaban seperti itu saja.
Tampak Siau hiang tertawa cekikikan, kemudian berkata lebih jauh:
Harap Cia sianseng jangan marah, aku benar-benar tidak mengetahui, sebab apa yang
hendak kongcu kami lalukan, selamanya tak pernah dirundingkan dahulu dengan kami sebagai
orang bawahan!"
"Ketika gadis itu menyaksikan Cia sianseng hendak berbicara, dengan cepat dia menyerobot
lebih dulu:
"Bila kau ingin bertanya kepada kongcu kami, maka kuanjurkan kepadamu ada baiknya tak
usah mencari penyakit buat diri sendiri, selamanya kongcu kami tak pernah akan berbicara
sembarangan terhadap orang bawahan seperti kita ini!."
Paras muka Cia sianseng benar-benar berubah menjadi sangat tak sedap dipandang tiba-tiba
dia membentak keras:
"Aku orang she Cia adalah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng, bukan orang
bawahan"
Kembali Siau hiang tertawa.
"Congkoan dari rumah kami adalah Liu Yok siong, dahulu diapun seorang jago persilatan yang
mempunyai nama amat besar tapi sejak berada dirumah kami, dia toh tetap terhitung seorang
bawahan, apakah bedanya dengan kau?"
"Itu dirumahmu!" teriak Cia sianseng makin gusar, "congkoan dari perkampungan Sin kiam san
ceng tak bisa dibandingkan dengan rumah kalian, kedudukan aku orang she Cia dalam dunia
persilatan juga tak bisa dibandingkan dengan Liu Yok siong"
""Apakah Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng mempunyai suatu ke istimewaan
lain?" tanya Siau hiang tertawa, apa kedudukan sianseng sudah setaraf dengan kedudukan dari
Siau hong tayhiap?"

"Itu sih belum!"
"Kalau begitu kau sudah setaraf dengan kedudukan nona Siau giok ......"
"Juu.... juga belum"
Kontan saja Siau hiang tertawa dingin.
"Kongcu kami telah berkata, dewasa ini dalam perkampungsn Sin kiam san ceng hanya ada
dua orang yang bisa disebut sebagai majikan, yang satu adalah Cia tayhiap sedangkan yang lain
adalah nona Siau giok, kini Sianseng bukan apa-apa, kalau bukan bawaban namanya lantas apa
?"
Sebetulnya Cia sianseng tak perlu meributkan persoalan kecil semacam itu, akan tetapi api
amarahnya pada hari ini nampak nya sedikit kelewat besar, dia segera tertawa dingin setelah
mendengar ucapan mana.
Tapi, Ting konscu kalian toh pernah menyebut diri sebagai boanpwe sewaktu berada diruman
Liu Yok siong dulu?"
"Cia sianseng" ucap Siau hiang tersenyum: ""setelah kau menyinggung kembali persoalan ini
aku baru mengerti apa sebabnya kongcu kami telah menganggap kau sebagai seorang bawahan,
dia bilang kau tidak punya bakat untuk menjadi seorang cianpwe, dengan tulus hati dia
menghormati kalian sebagai cianpwe, mengharapkan keadilan dan kebenaran kalian dalam
menghadapi persoalan, tapi kalian hanya bisa membanggakan diri dengan kedudukan yang
diperoleh, bekerja sama untuk menekan dia.
"Tapi saat ini tak bisa salahkan kami, adalah ilmu menipu yang dimiliki Liu Yok siong kelewat
tinggi, siapa yang akan menduga kalau dia bakal mengumpankan bini sendiri untuk melakukan
perbuatan semacam itu?"
Dalam sepanjang hidupnya, entah berapa banyak kesulitan yang pernah dialami majikan
kalian Cia tayhiap, tapi dia belum pernah tertipu satu kalipun, kini sianseng sebagai seorang
congkoan dari perkampungan Sin Kiam san ceng, tentunya pasti bermata dan telinga tajam,
berotak pintar bukan, tapi kenyataannya manusia macam apakah bini Liu Yok siong tak mau
diketahui, bahkan manusia macam apakah Liu Yok siong pribadi, kau juga tak tahu"
"Urusan yang harus diselesaikan oleh perkampunnan Sin kiam san ceng amat banyak" teriak
Cia sianseng keras-keras, siapa yang masih punya waktu untuk mengurusi masalah tetek bengek
tentang mereka berdua?
Siau hiang kembali tertawa.
"Apa yang sianseng ucapkan memang benar, kalau toh sianseng tidak sudi bergaul dengan
manusia-manusia semacam itu, mengapa pula kau harus pergi ke situ untuk menonton
keramaian? Apalagi menjadi seorang saksi untuk peristiwa semacam itu, padahal kebenaran dunia
persilatan digantungkan pada kesaksian kalian saja, kau hendak menjadikan dunia persilatan
menjadi apa?"
Oleh dampratan yang pedas tersebut, Cia sianseng benar-benar dibikin terbungkam, sepasang
matanya melotot besar dan mulutnya melongo, untuk beberapa saat lamanya dia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun...
Setelah tertawa lebar, Siau Hiang berkata lagi:

"Cia sianseng waktu itu, andaikata Cia tayhiap yang hadir diarena kejadian, aku percaya dia
tak akan dikibuli Liu Yok siong dengan begitu saja"
"Aaaah, belum tentu, majikan kami...."
"Cia tayhiap memang tak akan lebih pintar sedikit dari pada dirimu" Siau hiang cepat tapi yang
pasti dia jauh lebih pintar dari padamu, sekalipun dia berhadapan dengan seorang yang tidak
begitu dikenal dan tidak memiliki persahabatan yang akrab, terhadap pekerjaan yaag belum tahu
seluk beluknya dia tak akan mencampurinya. itulah sebabnya mengapa ia mendapat sebutan
sebagai tayhiap. Sedang kau cuma congkoan dan dia adalah cengcu, itulah sebabnya kukatakan
kau adalah seorang bawahan, sebab tiada bawahan yang bisa lebih pintar daripada majikannya"
Tangan Cia sianseng sudah diangkat ke tengah udara, namun belum sempat diayunkan ke
bawah..
Sebab pada waktu itu perahu telah merapat dengan pantai.
(Bersambung ke Jilid 23)
Jilid : 23
CIA SIANSENG harus menahan diri menyaksikan para kelasinya memasang papan
penyeberang dan membiarkan kereta yang di kendalikan Ah-ku bergerak menuju ke pintu
gerbang.
Dari balik pintu tiada seorang manusia pun yang muncul, buru-buru Cia sianseng memburu ke
depan sambil berteriak.
"Tunggu sebentar!"
Waktu itu Siau hiang sudah bersiap-siap naik ke dalam kereta, mendengar teriakan mana dia
lantas melompat turun kembali, lalu tanyanya sambil tertawa:
"Toa congkoan masih ada petunjuk apa lagi?"
Sambil tertawa dingin Cia sianseng berkata:
"Tadi nona telah menasehati diriku habis-habisan, aku belum sempat mengucapkan terima
kasih kepadamu."
Tak usah sungkan-sungkan, kata Siau hiang sambil tertawa, dan aku harap kau pun tak usah
dipikirkan dalam hati, kita toh sama-sama orang bawahan, bagaimana pun juga hubungan kerja
kita sama, kalau bisa saling membantu untuk lebih memperbaiki cara kita melayani majikan,
bukankah hal ini merupakan suatu keuntungan yang besar buat kita berdua?"
Seandainya Cia sianseng tidak berusaha keras untuk menahan diri, mungkin dia sudah
muntah darah sedari tadi, dengan susah payah dia berhasil juga menenangkan hatinya, sambil
tertawa dingin ia lantas berseru:
"Nona benar-benar pandai sekali berbicara, cuma aku tak tahu ucapan tersebut merupakan
ucapan dari Ting tayhiap yang suruh nona sampaikan, ataukah ucapanmu sendiri?"
Sianseng benar-benar seorang yang pelupa, bila kongcu kami ingin mengucapkan sesuatu, dia
tak akan pernah suruh orang bawahan seperti aku untuk menyampaikan kepada bawahan lain

pihak semacam kau, bila kongcu ingin berbicara dia akan membicarakan langsung dengan
majikan kalian sendiri!" "
"Heeehhh . . . heeeehh. . . heehhh. . . bagus, bagus sekali, nona masih muda tapi pandai
sekali mengemukakan pendapat yang begitu berharga, benar-benar sesuatu yang tidak
gampang!".
Dalam dunia persilatan tiada pembagian tingkatan, yang ada adalah siapa sukses dulu dialah
yang berada diatas, delapan orang belum tentu bisa menggotong kata "cengli" tersebut, aku tahu
kau merasa tak puas karena memandang usiaku yang masi muda, tapi apa yang kuucapkan
adalah soal cengli juga!"
Cia sianseng tertawa dingin.
"Sekalipun semua perkataan nona masuk di akal, tapi aku sebagai congkoan dari
perkampungan Sin kiam san ceng juga tidak membutuhkan pendapat dari nona, sekalipun aku
membutuhkan nasehat.
Siau hiang segera tertawa cekikikan.
"Jiwamu benar benar amat sempit, kongcu kami adalah sahabat karib nona kalian, buat apa
diantara kita berdua belah pihak mesti dibagi sejelas ini? Bila kau merasa dirugikan, kau toh bisa
mencari masalah lain untuk menasehati pula diriku"
Ucapan tersebut sekali lagi membuat sepasang mata Cia sianseng melotot besar sekali, dia
memandang sekejap ke arah balik pintu, kemudian serunya:
Perkampungan Sin kiam san ceng mempunyai peraturan tersendiri. cara yang digunakan
untuk menasehati bawahan berbeda sekali dengan cara-cara yang digunakan pada umumnya.
Masuk desa menuruti adat istiadat setempat, kalau begitu kau boleh menasehati aku dengan
menuruti peraturan kalian. aah betul! Bagaimana sih cara orang-orang Sin kiam san ceng memberi
nasehat kepada orang lain ?"
Mendadak Cia sianseng mengayunkan telapak tangannya menghajar bahu Siau hiang selain
cepat pun tepat.
Walaupun dia telah turun tangan, namun yang paling di kuatirkan olehnya tetap Ting Peng
yang berada dalam kereta, maka sepasang matanya tak berani terlepas dari ruang kereta
tersebut, sementara serangannya juga tak berani disertai dengan tenaga penuh.
Ketika ujung telapak tangannya sudah hampir menyentuh diatas bahu Siau hiang, dari dalam
kereta masih juga tiada suatu gerakan apa pun, begitu Cia sianseng memperhitungkan, Ting Peng
sudah tak mungkin akan mencegah perbuatannya lagi, tenaga serangannya yang amat dahsyat
baru dikerahkan secara tiba-tiba.
Akan tetapi ketika dilihatnya Siau hiang berdiri tanpa persiapan disitu dengan wajah yang
memelas, mendadak hatinya merasa tak tega juga, dia tahu seandainya ini sampai di lepaskan,
maka pihak lawan pasti akan menjadi cacad selamanya. .
Apa gunanya bersikap keji terhadap seorang gadis muda yang lemah lembut seperti itu?
karena ingatan mana tanpa terasa dia pun menarik kembali sebagian besar tenaga serangannya.
Tapi justru karena ingatan tersebut, dia pun berhasil menyelamatkan sebuah lengan sendiri.

Karena disaat ujung telapak tangannya tinggal setengah inci dari atas bahu Siau hiang,
mendadak terlintas setitik bayangan hitam dari hadapan matanya yang mencengkeram pinggiran
telapak tangannya, kemudian seluruh tubuhnya terangkat tinggi tinggi ke tengah udara.
Telapak tangannya seakan-akan menyen-tuh diatas baja yang sedang membara saja seketika
itu juga, membengkak sebagian besar, menanti tubuhnya sudah mencapai permukaan tanah lagi,
dia baru merasakan kesakitan yang luar biasa.
Bayangan hitam itu adalah cambuk Ah ku, ujung cambuk itu telah menyambar tiba tepat pada
saat yang paling kritis dan mengesampingkan pukulan yang dilancarkan tersebut secara keras
lawan keras.
Untung saja Cia sianseng telah menarik kembali tenaganya sebesar delapan bagian sehingga
hanya tubuhnya yang tergantung di tengan udara.
Coba kalau dia menyerang dengan sekuat tenaga tadi begitu membentur dengan ayunan
cambuk tersebut, niscaya seluruh telapak tangannya akan hancur tak berwujud lagi.
Seketika itu juga, suasana di sekeliling tempat itu berubah menjadi amat hening dan tak
terdengar sedikit suarapun.
Para centeng yang berdiri didepan pintu perkampungan, para kelasi yang berada di perahu
penyeberang serta sementara orang yang kebetulan berada disana, bersama-sama menghentikan
pekerjaan masing-masing untuk menonton peristiwa itu, suasana amat hening sekali.
Cia sianseng bukan orang yang paling berkuasa didalam perkampungan Sin kiam san ceng.
Yang menjadi majikan disitu seharusuya Cia Siau hong dan putrinya Cia Siau giok.
Tapi tak bisa disangkal Cia sianseng mempunyai kekuasaan cukup besar disitu, entah
terhadap mereka yang baru datang atau yang sudah datang lama, bahkan termasuk juga tamutamu
yang datang untuk melakukan suatu kunjungan.
Setiap orang menaruh sikap yang sangat menghormat terhadap Cia sianseng ini.
Jarang ada yang melihal Cia sianseng turun tangan, tapi mereka sering mendengar ia
memberikan penilaian maupun kritik terhadap suatu ilmu pedang, siapa saja tahu kalau ilmu
silatnya telah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali.
Tentu saja dia masih belum bisa dibandingkan dengan Cia Siau hong, juga tak bisa
dibandingkan dengan beberapa orang jagoan pedang termashur didalam dunia persilatan, tapi dia
tidak berada dibawah beberapa orang ciangbujin dari partai-partai pedang tersebut.
Urutan nama dalam hal ilmu pedang, selamanya Cia Siau hong menempati kedudukan nomor
satu, bertahun-tahun lamanya orang mencoba untuk merebutnya tapi tak pernah berhasil, apa lagi
belakangan ini, boleh dibilang sudah tiada orang yang berani mencoba lagi.
Sekalipun ada orang yang bisa mengalahkannya dengan permainan ilmu silat, toh mustahil
bisa menggunakan pedang..
Dia sudah merupakan malaikat didalam permainan ilmu pedang.

Justru karena ia telah menempati kedudukan nomor satu itu, maka semua orang tak ada yang
berusaha merebut kedudukan nomor dua atau nomor tiga, siapapun tak akan berusaha matimatian
untuk mendapatkan sebutan jago pedang nomor dua dari kolong langit.
Oleh sebab itu pada urutan ke berapakah ilmu pedang yang dimiliki Cia sianseng, hingga kini
tiada seorangpun yang tahu, kalau ada orang mengatakan dia tercantum dalam deretan angka
sepuluh, sudah pasti tak ada orang yang menaruh curiga.
Cia sianseng tahu akan kedudukan dan penilaian orang terhadap dirinya, oleh sebab itu dia
jarang mau turun tangan secara sembarangan.
Ting Peng pernah membuatnya marah, bahkan dihadapan enam orang ciangbunjin dari partai
besar pernah memalukan dia, waktu ia tetap bersabar menahan diri.
Dia tahu kemampuan yang dia miliki masih belum sanggup untuk menandingi Ting Peng, itulah
sebabnya dia tak ingin mendapat malu, apalagi menerima cemoohan dari Ting Peng juga bukan
sesuatu yang dapat memalukan dirinya.
Sekalipun demikian, sedikit banyak dia toh akan merasa amat tidak gembira akibat dari
peristiwa tersebut.
Sewaktu dalam perahu tadi, dia pun hanya mengucapkan sepatah kata yang sama sekali tidak
mempunyai maksud tertentu, siapa tahu ucapan tersebut mendapat tangapan dari Siau hiang yang
membuat hatinya amat gusar, sehingga timbul niatnya untuk memberi pelajaran kepada gadis
tersebut.
Congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng bukan seorang bawahan, dia mempunyai
kekuasaan seperti apa yang dimiliki majikannya.
Kalau dibicarakan tentu kedudukan maupun kekuasaan yang dimilikinya dalam perkampungan
tersebut, maka dia boleh dibilang masih berada diatas Cia Siau hong, tapi sedikit dibawah Cia
Siau giok.
Sebab Cia Siau hong hanya menyantumkan namanya saja dalam kenyataan ia hampir tak
perduli dengan urusan dalam perkampungan, kecuali tiga orang yang menjaga daerah
terlarangnya, boleh dibilang dia tidak mengenal orang-orang yang lain.
Cuma sayang dia tak sanggup menerangkan keadaan yang sebenarnya kepada Ting Peng
maupun Siau hiang, oleh sebab itu terpaksa dia harus menerima dengan begitu saja sebutan
bawahan baginya.
Setelah tiba diatas daratan kembali dia dicemooh habis-habisan kesabaran yang di tahan
selama ini, akhirnya meledak juga, dia turun tangan melancarkan serangan.
Siapa pun berharap bisa menyaksikan toa congkoan yang berkekuatan besar ini turun tangan.
Tapi siapa pun tidak menyangka kaulah Cia sianseng akan turun tangan terhadap seorang
gadis muda.
Lebih-lebih tidak menyangka lagi kalau Cia sianseng harus keok dalam satu gebrakan saja.
Sorot mata semua orang yang berada di sekitar arena terasa dingin seperti es sebab sedikit
banyak mereka merasa gembira menyaksikan bencana tersebut, bisa melihat Cia sianseng dihajar
orang, hal ini memang merupakan suatu kegembiraan yang tersendiri.

Perasaan Cia sianseng seperti dibakar dengan api, jika dia tidak melakukan suatu tindakan
lagi, sudah pasti selanjutnya ia tak bisa menancapkan kaki lagi dalam perkampungan Sin kiam san
ceng, apa lagi dalam dunia persilatan.
Tapi dia bukan seorang yang nekad, seorang yang membuat gara-gara tanpa perhitungan, dia
pun tak ingin mencabut pedangnya, dia kuatir dengan Ting Peng yang berada dalam kereta, kuatir
dengan golok bulan sabitnya.
Tapi bila dia mesti bertarung dengan tangan kosong, dia pun merasa tak mampu untuk
menghadapi si lelaki bertenaga besar itu.
Lama sekali dia berdiri termenung.
"Lama" hanya berlaku bagi perasaannya, juga perasaan para penonton yang berada di sekitar
sana, mereka semua megganggap lama sekali, namun didalam kenyataan, hal mana tidak
berlangsung kelewat lama.
Cia sianseng berpaling melongok ke dalam perkampungan, ternyata Cia siau giok belum juga
menampakkan diri.
Hal ini berarti dia harus bertahan lebih jauh, bertahan sambil mengeraskan kepalanya.
Oleh sebab itu dia lantas menggapai ke arah Ah ku sambil berseru lantang.
""Hei, kau turun kemari."
Ah ku menurut sekali, dia segera melompat turun dan berdiri dihadapannya persis seperti
malaikat langit. perawakan tubuh mereka kalau dibandingkan, Cia sianseng merasa kalah
separuh.
Cia sianseng sama sekali tidak kuatir, dengan perawakan tubuhnya yang besar, yang ditakuti
adalah tenaganya, maka begitu dia tampil segera tegurnya:
"Barusan, Kau yang telah menghadiahkan sebuah ayunan cambuk kepadaku..."
Ah ku tidak menggubris ucapan itu, sebab Ah ku tak punya lidah, tak dapat berbicara.
Tapi Ah ku mempunyai cara untuk menyampaikan maksud hatinya, dia memberi suatu
gerakan tangan kepada Siau hiang, lucu sekali gerakannya seperti anjing yang sedang
merangkak.
Cia sianseng tak tahan ingin tertawa, ucapan Siau hiang kemudian membuat tertawanya
hampir saja berubah menjadi tangisan.
Siau hiang berkata begini:
"Dia tidak menghajarmu, hanya menghajar seekor anjing, dia menganggap seorang lelaki yang
menyergap seorang anak gadis tanpa mengucapkan sepatah katapun merupakan perbuatan dari
seekor anjing yang tak punya otak!"
Cia sianseng berusaha dengan sekuat tenaga untuk menenangkan hatinya, tapi dia toh masih
tak tahan juga untuk berteriak keras.

"Omong kosong ngaco belo, aku toh sudah memberi peringatan lebih dahulu kepadamu"
Siau hiang tertawa.
"Benar, kau memang mengatakan hendak memberi pelajaran kepadaku ...."
"Lantas mengapa menuduh aku melancarkan sergapan?"
""Aku kan sudah memberitahukan kepadamu, aku tidak mengetahui bagaimakah peraturan
dari Sin kiam san ceng kalian memberi pelajaran kepada orang, sekalipun menurut peraturan dari
Sin kiam san ceng kalian memberi pelajaran berarti menghantam dengan tangan, paling tidak kau
toh mesti memberitahukan hal tersebut kepadaku lebih dulu sebelam turun tangan"
"Aku tak pernah memberitahukan kepada orang lain bila aku hendak menanya, begitu pula
keadaannya disini, mengapa aku harus memberikan perbedaan kepadamu?" kata Cia sianseng
dingin.
Siau hiang segera tertawa.
Itulah sebabnya kau baru mendapat cambukan, selamanya bila paman Ah ku hendak
mencambuk anjing, diapun tak pernah memberitahukan dulu kepada si anjing kalai dia hendak
menghajarnya"
Sekali lagi Cia sianseng memandang ke arah kereta, melihat keadaan dalam kereta, tetap
tenang, dia baru mengambil keputusan didalam hati, ujarnya kepada Ah ku:
"Kau sanggup mencambukku, hal ini menunjukkan kalau kepandaianmu lumayan sekali dan
pantas bagiku untuk meloloskan pedang, apakah cambuk itu merupakan senjata andalanmu?"
Ah ku melemparkan cambuknya ke samping, gagang cambuk tersebut secara otomatis
menancap kembali dalam lubang tempat cambuk di atas kereta, selain jitu pun mantap, jelas bisa
diketahui kalau dia sudah amat sempurna dalam mengendalikan tenaga, lagi-lagi Cia sianseng
merasa terkejut dengan dilemparnya cambuk Ah ku ke tempat semula, hal ini berarti dia hendak
bertarung menggunakan tangan kosong belaka dan tak ingin tertipu.
"Rupanya kau tidak mempergunakan cambuk, baiklah terserah kau hendak mempergunakan
senjata apa saja, bile kau tak punya, aku akan menyuruh orang untuk mengambilkan bagimu!"
Cia sianseng yang pintar, tentu saja enggan melakukan perbuatan bodoh, oleh sebab itu dia
ingin menyumbat lawan dengan kata-kata tersebut agar lawannya terpaksa mengguna-kan
senjata.
Sayang sekali, Cia sianseng yang pintar kali ini telah melakukan suatu perbuatan yang tidak
pintar.
Dia mengira dalam perkampungan Sin kiam san ceng dewasa ini hampir terdapat setiap
macam senjata yang dipakai orang di dunia ini, sekalipun tak akan ditemukan dalam rak senjata
diluar sana, dalam gudang rahasia mereka pasti akan didapatkan.
Dahulu Pek Siau seng pernah membuat kitab senjata yang mencantumkan pelbagai macam
senjata di dunia ini menurut urutan nya, meski yang diurutkan adalah senjatanya tapi dalam
kenyataan orangnya yang diatur menurut urutan.
Dalam kita senjata mana, senjata yang dicantumkan pada urutan pertama adalah senjata
tongkat thian ki-pang milik Thian-ki lojin.

Kedua adalah gelang Liong Hong huan milik Sangkoan Kim lui, sedang ketiga adalah pisau
terbang milik Siau li tham hoa Li Sin huan .......
Berhubung yang diurut adalah senjata nya, maka selama ini urutan tersebut, dianggap paling
adil, kendatipun Thian ki lojin serta Sangkoan Kim Jin akhirnya tewas di ujung pisau terbang Siau li
tham hoa.
Hal ini bisa terjadi karena watak manusianya, Li Sin huan telah berhasil membawa dirinya ke
suatu keadaan yang mendekati sempurna, apalagi pisau terbangnya dipakai untuk menolong
orang, dalam benaknya sama sekali tiada hawa napsu untuk membunuh.
Oleh sebab itu, pisau terbangnya tak mampu melebihi tongkat Tiang Ki pang serta pedang
Liong hong huan, tapi kedua orang pemilik senjata tersebut justru tewas di ujung pisau
terbangnya.
Peristiwa ini telah berlangsung lama sekali, sudah berlangsung beberapa generasi berselang
sehingga ceritanya sudah dianggap orang sebagai dongeng saja.
Tapi Cia Sianseng tak pernah menganggap kejadian itu sebagai dongeng, dia bersama Cia
Siau giok mempunyai sesuatu kegemaran yang sama, kegemarannya itu sudah dimulai dari tubuh
Cia Siau hong.
Kegemaran itu adalah mengumpulkan senjata tajam yang pernah dipergunakan orang,
terutama sekali senjata aneh yang tercantum dalam kitab senjata.
Semasa masih muda dulu, Cia Siau hong juga pernah terkena penyakit itu, mengumpulkan
pelbagai macam macam senjata antik.
Kemudian setelah Cia Siau hong mulai jemu dengan kegemarannya itu, Cia sianseng
meneruskan kegemarannya ini.
Pengumpulan benda-benda antik yang tak pernah akan berkurang ini tentu saja membuat
benda yang terkumpul makin lama semakin banyak, tapi benda-benda itu baru lebih banyak
jumlahnya setelah Cia siau giok terjun pula dalam kegemaran ini.
Sebab dia membawa tongkat Thian ki-pang, sepasang martil Hong hu siang liu seng dan
tombak baja serta tangan baja milik Lu Hong sian.
Berhubung dalam urutan senjata tersebut Lu Hong sian diletakan pada urutan dibawah pedang
bajanya Kwik siong yang, dalam marahnya dia membuang tombak baja kesayangannya dan
khusus melatih tangan nya agar lebih keras dari pada baja.
Sayang sekali Pek Siau seng keburu mati sehingga tangan bajanya itu tak sempat
dicantumkan dalam urutan nama, meski demikian ia tak kecewa, dengan tangan bajanya itu dia
sanggup menangkan Kwik Siong yang menempati urutan ke empat.
Kini dalam perkampungan Sin kiam san ceng telah berhasil mengumpulkan tujuh delapan
puluh persen dari senjata yang tercantum dalam kitab senjata itu.
Tongkat Thian ki pang maupun gelang liong hong huan tentu saja terdapat diantaranya, yang
belum mereka temukan tinggal pisau terbangnye si Siau li tham hoa dan pedang bajanya Siong
yang thi kiam.

Walau pun setelah mengundurkan diri dari dunia persilatan, Li Tham hoa masih sering
melakukan perbuatan besar yang menggemparkan kolong langit, tapi tak seorangpun yang tahu
dimanakah dia menetap.
Pisau terbang miliknya pun turut bersama jejaknya lenyap tak berbekas, dalam dunia
persilatan hanya tertinggal kisah-kisah cerita tentang kegagahannya belaka.
Pedang baja milik Kwik Siong yang tersimpan dalam gedung keluarga Kwik, suatu keluarga
persilatan yang dihormati setiap orang, anak muridnya banyak, ilmu pedangnya lihay, pendidikan
keluarga mereka pun sangat baik, tidak suka mencari gara-gara dengan orang lain.
Bila mereka tidak menggangu orang, tentu saja orang pun tak berani mengganggu mereka,
sebab leluhur mereka adalah sahabat karib Li Tham hoa, semasa masih hidupnya dulu dan telah
mempersembahkan nyawanya untuk Li Sin huan.
Li Sin huan selalu merasa bersalah kepadanya, terhadap keturunannya otomatis memberikan
perhatian yang khusus, bahkan tanggung jawab ini selalu diwariskan turun temurun kepada para
ahli warisnya.
Setelah Li Sin huan, hanya seorang ahli warisnya yang bernama Yap Kay pernah menerima
budi kebaikan dari keluarga Kwik, oleh sebab itu hutang budi dari pihak Li Sin huan pun semakin
bertambah mendalam.
Setelah Yap kay, tiada orang yang tahu siapakah ahli waris selanjutnya, tapi siapa pun tidak
berani mengatakan kalau mereka tak punya ahli waris.
Sebab dalam dunia persilatan sering kali masih banyak terjadi kisah-kisah yang aneh.
Banyak persoalan yang amat rahasia, mendadak terungkap sama sekali hingga diketahui tiap
orang.
Manusia yang paling sukar dihadapi, tahu-tahu kehilangan batok kepalanya dengan begitu
saja.
Banyak pekerjaan yang sukar di selesaikan, tiba-tiba saja telah dikerjakan orang secara diamdiam
hingga selesai.
Siapapun tidak tahu siapakah yang telah melakukan perbuatan tersebut, cara kerja mereka
selalu bersih tanpa meninggalkan jejak, ibarat naga sakti yang tampak kepala tidak nampak
ekornya, kelihayan ilmu silat orang itu hampir boleh dibilang tiada taranya lagi didunia ini.
Semua orang percaya kalau perbuatan tersebut dilakukan oleh ahli waris dari Siau li si pisau
terbang, Yap Kay atau Poh Hong soat, sedang orang-orang itupun mempunyai hubungan yang
erat sekali dengan orang-orang dari keluarga Kwik.
Oleh sebab itu tiada orang yang berani mencari gara-gara dengan keluarga Kwik, bahkan
semasa jayanya Cia Siau hong pun, dia tak pernah mencari gara-gara dengan keluarga Kwik.
Pedang Siong yang kiam dianggap sebagai senjata suci oleh keturunan keluarga Kwik, pedang
itu dihantar pulang oleh Li Sin huan bersama-sama dengan jensahnya.
Bahkan selama tiga bulan lamanya, Li Tham hoa telah berkabung ditempat itu.
Pihak perkampungan Sin kiam san ceng pun tak berani meminta pedang baja tersebut, sebab
Cia Siau hong pasti akan menampik untuk berbuat demikian.

Cia Sianseng telah berbicara sesumbar, namun Ah ku tetap membungkam, Siau hiang yang
mewakilinya berbicara:
"Paman Ah ku tak akan mempergunakan senjata apapun, tapi dia paling berharap kalau bisa
mempergunakan sejenak pisau terbang milik Li Sin huan!"
Sudan jelas pihak lawan berniat untuk mencari gara-gara, maka dengan terus terang Cia
sianseng menjawab:
"Benda itu tak mampu kami keluarkan dan aku percaya bukan hanya pihak kami saja, di
kolong langit belum pernah ada orang yang sanggup memperlihatkan pisau terbang tersebut"
Perkataan itu tak akan disalahkan oleh siapapun, cuma sayang justru karena ucapan Cia
sianseng tersebut persoalan segera muncul.
Sambil tertawa cekikikan Siau hiang merogoh ke sakunya dan mengeluarkan sebilah pisau
terbang yang amat tipis, setelah di perlihatkan sebentar kepada semua orang dengan cepat dia
menyimpannya kembali, lalu ujarnya sambil tertawa:
"Walaupun ilmu melepas pisau terbang dari Siau li hui to sudah menjadi suatu kepandaian
yang sangat hebat, namun pisau terbang miliknya masih tetap ada di dunia ini, padahal pisau ini
pun bukan suatu benda yang luar biasa"
"Mencorong sinar tajam dari balik mata Cia sianseng, cepat-cepat dia bertanya:
Apakah pisau yang berada ditangan nona benar-benar merupakan pisau terbang yang pernah
digunakan Li Sin huan dahulu?"
"Tanggung asli!"
Sungguh membuat orang tidak habis percaya.
Sekalipun pisau terbang yang pernah digunakan Siau li tham hoa kebanyakan di tarik kembali,
tapi ada juga yang tak bisa diambil kembali karena keadaan, benda tersebut bukan cuma satu saja
yang kemudian beredar dalam dunia, cuma pemiliknya sering menyimpan benda tersebut
bagaikan mestika, tak mungkin akan diperlihatkan kepada siapa pun dengan begitu saja!"
Cia Sianseng menjadi sangat terperanjat sesudah mendengar ucapan itu, segera tanyanya:
"Nona, darimana kau dapatkan pisau itu? Aku tahu sudah pasti leluhurmu yang mewariskan
kepadamu, sebab Li Tham hoa sudah lama meninggal, mustahil dia sendiri yang menghadiahkan
untukmu!"
pertanyaan dari Cia sianseng, tentu saja Siau hiang berhak untuk membungkam, tapi ia
bertanya dengan begitu sungkan, hal ini membuat si none menjadi serba salah.
Terdengar Cia sianseng berkata lagi:
"Nona, sepanjang hidupnya Li Tham hoa adalah seorang pendekar yang berjiwa besar dan
terbuka, setiap orang mengetahui tentang semua persoalannya, kecuali pisau terbang itu kau
dapatkan dengan cara mencuri kalau tidak, kau seharuinya tak perlu kuatir untuk
mengutarakannya keluar!

Akhirnya Siau hiang menggigit bibirnya kencang-kencang, lalu menjawab pelan.
"Pisau terbang itu bukan kudapatkan dari mencuri, pisau terbang itu pun tak akan
mendatangkan kegagahan apa-apa bagiku, Li Tham hoa sendiri yang menghadiahkan pisau itu
buat kakekku, dia pun telah mewariskan ilmu pisau terbang tersebut kepada kakekku"
Semua orang merasa terperanjat setelah mendengar ucapan itu, cepat-cepat Cia sianseng
bertanya:
"Jadi kau pun bisa?"
Dengan cepat Siau hiang menggeleng.
"Tidak, meskipun Li Tham hoa mewariskan ilmu pisau terbangnya kepada kakekku, nanun hal
ini diketahui oleh kong co ku, seketika itu juga otot dari sepasang tangan kakekku dibetot keluar,
membuat dia tak mampu mempergunakan ilmu tersebut lagi untuk selamanya"
"Tapi mengapa begitu? apakab keluarga mu ada perselisihan dengan Li Tham hoa"!"
Siau-hiang tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia hanya berkata:
"Aku she Liong bernama Liong Than hiang"
"Kalau begitu kong co mu itu pasti bernama Liong Keh im?" sambung Cia sianseng cepat.
Dengan sedih Siau hiang manggut-manggut kemudian setelah menghela napas kata nya lagi:
"Kong co ku bermusuhan dengan Li Sin huan hampir sepanjang jaman, tapi dia sendiripun
harus merasakan penderitaan sepanjang masa, ilmusilat dari kong co ku dipunahkan oleh Li Sin
huan sehingga dia membencinya sampai merasuk ke tulang sum-sum, tapi semuanya itu bukan
rasa benci yang sebenarnya, mereka mencelakai diri sendiri dan lebih banyak dari pada
mencelakai orang lain!"
"Aku tahu, siapa pun mengira Li Sin huan telah dicelakai oleh keluargamu, siapapun mengira
Liong Siau im kelewat banyak menerima balas budi dari Li Sin huan dan ber hutang kelewat
banyak kepadanya, hanya aku yang menganggap Li Tham hoa telah ber hutang budi kepada
keluarga Liong, karena dia telah memberikan penderitaan sepanjang hidup untuk Liong Siau im!"
Kembali Siau hiang manggut-manggut.
Benar Li tham hoa sendiripun memahami akan hal ini, sewaktu dia mengajarkan ilmu pisau
terbang kepada kakekku diapun pernah berkata demikian, dia bilang ia telah berbuat salah,
menyerahkan mak co ku untuk Kong co ku pun merupakan suatu perbuatan salah yang besar
baginya, peristiwa tersebut bukan saja membuat mereka bertiga menderita sepanjang hidup, juga
mengakibatkan banyak orang terseret didalam persoalan tersebut""
Setelah berhenti sejenak, dengan suara yang agak emosi dia meneruskan:
"Terutama sekali keluargaku sampai akhirnya selalu hidup dalam penderitaan, orang lain yang
mengetahui kalau keluarga kami adalah keturunan Liong siau im, sama-sama memandang hina
kepada kami, justru karena alasan itulah Li Sin huan mengajarkan rahasia ilmu pisau terbang
kepada kakekku, maksudnya agar dia menjadi tenar dan hebat, tapi soal ini diketahui kong co ku
dan dihalangi olehnya....."

"Kongco mu memang berbuat agak kelewat batas" komentar Cia sianseng, "sekali pun dia
punya perselisihan dengan Li Tham hoa dimasa lampau, kalau toh hendak menghalangi kakekmu,
dia toh bisa menghalangi dengan cara lain, buat apa mesti memunahkan ilmu silatnya?"
"Yang memunahkan sepasang tangan tangan kakekku adalah Mak co ku!"
Sekali lagi semua orang merasa terperanjat bahkan Cia sianseng pun ikut menjerit kaget:
"Apakah mak co mu itu adalah Lim Si in yang pernah disebut perempuan paling cantik dalam
dunia persilatan?"
"Benar" sahut Siau hiang bangga. "aku percaya didalam dunia persilatan dewasa ini belum
pernah ada perempuan ke dua yang sukar dilupakan orang seperti dirinya!
Cia sianseng tidak mengumpak tentang soal itu, hanya ujarnya kemudian:
"Dia adalah kekasih hati Li sin huan, mengapa bisa membenci Li sin huan?"
"Dia bukan membenci Li Sin huan" sahut Siau hiang bangga, "dia hanya menyatakan
posisinya saja dalam peristiwa itu, karena dia adalah istri Liong Siau im, ibu Liong Ken im, sekali
pun semua orang tidak memandang sebelah matapun kepada kong co ku, dia tetap merasa
bangga bagi suaminya, anak keturunan keluarga Liong tidak membutuh-kan perlindungan dari Li
Tham hoa"
"Apakah Li sin huan mengetahui akan hal ini?
Tentu saja tahu, sebab waktu itu Li Tham hoa hadir pula disana, sebetulnya dia masih
memohon ampun untuk kakekku, tapi setelah mendengar ucapan dari mak co ku, dia segera
berlalu dengan hati sedih, konon semenjak peristiwa itulah dia mengundurkan diri dari keramaian
dunia persilatan?"
Cia sianseng menghela napas panjang.
Mereka semua adalah manusia-manusia aneh, tapi tak bisa disangkal lagi, mereka semua pun
merupakan manusia-manusia yang amat berperasaan" katanya.
Siau hiang tidak berbicara lagi, sorot matanya menatap wajah Cia sianseng tajam-tajam, ketika
dilihatnya sorot mata orang itu masih saja memperhatikan sakunya, sambil tertawa tiba-tiba
ujarnya:
Tentunya kau sangat berharap bisa mendapatkan pisau terbang ini bukan..? Dengan agak
rikuh Cia sianseng menyahut.
"Nona kau tahu kalau perkampungan kami mempunyai kegemaran mengumpulkan senjata
tajam milik orang-orang kenamaan, dan hingga kini masih kekurangan beberapa macam
diantaranya..."
Kalau begitu seandainya aku bersedia memberikan pisau terbang ini kepada kalian, sudah
pasti kau tak akan menampiknya?" kata Siau hiang sambil tertawa.
Buru-buru Cia sianseng menyahut:

Tentu saja, tentu saja, bila nona bersedia memberikan benda itu kepadaku, syarat apa pun
pasti akan kuterima!"
Sebenarnya dia adalah seorang yang berpengalaman luas, tapi berhubung menjumpai suatu
persoalan yang sangat menggembirakan hatinya, dia berubah menjadi sedikit agak kekanakkanakan,
sampai akhirnya dia baru merasa kalau pihak lawan tak nanti akan lepas tangan dengan
begitu saja, maka wajahnya kembali berubah menjadi amat sedih.
Jumlah pisau terbang yang ditinggalkan Li Tham hoa dalam dunia persilatan paling banyak,
karena benda itu menyerupai senjata, tapi bisa dipakai juga sebagai senjata rahasia, tidak seperti
senjata orang lain, jumlahnya hanya sebuah dan tak mungkin berpisah-pisah.
Tapi pisau terbang milik Li Sin huan justru paling sukar ditemukan, karena semua orang
menganggap dia sebagai malaikat, tentu saja setiap orang yang merasa punya sedikit hubungan
dengan Li Tham hoa akan merasa bangga akan hal itu, tak heran kalau mereka pun tak suka
menyerahkan tanda bukti itu kepada orang lain.
Sudah barang tentu jumlah pisau terbang yang tertinggal di dunia pun tidak banyak jumlahnya,
sebab pisau itu mempunyai bentuk yang istimewa, jauh berbeda dengan pisau biasa.
Dari dalam sakunya Siau hiang mengeluarkan pisau terbang itu, kemudian ujarnya lagi:
"Mungkin saja pisau ini akan dianggap sebagai mestika dalam pandangan orang lain, tapi
ditangan kami keturunan dari keluarga Liong, benda tersebut tidak terhitung sebe-rapa, aku
bersedia memberikan kepadamu tanpa syarat"
Untuk sesaat lamanya, Cia sianseng masih mengira dirinya sedang bermimpi, dengan
menggunakan nada suara yang sukar untuk percaya dia berkata:
"Kau hendak menghadiahkan kepadaku?"
""Benar" sahut Siau hiang sambil tertawa "akan kuserahkan pisau itu kepada Ah Ku agar dia
yang menimpuknya kedepan, asal kau mampu menerima sambitannya, pisau terbang itu akan
menjadi milikmu ...."
Paras muka Cia sianseng berubah hebat.
"Sambitan pisau terbang Siau li, tak pernah meleset dari sasaran"
Ucapan mana telah beredar sejak ratusan tahun berselang, belum pernah ada orang yang
meragukan kebenarannya.
Berhadapan dengan senjata tajam yang tiada keduanya di dunia ini. Cia sianseng benar-benar
tidak mempunyai keberanian untuk menyambutnya ...
Hanya sayang, dia sendiri yang mencabut pedang dan menantang orang lebih dahulu.
Hanya sayang dia adalah congkoan dari perkampungan Sin kiam san ceng, sedang sekarang
dia berada dalam perkampungan Sin kiam san ceng, dihadapan anak buahnya yang begitu
banyak.
Sekalipun Cia sianseng takut mati, dia pun tak bisa menampik dengat begitu saja.

Apalagi Siau hiang telah menyerahkan pisau terbang tersebut ke tangan Ah ku, telapak tangan
Ah ku yang begitu memegang pisau itu maka pisau berikut gagangnya segera tergenggam dalam
telapak tangan nya dan tidak nampak sama sekali.
Tangan Ah ku pun sudah mengenakan sarung kuku, sarung kuku yang membawa ujung kuku
yang tajam, kini dia sudah ditunggu, sekalipun dia tak mau turun tangan, Ah ku juga tak akan
melepaskannya dengan begitu saja.
Maka pedang yang berada ditangan digetarkan kencang, kemudian dengan gerakan lurus
menusuk ke muka. diujung pedangnya sama sekali tidak disertai jurus kembangan, akan tetapi
dibalik serangan mana justru mencakup suatu kekuatan yang luar biasa.
Orang-orang yang berada disekeliling arena segera terasa digetarkan oleh jurus serangan
tersebut, sekalipun mereka berdiri agak jauh dari arena, akan tetapi serasa orang dapat
merasakan hawa pedang yang menyayat badan, memancarkan ke empat penjuru, sehingga tanpa
terasa mereka mundur ke belakang.
Ah ku tentu saja merasakan daya tekanan yang jauh lebih dahsyat dari pada orang lain, tapi
cara Ah ku untuk mematahkan serangan ini ternyata sama sekali tak diduga oleh siapa pun.
Dia mengalungkan kepalannya dan langsung menghantam persis diujung pedang tersebut.
Menghadapi jurus serangan seperti ini, paras muka Cia sianseng segera berubah hebat.
Selama ini, Ah ku baru satu kali mendemontrasikan kepandaiannya dalam perkampungan Sin
kiam san ceng, yakni ketika berada di muka Cong kiam lu untuk menghadapi empat orang budak
pedang.
Didalam pertarungan tersebut dia hanya mempergunakan satu jurus serangan, yakni sambil
maju kedepan, menyambut tusukan gabungan dari empat pedang musuh, selain berhasil
mendesak mundur lawannya, dengan sekali ayunan tinju ia berhasil menghancurkan kunci dimuka
pesanggarahan Cong kiam lu dan mengungkap rahasia tempat itu.
Waktu itu pedang dari keempat budak pedang tersebut kena tertahan oleh hawa khikangnya,
sehingga sama sekali tidak membuat tubuhnya menjadi cedera.
Tapi kemudian keempat orang budak pedang itupun melancarkan sebuah serangan balasan,
belum lagi serangan mereka mengenai tubuh, dia sudah kena didesak mundur berulang kali,
untung Ting Peng menggerakkan golok saktinya sehingga serangan tersebut berhasil ditahan
olehnya.
Sekarang, kalau dilihat dari gerak serangan pedang Cia sianseng" sudah jelas tidak berada
dibawah keampuhan serangan maut dari ke empai orang budak pedang itu, tapi Ah ku ternyata
berani menyongsong serangan tersebut dengan ayunan kepalannya.
Betul kepalan itu dikalungi sarung jari tangan yang terbuat dari baja, namun kekuatan dari
serangan pedang tersebut sanggup merobohkan sebuah bukit karangpun, bagaimana mungkin
ayunan tinju itu mampu untuk membendungnya?"
Siapa pun menganggap Ah ku sudah bosan hidup, bahkan Siau hiang sendiri pun berpendapat
demikian.
Akan tetapi paras muka Cia sianseng justru berubah hebat, bahkan dengan suatu gerakan
yang amat cepat dia menarik kembali senjatanya ke belakang.

Hanya saja ayunan kepalan dari Ah ku tersebut bukan suatu serangan yang bisa memaksa
orang untuk menarik kembali ancamannya ditengah jalan.
Baru saja pedangnya ditarik sampai setengah jalan, dia sudah kena dihajar oleh ayunan
kepalan Ah ku, "Traang!" pedangnya segera terlepas dari tangan, menyusul kemudian kepalan itu
langsung menyambar tubuh Cia sianseng,
Tubuh Cia sianseng mundur terus kebelakang, tadi dia kurang cepat sehingga bahu kena
tersapu telak dan badannya langsung meluncur ke belakang.
Tiba-tiba Ah ku membuka genggaman tangannya, sekilas cahaya tajam menyambar lewat,
pisau terbang milik Li Tham hoa yang berada ditangannya telah melejit ke udara dan langsung
menyambar tenggorokan dari Cia sianseng.
Waktu itu Cia sianseng sudah kena ditinju sampai isi perutnya bergoncang, apalagi ditambah
dengan ayunan pisau terbang tersebut, sekalipun dia punya nyawa rangkap juga bakal habis.
Untung saja nasibnya pada hari itu masih terhitung lumayan juga.
Yang dimaksudkan sebagai bernasib baik adalah dia bisa lolos dari ancaman kematian
tersebut.
Disaat yang paling kritis itulah, muncul seorang yang membantunya memukul rontok pisau
terbang tersebut dengan ayunan pedang, sebaliknya Cia sianseng pribadi justru kena menumbuk
diatas dinding keras-keras.
Masih untung punggungnya yang menumbuk lebih dulu kemudian tubuhnya merosot ke
bawah, dia masih sanggup berdiri tegak di tempat, tapi wajahnya telah memucat dan darah
meleleh membasahi ujung bibirnya,
Ah ku cuma melepaskan satu pukulan, dia justru terkena sebanyak dua kali, selain pukulan
langsung dan sekali lagi tumbukan punggung diatas dinding.
Orang yang membantunya memukul rontok pisau terbang itu adalah Cia Siau giok.
Dengan pedang ditangan, ia memandang wajah pembantunya dingin.
Cia sianseng harus menarik napas panjang sebelum mampu berbicara, katanya dengan
kepala tertunduk.
"Nona, kau sudah keluar, hamba benar-benar tak becus"
"Hmm, kau benar-benar memalukan" seru Cia Siau giok sambil tertawa dingin, mentangmentang
seorang congkoan dari Sin kiam san ceng, nyatanya kena dibikin keok oleh seorang kusir
kereta, padahal diluar sudah tersiar kata yang mengatakan golok sakti bila muncul, pedang sakti
tak akan bersinar, setelah peristiwa hari ini, orang pasti akan menganggap demikianlah keadaan
yang sebenarnya!"
Cia sianseng tertawa getir.
"Hamba yakin kalau ilmu silat yang kumiliki masih tidak kalah dengan kepandaian silat yang
dimiliki kusir kereta itu, tadi aku hanya salah menggunakan jurus serangan, dengan mengeluarkan
jurus serangan yang bernama San hi ciat lay (hujan bukit bakal turun) tersebut, sebetulnya aku

bermaksud untuk mendesaknya agar mundur teratur ke belakang, setelah itu aku akan
melanjutkan dengan jurus pembunuh lainnya yang telah kupersiapkan secara matang, siapa tahu
dia tak cuma termakan oleh desakan ku itu untuk mundur, sebaliknya malah memaksa maju ke
depan dan melakukan suatu pertarungan adu keras lawan keras, Tindakannya ini sungguh diluar
dugaanku sama sekali."
Setelah mendengar penjelasan tersebut. Siau hiang baru tahu mengapa Cia sianseng tidak
sanggup menghadapi serangan Ah ku dalam gebrakan yang pertama saja.
Rupanya serangan pedang yang kelihatannya amat dahsyat dan sangat mengerikan itu tidak
lebih cuma suatu jurus serangan tipuan belaka, sementara serangan mematikan yang sebenarnya
justru disembunyikan dibalik ancaman tersebut"
Kalau dilihat dari jurus serangan lawan yang begitu dahsyat dan mengerikan, siapa pun tak
akan menyangka kalau jurus serangan semacam itu sebenarnya hanya suatu jurus serangan
tipuan belaka.
Oleh sebab itu, bisa diduga entah berapa banyak manusia yang sudah dibikin keok dalam
jurus serangan mana.
Atau dengan perkataan lain, bisa jadi serangan itu merupakan suatu jurus serangan yang tak
pernah meleset.
Hanya sayang nasib Cia sianseng dalam hal ini tampaknya kurang baik, sebab dia telah
bertemu dengan seorang lawan yang amat tangguh sekali seperti Ah ku"
Ah hu adalah seorang manusia ulung tak pernah mengenal arti mundur, dia hanya tahu maju
terus pantang mundur, bayangkan saja bagaimana mungkin ia tak sial bila bertemu manusia
macam begini?
ooo0ooo
SIAU LI SI PISAU TERBANG
PARAS muka Cia Siau giok dilapisi oleh hawa dingin yang sangat menggidikkan hati, bahkan
diapun telah melakukan suatu tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya semenjak
perkampungan Sin kiam san ceng didirikan.
Tangan kanannya diayunkan ke muka dan "Plaaak, plook!" wajah Cia Sianseng telah
bertambah dengan dua buah bekas telapak tangan yang merah membara.
Padahal Cia sianseng adalah manusia yang amat berkuasa di dalam perkampungan Sin kiam
san ceng.
Sekalipun kedudukannya tidak lebih tinggi dari Cia Siau giok, namun selisihnya tidak banyak,
namun kenyataannya Cia Siau giok telah menamparnya dua kali di depan mata umum.
Dari balik mata Cia sianseng segera mencorong sinar amarah yang berkobar-kobar, sekalipun
Cia Siau giok baru saja menyelamatkan jiwanya, tapi ke dua buah tamparan tersebut sama artinya
dengan merontokkan martabat serta harga dirinya, membuat ia tak bisa mengangkat kepalanya
lagi untuk selamanya.
Bila seseorang yang terbiasa dengan harga diri dan segala kehormatan, bila tiba-tiba
kehormatannya disinggung orang maka keadaan tersebut jauh lebih baik mati daripada hidup.

Yaa, siapakah yang akan tahan bila kehormatannya diinjak-injak orang diha-dapan umum.
Oleh sebab itu Cia sianseng menunjukkan sikap melawan terhadap Cia Siau giok, kendatipun
mati hidupnya sudah menyatu dengan perkampungan Sin kiam san ceng, meninggalkan
perkampungan tersebut sama artinya dengan kehilangan segala pegangan dan melawan Cia Siau
giok berarti dia harus meninggalkan perkampungan Sin kiam san ceng, namun ia tidak ambil
perduli terhadap segala sesuatunya itu.
Sekalipun ia tetap tinggal diperkampungan Sin kiam san ceng, keadaannya tak akan berbeda
dengan sesosok mayat hidup, sama sekali tak punya kebebasan.
Cia Siau giok sendiri bersikap seolah-olah tidak melihat akan sikap melawannya, dia masih
tetap berwajah sedingin es, tetap bersuara dingin dan kaku.
"Cia Sin, kuberikan kedudukan congkoan tersebut kepadamu, menyuruh kau mengurusi
segala persoalan besar atau pun kecil yang ada dalam perkampungan ini, kesemuanya itu karena
aku menghargai engkau, tapi akhirnya apa saja yarg telah kau lakukan.
Ucapannya yang keras dan tajam seolah-olah membuat Cia sianseng terperana, dia berdiri
tertegun untuk beberapa saat, kemudian baru katanya pelan:
"Aku kalah ditangan orang, hal ini memang disebabkan ketidak mampuanku, tapi aku toh
sedang menjalankan tugas!"
"Heeehhh.....heeehhh.. ...heeehhhh..... .. kau sedang menjalankan tugas apa?" jengek Cia
Siau giok sambil tertawa dingin. "kau hanya bisa memamerkan kegagahanmu di depan pintu,
bersilat lidah, berdebat, sungguh memalukan?" "
Sekali lagi Cia sianseng membusungkan dadanya, lalu sambil memberanikan diri katanya:
"Aku tidak suka mencari gara-gara, apalagi mengajak orang lain berkelahi, akan tetapi. ."
Tetapi kenapa? Ayo katakan?"
Kembali Cia sianseng tertegun sejenak, kemudian baru berkata:
"Karena kau pernah berkata, bila Ting Peng datang, pertama-tama harus memberi kabar dulu
kepadamu. kemudian berusaha untuk menahan orang tersebut di depan pintu, menghalangi
sampai kemunculanmu untuk menyambut kedatangannya"
Suatu pengungkapan yang segar dan sangat aneh, mengapa Cia Siau giok harus berbuat
demikian? Apakah dia mempunyai suatu rahasia yang takut diketahui orang lain dan perlu
disembunyikan dulu agar tiada terlihat oleh Ting Peng?
Tapi dengan demikian, hal itupun telah menjelaskan apa sebabnya Cia sianseng selalu
menghalangi kepergian Ting Peng dan sengaja mencari gara-gara untuk menimbulkan keributan.
Sebenarnya dia, termasuk seseorang yang beriman tebal, tapi kenyataannya hari ini hanya
dikarenakan ribut dengan Siau hiang dia telah menjadi marah dan berakibatkan terjadinya
pertarungan.

Ternyata dia sengaja berbuat demikian untuk mencegah Ting Peng masuk, agar Cia Siau giok
yang berada didalam mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan diri dan menyingkirkan halhal
yang tidak seharusnya terlihat oleh Ting Peng.
Berita kedatangan Ting Peng sudah diketahui anggota perkampangan sejak kemunculan
kereta tersebut dipantai seberang tapi kenyataan mereka membutuhkan waktu yang cukup lama
sebelum Cia Siau giok bisa munculkan diri, dari sini dapat disimpulkan kalau pekerjaan mereka itu
membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
Setelah menyingkap rahasia tersebut, Cia sianseng melirik sekejap ke arah kereta, wajahnya
menunjukkan rasa puas karena berhasil membalas dendam.
Sebetulnya dia ingin sekali bersikap setia kepada Cia Siau giok dan membenci Ting Peng, tapi
disebabkan Cia Siau giok telah menampar wajahnya, maka diapun segera berpaling ke arah Ting
Peng .
Melihat sikap maupun mimik wajahnya sekarang, tampaknya dia ingin melenyapkan Cia Siau
giok dari muka bumi dan tak segan-segannya untuk menyingkap lebih banyak rahasia untuk Ting
Peng.
Akan tetapi diapun seorang yang banyak curiga dan bersikap waspada, bila ia sudah
mengambil suatu keputusan, maka pertama-tama yang dipersiapkan dulu adalah mencegah usaha
Cia Siau giok untuk melakukan pembunuhan untuk membungkamkan mulutnya.
Itulah sebabnya mata yang sebelah terus menerus mangawasi tangan Cia Siau giok.
Betul juga, tangan Cia Siau giok sudah mulai meraba gagang pedang, padahal tangan itu
sebenarnya terulur Ke bawah.
Setelah memapas jatuh pisau terbang Ah ku dia telah mengembalikan pedangnya kedalam
sarung, malah dengan tangan itu juga dia menampar wajah Cia sianseng.
Sekarang tangannya itu sudah meraba gagang pedangnya lagi, tentu saja Cia sianseng
menjadi amat tegang, bahkan telah melakukan persiapan yang cukup matang.
Kini tubuh Cia siau giok sudah mulai bergerak, bergerak dengan sangat cepatnya.
Setelah berputar selingkaran, dia berputar kembali dihadapan muka Cia sianseng.
Menyusul kemudian... "Plaaak, plaaakk.. !" dua tamparan keras bersarang kembali diatas
wajahnya.
Dua bekas telapak tangan muncul kembali diwajah Cia sianseng, sebetulnya telapak tangan
Cia Siau giok tidak besar tapi setelah dua buah bekas telapak tangan berjajar disatu pipi, hampir
seluruh wajahnya tertutup oleh bekas tangan yang membengkak itu.
Tak heran kalau paras muka Cia sianseng yang sebetulnya pucat pias, kini telah berubah
menjadi merah membara.
Hanya saja, setelah Cia sianseng terkena tamparan kali ini, dia hanya berdiri tertegun saja
sama sekali tak berkutik.
Dia bukan dibikin tertegun karena kaget dengan gerakan tubuh Cia Siau giok yang cepat.

Walaupun gerakan tubuh Cia Siau giok sangat cepat, dia yakin masih mampu untuk
menghindarinya, bahkan masih mempunyai kekuatan untuk melancarkan serangan balasan.
Pertama kali tadi ia bisa terkena dua kali tamparan, karena dia sama sekali tidak menduga
kalau Cia Siau giok akan menamparnya.
Tapi kali ini dia justru cuma berdiri tenang ditempat tanpa bergerak barang sedikit pun jua,
bahkan wajahnya malah dijulurkan ke muka, seolah-olah menunggu Cia Siau giok datang untuk
menjagalnya.
Ketika Cia Siau giok mencapai didepan tubuhnya tadi, tangannya masih memegang diatas
gagang pedang, akhirnya dia cuma menempeleng wajahnya dengan tangan kanan, lalu
menyimpan kembali pedangnya kedalam sarung.
Alasan apakah yang membuat dia dari liar dan buas menjadi lembut dan penurut?
Hal ini tak lain dikarenakan Cia Siau giok yang telah mencabut keluar pedangnya telah
berputar dulu satu lingkaran. .
Sewaktu tubuhnya bergerak tadi pedangnya telah diloloskan dari sarung, tapi dia bukan
menubruk Cia sianseng lebih dulu, melainkan menerkam kereta kuda.
Kereta kuda itu tak lain adalah kereta kuda yang ditumpangi oleh Ting Peng.
Setibanya didepan kereta, pedangnya segera digetarkan untuk menyingkap tirai di depan
jendela, menyusul kemudian dia membuka pintu kereta dan menerobos masuk ke dalam.
Semula Cia sianseng mengira dia hendak beradu jiwa dengan Ting Peng, tapi dengan cepat
Cia Siau giok telah menerobos keluar lagi.
Dia menerobos keluar melalui kereta di sebelah yang lain..
Sewaktu masuk tidak menutup pintu, setelah keluar pun tidak menutup dulu, pintu tersebut
masih terpentang lebar, dengan cepat terlihat keadaan dalam ruangan kereta yang megah mewah.
Tapi disitu tak nampak seorang manusia pun.
"Ting Peng tidak berada disana, juga tidak kelihatan seorang manusia pun.
Rupanya kereta tersebut hanya sebuah kereta kosong, sejak kereta itu naik ke atas perahu,
sepasang mata Cia sianseng tak pernah bergeser dari kereta tersebut, dia tak pernah melihat ada
seorang manusia pun yang keluar dari situ.
Dari sini terbukti sudah, sejak awal sampai sekarang, Ting Peng tidak berada dalam kereta itu,
rupanya setelah ribut sekian lama, yang disambut kedatangannya hanya sebuah kereta kosong.
Saat itulah Cia sianseng baru tahu kalau dia telah melakukan suatu kesalahan yang besar, dia
memang pantas dipukul, itulah sebabnya dengan hati yang rela ia menerima tamparan untuk ke
dua kalinya.
ooo0ooo

ADAPUN tujuan Cia sianseng membuat keributan adalah untuk mencegah Ting Peng yang
berada diatas kereta memasuki perkampungan tersebut, kini Ting Peng tak ada di kereta, paling
banter Cia sianseng cuma membuat gara-gara dengan percuma, sesungguhnya dia sama sekali
tidak melalaikan kewajiban.
Tapi, mengapa dia mengaku salah dengan cepat dan rela dirinya ditempeleng?
Dalam hal ini, mau tak mau kita harus akui keunggulannya untuk memutar otak secara cepat. .
Kereta itu datang dari luar, sedang Cia Siau giok datang dari dalam perkampungan, Cia
sianseng yang mengawasi kereta tersebut terus meneruspun tidak pernah menduga kalau kereta
tersebut kosong. mengapa Cia Siau giok yang baru keluar segera tahu akan hal itu?
Mungkinkah dia mempunyai kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang terjadi jauh
sebelumnya.
Cia sianseng sangat memahami kemampuan dari Cia Siau giok, meskipun gadis itu memiliki
kepandaian yang besar, akan tetapi tak memiliki kemampuan tersebut, kalau tidak dia pun tak
bakal bersikap begitu gugup dan gelagapan, bila ia bisa menduga kalau Ting Peng hanya keluar
sebentar untuk segera kembali lagi, dia pun tak akan bersusah payah untuk mengeluarkan segala
macam permainannya yang tidak mudah diberesi itu.
Ternyata Cia Siau giok mengetahui lebih dulu daripada Cia sianseng bahwa kereta itu kosong.
Satu-satunya keterangan yang bisa memecahkan teka-teki ini adalah Ting Peng telah
menyusup kedalam perkampungan lebih dahulu.
Bila menyeberangi sungai merupakan satu-satunya jalan tembus untuk memasuki
perkampungan Sin kiam san ceng, sudah pasti Ting Peng tak mungkin bisa masuk kedalam
perkampungan itu.
Hanya sayangnya, satu-satunya jalan tembus tersebut hanya sengaja mereka siarkan kepada
orang luar. padahal masih ada jalan untuk bisa memasuki perkampungan Sin kiam san ceng.
Celakanya jalan tembus yang sebenarnya teramat rahasia itu ternyata berhasil ditemukan Ting
Peng.
Cia sianseng bertindak sebagai seorang congkoan, terpaksa harus mengakui kebodohan
sendiri.
Sebetulnya Cia Siau giok ingin membunuh Cia sianseng, asal ia masih memperlihatkan sikap
melawannya, maka jurus pedangnya yang sangat lihay beserta ke tujuh belas macam senjata
rahasianya yang sakti akan digunakan seluruhnya.
Jarang sekali ada jago persilatan yang mengetahui kalau dalam sakunya tersedia begitu
banyak senjata rahasia, sekalipun Cia sianseng sendiri juga paling banter hanya tahu kalau dia
bisa mengeluarkan tujuh delapan macam saja.
Tahu kalau tujuh delapan macam senjata rahasia itu setiap macamnya dapat merenggut
nyawa manusia, tapi tidak tahu kalau sepuluh macam lainnya justru empat lima kali lipat lebih
lihay.
Kalau bukan begitu, sebagai seorang gadis muda, bagaimana mungkin dia bisa berubah
menjadi Giok Bu sia dan memimpin Lian im cap si sat seng untuk menteror dunia persilatan.

Sikap rela untuk menerima kematian di saat terakhir, coba kalau dia berani memperlihatkan
sikap melawan terhadap Cia siau giok, mungkin saat ini nyawanya sudah putus.
Justru kerena dia memberikan kepalanya untuk dipenggal, nyawanya malah selamat dari
ancaman maut.
"Sudah kau sadari bahwa kau telah berbuat kesalahan?" Cia Siau giok menegur dengan suara
dingin.
"Yaa, hamba memang pantas untuk mati! sahut Cia sianseng dengan ketakutan.
Berbicara soal tingkat kedudukan dalam keluarga Cia sianseng semestinya Cia sianseng
adalah adik famili dari Cia Siau hong atau paman dari Cia Siau giok sendiri.
Tapi soal susunan tingkat dalam keluarga dinilai sudah usang pada jaman itu, lambat laun
penganutan makin berkurang sehingga meski masih ada hubungan famili, kalau sudah jauh
hubungannya akan semakin kecil pula perhatiannya.
Tingkat kedudukan dalam keluarga telah terpengaruh sama sekali oleh tingkat sosial, kecuali
beberapa keluarga yang ikatan familinya masih amat dekat sehingga mau tak mau harus
dihormati, selebihnya sudah tidak masuk dalam daftar lagi.
Mencari anak keturunan dari famili jauh untuk dijadikan pembantu pun bukan suatu kejadian
aneh pada waktu itu, sebab mencari pekerjaan pada waktu itu pun harus di buat dari silsilah
keluarganya, maka walaupun Cia sianseng menjadi anak buah, diapun merasa rela sekali.
Setetah mendengus dingin, kembali Cia Siau giok berkata:
"Butiran kepala anjingmu masih bisa bercokol diatas tengkukmu, dikarenakan kau masih tahu
diri, mengerti kalau kau pantas untuk mampus, hmm coba kalau tidak begitu.."
Maksud dari perkataan itu, masih untung otaknya dapat bekerja keras dan segera mengetahui
kesalahan sendiri, coba kalau tidak maka..
Keadaan Cia sianseng sekarang betul-betul mengenaskan sekali, dia membungkukkan
badannya seperti udang yang sudah matang, sahutnya dengan suara gemetar:
"Benar, benar, hamba sama sekali tak menyangka kalau Ting Peng sedang memerankan
permainan combret emas melepaskan diri dari kulitnya, padahal dahulu dia tak pernah
meninggalkan keretanya!"
"Aaaii, bukan cuma kau saja yang tak menduga" kata Cia Siau giok sambil menghela napas.
"bahkan aku pun sama sekali tak menyangka kalau dia merubah kebiasaannya secara tiba-tiba!"
Siau hiang yang berada disampingnya pun ikut tertawa, katanya:
"Hal ini sesungguhnya bukan merupakan kebiasaan dari kongcu kami, padahal dia paling
benci untuk menunggang kereta, meskipun ini nampaknya sangat indah dan mewah, tapi kalau
duduk terus didalamnya maka lama kelamaan akan terasa kesal dan bosan, pada hakekatnya
merupakan sesuatu siksaan batin, oleh sebab itu dia tak pernah mengundang orang lain untuk
naik kereta bersama, karena dia kuatir orang lain akan mengetahui juga kalau naik kereta itu tak
enak!"

"Kalau toh naik kereta tidak enak mengapa sepanjang hari dia duduk melulu dalam
keretanya?" "tanpa terasa Cia Siau giok bertanya.
Dia mengharapkan orang lain menganggapnya duduk dengan nyaman, mengira hal ini sebagai
kebiasaannya, sebagai perlambangnya, dimana kereta itu berada, disitu orangnya berada,
kemudian bilamana keadaan dirasakan perlu dan dia harus meninggalkan kereta untuk melakukan
suatu tugas rahasia, orang tak akan menduga sampai ke sini"
Cia Siau giok maupun Cia sianseng berdua sama-sama merasakan pipinya seperti ditampar
orang.
Paras muka Cia sianseng lebih merasa lagi, walaupun Cia Siau giok tidak kena tampar, namun
wajahnya pun mulai memerah juga.
ooo0ooo
SEMUA rasa mangkel Cia Siau giok terpaksa dilampiaskan semua ke atas kepala Cia
sianseng, katanya tiba-tiba dengan dingin:
Dalam hal dia menggunakan kereta kosong untuk memerankan siasat kim cian tou ku
(comberet emas melepaskan diri dari kulit) aku memang tak bisa menyalahkan tapi dari tepi sungai
sampai naik ke perahu dan tiba dipantai seberang, ternyata kau belum juga tahu kalau kereta
tersebut adalah sebuah kereta kosong, inilah kesalahanmu yang pantas dihukum mati!
"Nona, kau toh mengerti juga" rengek Cia Sianseng dengan wajah memelas, selamanya Ting
toaya tak pernah mengijinkan orang lain untuk mendekati keretanya!"
Itupun suatu kenyataan!" Tapi Cia Siau giok segera tertawa dingin, katanya cepat:
"Alasan tersebut tidak berlaku untukmu, kau adalah seorang congkoan, seharusnya kau
berdaya upaya untuk mencari akal dan menyelidiki hal itu, keteledoranmu ini merupakan dosa
yang besar, bagaimana pun kau ingin melepaskan diri, jangan harap bisa lolos dari kesalahan
tersebut!"
"Hamba tahu salah! "Cia sianseng menundukran kepalanya semakin rendah.
Cia Siau giok menghela napas panjang, katanya lagi:
"Sekarang baru mengaku salah apa gunanya, Ting Peng telah melakukan perjalanan keliling di
seluruh perkampungan, bahkan dia keluar dengan membawa dua orang!"
"Dia masuk melewati jalan yang mana" tanpa terasa Cia sianseng bertanya dengan persaaan
hati bergetar keras.
Dengan perasaan mendongkol Cia Siau giok segera berseru:
"Kalau kau bertanya kepadaku, maka aku harus bertanya kepada siapa?"
Cia sianseng merasa benar-benar terbentur pada batunya, dia pun tahu pertanyaan itu sama
artinya dengan suatu pertanyaan yang tak berguna, bisa mengetahui Ting Peng masuk melewati
jalan yang mana, tanda bahaya tentu sudah dibunyikan didalam perkampungan.
Terpaksa dengan wajah tersipu-sipu dia berkata:
"Entah dia telah berkunjung kemana saja"

"Semua tempat tempat yang tak boleh di kunjungi, telah dikunjungi semua olehnya"
"Bagaimana mungkin dia bisa menemukan tempat itu?"
"Ada orang yang bertindak sebagai petunjuk jalan baginya, dengan petunjuk orang itu, tempat
mana lagi yang tak bisa dikunjungi?"
Siapa? Aah, mustahil, orang dari perkampungan pun tidak akan mengetahui tempat itu."
Cia Siau giok tertawa dingin.
"Heeehh...heeeehhhh...heeehhh... tapi ada dua orang yang mengetahui keadaan yang
sesungguhnya telah bekerja sama dengannya, bila begitu halnya tentu saja keadaannya berbeda.
Tapi hanya dua orang yang mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, yang seorang
adalah nona sendiri!"
Tentu bukan aku bukan?"
Tentu saja, tentu saja!" buru-buru Cia sianseng berseru, "tapi orang kedua adalah hamba
sendiri!"
Kalau bukan aku, sudah barang tentu kau, sebab disini tiada orang ke tiga!"
Nona, kau jangan bergurau, buru-buru Cia sianseng berseru dengan hati gugup, masa hamba
akan bersekongkel dengan orang luar? "
"Aku tak akan menuduhmu yang bukan-bukan."
"Belum sempat Cia sianseng memberikan bantahan apa pun, Cia Siau giok telah
menyambung lebih jauh.
"Kau telah terkena siasat memancing harimau turun gunungnya, bahhan terkururg disini,
sedangkan gentong-gentong nasi didalam pun sedang ribut membubarkan diri, tak seorang pun
yang tahu kalau Ting Peng sudah masuk ke dalam, bukankah hal ini sama artinya dengan menjadi
penunjuk jalan baginya?"
Cia sianseng hanya bisa menarik napas panjang-panjang, hal ini bukan kesalahannya, tapi bila
terjadi sesuatu m:aka semuanya itu menjadi tanggung jawab dari seorang congkoan.
Cia Siau giok bisa saja melimpahkan semua pertanggungan jawab tersebut kepadanya, tapi ia
tak dapat melimpahkan pertanggungan jawabnya kepada siapapun, sebab penjagaan dalam
perkampungan menjadi tanggung jawabnya.
Di hari-hari biasa dia selalu menganggap dirinya paling hebat, tak pernah terjadi suatu
persoalan apa pun, sungguh tak disangka hari ini bukan saja sudah dipecundangi orang, bahkan
betul-betul dipecundangi habis-habisan.
Kini, suaranya sudah turut berubah, dengan suara yang parau dia bertanya:
"Entah dua orang yang mana yang telah dibawa pergi olehnya?"
Dari mimik wajah Cia Siau giok, dia tahu kalau dua orang itu pasti merupakan dua orang yang
penting sekali artinya, tapi diam-diam ia berdoa, moga-moga saja kedua orang tersebut bukan dua
orang tersebut.

Kalau tidak, ia lebih suka mati terbunuh di tangan Cia Siau giok sedari tadi.
Siapa tahu jawaban dari Cia Siau giok justru merupakan jawaban dari apa yang tak ingin di
dengarnya:
(Bersambung ke Jilid 24)
Jilid : 24
DUA ORANG itu adalah dua orang yang kau bawa pulang kemarin, oleh sebab itu kau boleh
memikirkan akibatnya!
Tiba-tiba saja Cia sianseng merasakan sepasang kakinya menjadi lemas, seandainya dia tidak
secara kebetulan berdiri ditepi dinding sehingga tangannya dengan cepat bisa berpegangan diatas
dinding, hampir saja tubuhnya terjengkang keatas tanah.
Sekarang, ia sama sekali tidak merasa berterima kasih lagi atas budi Cia Siau giok yang tidak
membunuhnya tadi, sebab dia menemukan kalau penghidupan selanjutnya akan dilalui dengan
penuh kesusahan dan kesulitan yang memusingkan kepala.
Siau hiang telah naik ke kereta lagi, Ah ku pun telah memutar keretanya, tugas mereka telah
selesai dan sekarang harus berlalu dari tempat tersebut.
"Adik cilik, apakah kau hendak pergi?" "Cia Siau giok segera menegur sambil tertawa.
"Benar", jawab Siau hiang. Setelah mengganggumu setengah harian lamanya, sekarang kami
harus minta diri."
"Apakah kau tak ingin tahu Ting kongcu telah pergi kemana? Dan bagaimana caranya kalain
baru bisa bersua dengannya?" tanya Cia Siau giok lagi sambil tertawa.
"Tidak usah, kongcu telah berpesan kepada kami bagaimana caranya untuk bersua muka
nanti!"
"Itu mah kalau dia pergi seorang diri, sekarang dia harus membawa serta dua orang untuk
meninggalkan tempat ini, sudah jelas gerak-geriknya tak akan leluasa, rencana tersebut harus
dirubah, oleh sebab itu dia suruh aku menyampaikan pesan ini kepada kalian. . . ."
"Kalau begitu terima kasih lebih dulu, apa pesan kongcu kami?" buru-buru Siau hiang
bertanya.
Cia Siau giok tertawa.
Walaupun Ting toako membawa pergi dua orang dari sini, tapi aku telah berhutang budi
kepadanya, oleh sebab itu diantara kami tidak terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan, kami
tetap masih berpisah secara baik-baik!"
"Aku percaya, sebab bila sampai terjadi keributan di dalam sana, kongcu pasti akan keluar
melalui pintu depan, tiada orang yang mampu menghalanginya!"
Cia Siau giok cuma tertawa, dia tidak dibikin tak senang hati oleh perkataan tersebut, cuma
katanya lagi:

"Diantara kita memang tak punya dendam sakit hati apapun, buat apa mesti ribut sampai ada
darah yang bercucuran? Lagi pula Ting toako adalah tuan penolongku, masa aku akan bersikap
kurang ajar kepadanya!"
"Cia siocia sebenarnya apa yang dikatakan kongcu kami?" tak sabar Siau hiang menukas.
"Ting toako berpisah denganku dalam suasana riang" kembali Cia siau giok berkata sambil
tertawa, "sebaliknya kalian malah ribut dan bertarung sendiri di muka pintu, hal ini sedikit banyak
membuat aku yang menjadi tuan rumah seperti kehilangan muka, oleh sebab itu bila kau
menginginkan jawaban dari mulutku, paling tidak kau pun harus membuat aku tak sampai
kehilangan muka.
Apa yang kau hendaki sehingga tak sampai kehilangan muka?"
Cia Siau giok tertawa.
"Itulah persoalanmu sendiri, masa kau malah bertanya kepadaku? Menurut pendapatmu
bagaimana kau harus berbuat untuk menyatakan rasa penyesalanmu itu?"
Siau hiang menyaksikan sepasang matanya memandang terus tenggorokan Cia Sianseng
dimana darah masih menetes keluar tiada hentinya, itulah akibat dari ayunan pisau terbang yang
dilemparkan Ah ku.
Untung saja pisau terbang tersebut kena dipukul rontok oleh pedang Cia Siau giok, kalau tidak
maka Cia Sianseng akan menjadi salah satu korban pisau terbang milik Siau li hui to setelah yang
empunya mati seratus tahun berselang.
Pisau terbang itu masih tergeletak diatas tanah, walaupun Cia siau giok tidak memandangnya,
namun pengharapan yang menghiasi wajahnya, tak bisa mengelabuhi siapa saja.
Maka sambil tertawa Siau hiang berkata lagi:
"Nona Cia, walaupun pisau terbang yang dilemparkan Ah ku hanya melukai kulit leher dari
congkoan kalian, tapi pisau terbang itu dirontokan olehmu, kami pun tidak berhasil meraih
keuntungan apa-apa, sebaliknya pihak kalian pun tidak menderita kerugian yang terlampau besar,
bukan kah begitu!"
Maksudmu aku tidak seharusnya mencampuri urusan ini?
Aku tidak berani mengatakan demikian", sahut Siau hiang sambil tertawa ringan, aku hanya
bilang setelah nona Cia turun tangan, kami yang menjadi bawahan mana berani ribut denganmu?
Pisau terbang itu rontok ditanganmu, maka kamipun tak berani mengambilnya kembali, sebab
kami telah berjanji kepada Cia Congkoan, bila dia sanggup menerima serangan itu maka pisau
terbang akan kuberikan kepadanya, sekarang pisau itu berhasil dirontokkan nona Cia, terpaksa
kami pun hadiahkan pisau tersebut untuk nona Cia.
Tak terlukiskan rasa gembira Cia Siau giok setelah mendengar perkataan itu. memang itulah
tujuannya yang terutama, dia sengaja mencari alasan lain padahal tujuannya adalah untuk
mendapatkan pisau terbang tersebut.
Sekarang Siau hiang menghadiahkan pisau tersebut kepadanya, bagaimana mungkin hatinya
tak senang?, Hanya diluaran saja dia harus berlagak menolak.
Sambil menarik muka, dia segera berseru:

"Omong kosong, siapa yang kesudian dengan sebilah pisau terbang rongsokan macam
begitu?"
"Hanya kami orang-orang dari keluarga Liong yang boleh mengucapkan perkataan tersebut,:
kata Siau hiang dengan wajah serius, "sebab makco dari keluarga Liong kami Lim Si ing pernah
memperingatkan anak cucunya agar jangan mencari nama dengan mengandalkan pisau terbang
milik Siau li huito, kecuali kami, siapakah yang berani memandang rendah pisau tersebut,
bukankah ayahmu Cia tayhiap pun pasti akan bersikap sangat menghormati bila menjumpai pisau
terbang tersebut?"
Betapapun binal dan tak tahu aturannya Cia Siau giok, ternyata ia menerima teguran tersebut
tanpa membantah.
Sebab Siau hiang she Liong Siau hiang boleh memandang remeh nilai dari pisau terbang Li
Sin huan, sebab dia cukup berhak untuk berbuat demikian.
"Selain dia, orang lain memang tak berani bersikap kurang sopan terhadap pisau terbang itu.
Walaupun Li Sin huan sudah mati banyak tahun, namun keturunannya atau cucu muridnya
masih tetap berkelana dan melakukan pekerjaan budiman untuk meneruskan cita-cita luhurnya,
mereka cukup mengetahui betapa sulitnya leluhur mereka dalam memupuk nama baik, oleh sebab
itu mereka bersumpah tak akan mencari nama, melainkan muncul dengan wajah yang berbedabeda
untuk menolong umat manusia.
Mereka semua adalah pendekar pendekar sejati yang berjiwa besar, dan lagi ilmu pisau
terbang mereka sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, mereka tidak memerlukan pisau
terbang sungguhan, hanya selembar daun atau kayupun bahkan selembar kertas main dari bocah
pun, ditangan mereka benda-benda tersebut dapat memperlihatkan kehebatannya.
Selama banyak tahun ini, seringkali ditemukan kaum jahanam dan manusia laknat ataupun
manusia munafik yang berlagak baik, ditemukan tewas diujung senjata yang beraneka ragam,
mereka tewas tanpa menimbulkan sedikit suara pun.
Sekalipun siapa saja tak bisa membuktikan kalau perbuatan itu dilakukan oleh keturunan Li Sin
huan, namun siapapun tak bisa membuktikan kalau bukan.
Siau li hui to sudah dianggap manusia suci dalam dunia persilatan, oleh karena itu tak heran
kalau Cia Siau giok merasa agak kuatir setelah mendengar perkataan tersebut.
Sebab selama banyak tahun ini, hanya mereka yang bertindak menuruti cara hidup Li Sin huan
saja yang dianggap sebagai pendekar sejati, asal ada orang yang menjelek-jelekkan Li Sin huan,
dia pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal.
Cia Siau giok yang ditegur sama sekali tak berani mengumbar amarahnya, hanya wajahnya
segera berubah menjadi sama sekali tak berperasaan, serunya sambil tertawa dingin.
"Hmmm, siapa yang kesudihan dengan pisau mu itu!"
Siau hiang tertawa.
"Pisau itu memang mahal artinya, kecuali dapat dijadikan sebagai barang kenangan, dari pisau
itu pun bisa ditemukan sebab-sebab mengapa Li Sin huan menjadi jagoan yang tak terkalahkan
didunia ini, Cuma ketika Ah Ku toasiok menyerang anggota perkampunganmu dengan pisau

terbang, nona Cia berhasil mematahkan serangannya, kalau dihitung-hitung kami sudah kena
dipecundangi, bila nona menahan pisau tersebut, maka nama baik perkampungan Sin kiam san
ceng pun tak akan mendapat kerugian apa-apa"
Sekarang Cia Siau giok baru tertawa, katanya dengan cepat:
"Nah, ucapan tersebut baru dirasakan agak enak untuk didengar"
"Sekarang, apakah Cia sioucia sudah bersedia untuk memberitahukan kepadaku apa pesan
dari kongcu?"
Cia Siau giok tertawa.
"Dia bilang dimana kalian harus bertemu, disitulah kalian menunggu, perkampungan Sin kiam
san ceng tak akan bisa mengurung dirinya!"
Beberapa patah perkataan itu sedikit banyak bernada mempermainkan, sebab diucapkan atau
tidak, keadaan tetap sama saja, bahkan kemungkinan besar Ting peng tidak memberikan pesanan
apa2, sebaliknya gadis itulah yang mengarang sendiri, namun terhadap kenyataan hal mana
memang tidak mendatangkan pengaruh ataupun perubahan apapun jua.
Ternyata Siau hiang tidak kelihatan gusar, setelah mengucapkan terima kasihnya berulang
kali, dia naik kedalam kereta dan menitahkan kepada Ah-ku untuk berangkat.
Cia Siau giok kelihatan gembira sekali, dia segera memungut pisau terbang tersebut dan
diperiksanya setengah harian dengan sangat berhati-hati, kemudian senyuman yang menghiasi
wajahnya kian bertambah tebal. Pisau tebang itu memang pisau terbang yang berharga sekali,
terutama tulisan "Li" diatas tubuh pisau tersebut, hal ini membuktikan kalau pisau mana
merupakan pisau terbang yang sering kali digunakan Li sin huan sendiri.
Cia sianseng turut berjalan mendekat.
Sambil menahan malu dia ikut memeriksa sejenak pisau terbang itu, kemudian baru bertanya:
Nona, setwaktu Ting Peng membawa pergi kedua orang itu, apakah dia pun membawa serta
pedang tersebut?"
Tidak, walaupun Ting Peng lihay, dia masih belum memiliki kepandaian untuk masuk ke
gudang mestika!"
Aaaah, kalau begitu bagug sekali, seru Cia sianseng cepat, untung saja gudang mestika kita
tetap utuh, senjata kenamaan yang tercatat dalam kitab senjatapun tak kekurangan sebuah pun"
"Apa gunanya semuanya itu? Yang kita peroleh cuma senjata-senjata yang mati, tanpa orang
hidup mana kepandaian kita bisa bertambah hebat.. . ?`
Orang hidup tak mampu melindungi barangnya, karena itu barang-barang tersebut baru bisa
terjatuh ke tangan kami, hal ini membuktikan kalau senjata jauh lebih berharga daripada
manusianya!" "
Cia Siau giok menghela napas panjang.
Setiap jaman tentu akan muncul manusia kenamaan, benda-benda tersebut sudah menjadi
barang antik semua, apabila kita dapat mengumpulkan semua senjata andalan yang dipergunakan
jagoan persilatan sekarang, itu baru namanya luar biasa.

Aaaah, itupun sudah cukup banyak, kata Cia sianseng sambil tertawa lebar.
Cia Siau giok mendengus dingin.
"Hmmm, masih terpaut jauh sekali, bila tiga macam senjata tak berhasil kita kumpulkan, maka
semua mestika dalam gudang sama artinya dengan benda yang tak berguna!"
"Tiga macam yang mana? tanya Cia sianseng dengan wajah tertegun.
Pedang mestika bertaburkan tiga belas mutiara milik Yan Cap sa, Pedang sakti keluarga Cia
dari perkampungan Sin kiam san ceng ."
Bukankah semuanya tersimpan dalam pesanggrahan Cong kiam lu?" seru Cia sianseng cepat.
Cia Siau giok segera tertawa dingin.
Dalam perkampungan Sin kiam sanceng sudah tidak terdapat lagi pesanggrahan Cong kiam
lu, masa pedangnya masih ads disitu.
"Sudah tak ada. Mass dibawa pergi oleh cengcu?"
"Benar, aku pernah masuk kesana dan secara diam-diam pernah membongkar kedua kuburan
tersebut, namun isinya kosong melompong!"
"Tiada peti mati? Tak ada tulang belulang?" "
"Sudah kukatakan disitu kosong!"
"Mungkinkah disembunyikan ditempat rahasia lainnya?".
Cia Siau giok mendengus lalu tertawa dingin.
"Walaupun pesanggrahan Cong kiam lu merupakan tempat yang paling rahasia dari
perkampungan Sin kiam san ceng, sesungguhnya tempat itupun merupakan tempat yang paling
tak ada rahasianya, empat penjuru dikelilingi dinding pemisah, namun didalamnya sama sekali tak
ada sesuatu benda apapun.
"Lantas mengapa majikan mempelakukan daerah disekitar tempat itu sebagai tempat terlarang
yang paling dirahasiakan."
"Dahulu aku tidak tahu, sekaramg aku baru mengerti, rupanya dia sedang melatih perasaan
disitu untuk mencapai ketingkatan yang lebih tinggi lagi"
Ke tingkatan yang lebih tinggi?, Masa ilmu pedang majikan masih bisa maju lebih tinggi?"
Siapa bilang tidak? Dahulu dia pernah kalah diujung pedang Yan Cap sa ketika yang terakhir
mengeluarkan jurus simpanannya, kemudian buktinya jurus itu tak mempan terhadap budak-budak
yang mengitarinya, hal ini membuktikan kalau tingkat kepandaian silatnya telah memperoleh
kemajuan yang lebih pesat lagi.
Cia Sianseng hanya membungkam diri sambil berdiri melongo, seakan-akan baru pertama kali
ini dia mendengar ucapan tersebut, dan baru pertama kali ini dia mengetahui kalau ilmu pedang
majikannya masih bisa memperoleh kemajuan yang lebih hebat lagi.

Suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun untuk beberapa waktu
lamanya kedua belah pihak hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.
ooo0ooo
PEDANG BAJA DARI SIONG YANG
SIAU HIANG masih duduk dalam kereta sedang Ah-ku menjalankan keretanya menuju ke
sebuah hutan disebelah kiri perkampungan Sin-kiam san-ceng, disitulah Ting-Peng berpesan agar
mereka menunggu, Ting- Peng bermaksud untuk menyelidiki perkampungan Sin-kiam san-ceng
secara diam-diam, diapun tahu untuk memasuki perkampungan tersebut ia tak usah melewati
jalan air di depan.
Setiap gedung persilatan yang besar dan kenamaan, selalu akan tersedia satu atau dua jalan
rahasia yang tidak terkecuali partai2 persilatan besar sekalipun.
Hal ini bukan dikarenakan mereka bermaksud hendak melakukan suatu pekerjaan rahasia
melainkan dikarenakan orang yang melakukan perjalanan dalam dunia persilatan pasti akan
mempunyai satu dua orang musuh besar, siapapun tak akan menduga kapankah musuhnya akan
datang, bila keadaan berbahaya, dengan tersedia jalan rahasia tersebut berarti dia akan dapat
meloloskan diri bila mana perlu.
Tentu saja perkampungan Sin kiam san ceng pun tidak terkecuali, jalan tembus disana bukan
cuma sebuah saja, semenjak Cia Siau giok menjadi majikan disana, bukan saja dia menemukan
dua jalan rahasia, bahkan diapun membuat lagi jalan tembus lainnya, cuma dia tak menyangka
kalau masih ada jalan lain yang sebetulnya belum dia temukan.
Ketika Ting Peng berbincang-bincang dengan Cia Siau hong dalam pesanggrahan Cong kiam
lu tempo hari, mereka dapat bergaul sangat akrab, sehingga banyak sekali rahasia yang tidak
diketahui putrinya, Cia Siau hong memberitahukan hal tersebut kepada pemuda ini.
Bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi Ting peng untuk memasuki perkampungan Sin
kiam sanceng secara rahasia, bukan pekerjaan yang mudah pula baginya untuk lebih maju
selangkah dengan menemukan rahasia dalam perkampungan itu, sebab Cia Siau hong pernah
berkata demikian kepada Ting peng:
"Rumahku ini sudah tak bisa dianggap sebagai milikku lagi, ada banyak persoalan, ada banyak
tempat yang tidak kuketahui, bila lote ada kesempatan berusahalah untuk melihat sendiri, aku
sendiri mempunyai kesulitan yang membuatku tak leluasa!" Ting peng tidak bertanya kepada Cia
Siau hong, kesulitan apakah itu. kalau toh orang sudah bilang tak leluasa, tentu saja hal ini berarti
sulit baginya untuk membicarakannya.
Apalagi dia sendiri bisa pergi ke situ untuk melakukan pemeriksaan sendiri.
Oleh sebab itu, sebelum pergi ke sana untuk ketiga kalinya, diapun menyusun suatu rencana
yang matang.
Walaupun dia tidak memiliki pengalaman dunia persilatan yang terlalu banyak, tapi kepandaian
silat maha dahsyat yang dimiliki itu bukan saja telah menciptakan kemampuan yang luar biasa
kecerdasannya pun memperoleh pula kemajuan yang pesat.
Orang yang tajam pikirannya tentu lemah dalam kekuatan, itulah sebabnya kebanyakan pelajar
memiliki tubuh yang lemah.
Berbeda halnya dengan orang yang belajar silat, kemajuan yang dicapai dalam ilmu silat selalu
akan dlimbangi pula dengan kemajuan dalam kecerdasan, jika seorang jago silat telah berhasil

mencapai suatu kemajuan tertentu. selain kondisi badannya akan bertambah baik, kecerdasan
otak nya pun akan bertambah tajam.
Oleh sebab itu Ting Peng menyuruh Siau hiang dan Ah Ku sengaja membuat keonaran
didepan perkampungan Sin kiam san ceng, padahal dalam kenyataannya adalah untuk menutupi
tujuan untuk menyusup ke dalam perkampungan itu serta melaksanakan tugas rahasianya.
Akhirnya apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai separuh bagian, dia telah melihat banyak
hal yang tak diketahui orang lain, cuma dia toh masih tak sempat melihat beberapa diantaranya.
Sebetulnya dia dapat masuk lebih dalam lagi karena seseorang hal ini menjadi terbengkalai.
Dia adalah seorang pemuda yang tampan dan penuh memancarkan sinar kegagahan, pemuda
itu terkurung didalam sebuah ruang rahasia.
Dia telah menolong pemuda itu mesti tak diketahui karena apa, sebab dia sama sekali tak
kenal dengan orang itu.
Sewaktu pemuda itu ditemukan, dia berada dalam keadaan tak sadarkan diri, hanya
berdasarkan kesan pertama saja, dia sudah menyukai pemuda ini, dia bertekad akan
menolongnya, karena dia Ting Peng terpaksa menampakkan diri dan tidak melakukan
penyelidikan lebih jauh.
Sewaktu Siau hiang tiba dalam hutan. Ting Peng sudah menunggu disana, sedang pemuda
tersebut masih tergeletak ditanah.
Sambil turun dari keretanya. Siau hiang segera berseru:
"Kongcu, kami telah datang!"
Ting Peng manggut manggut.
"Tidak menjumpai kesulitan apa-apa?"
"Tidak!" Siau hiang tertawa, ""hanya Cia congkoan mereka telah bertarung melawan paman Ah
Ku gara-gara menghalangi kita masuk kedalam...!"
Ting Ping segera tertawa.
"Cia sianseng itu memang bukan manusia yang bisa dilawan dengan baik, cuma aku pikir Ah
Ku tak bakal menderita kerugian.!
"Tentu saja paman Ah Ku tak bakal menderita kerugian, dia telah menghadiahkan sebuah
pisau terbang ke tubuhnya, andaikata Cia Siau giok tidak menolong tepat pada waktunya, mungkin
pisau terbang tersebut akan merenggut selembar jiwanya.
Walaupun ilmu pedang Cia sianseng tidak becus, tapi dia tak akan lebih rendah
kemampuannya daripada ketua dari enam partai besar, masa pisau terbang Ah Ku bisa
melukainya?"
"Siau li si pisau terbang, tak pernah meleset dari sasarannya."

"Aaah, kau bikin aku menjadi bingung saja, mengapa kalian bisa membicarakan soal Siau li si
pisau terbang?"
"Pisau terbang yang dipergunakan Ah Ku adalah pisau terbang peninggalan Li Sin huan tempo
hari, meskipun caranya melemparkan senjata tersebut tidak benar, akan tetapi kemampuan dan
daya serangannya, tak mungkin bisa ditahan oleh Cia sianseng"
"Darimana Ah Ku bisa memiliki pisau terbang warisan Li Sin huan..?"
"Aku yang berikan kepadanya, pisau itu diwariskan leluhurku kepadaku ......"
Dia menyaksikan kebingungan diwajah Ting Peng, maka dijelaskan lebih jauh.
"Aku tidak she Li, aku she Liong, keturunan dari Liong Siau im dan Lim Si ing!
Ting Peng tidak nampak terkejut ataupun keheranan, dia malah manggut-manggut.
"Tak aneh kalau begitu, aku selalu merasa kalau kau berbeda sekali dengan perempuan lain.
Nyatanya kau memang mempunyai asal usul yang luar biasa!"
Siau hiang tertawa getir.
"Keturunan Liong Siau im belum bisa dikatakan sebagai asal-usul yang luar biasa" katanya.
Ting Peng segera tertawa.
"Dalam hal ini kaupun tak usah merasa rendah diri, sebab orang yang bisa berada setingkat
dengan Li Sin huan, biasanya dia tentu seorang manusia yang luar biasa!"
"Sayang sekali orang lain tidak menganggap hal itu sebagai hal yang luar biasa, buktinya
keluarga Liong kami tak pernah bisa mengangkat kepala lagi didalam dunia persilatan"
"Hal ini dikarenakan kalian terkurung oleh bayangan hitam dari Li Sin huan, seharusnya kalian
mesti membangkitkan semangat dan melakukan suatu perbuatan yang bisa dibanggakan
dihadapan orang lain!"
"Hari ini aku telah melakukannya" ucap Siau hiang sambil tertawa, "aku telah menghadiahkan
pisau terbang milik Li Sin huan untuk Cia Siau giok. .!"
"Suatu perbuatan yang sangat bagus, bila anak cucu keluarga Liong harus selalu menggembol
pisau terbang milik Li Sin huan, sesungguhnya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang amat
tak sedap dipandang, walaupun diantara kedua keluarga tersebut sudah tidak membicarakan soal
dendam kesumat lagi, tapi paling tidak kalian pun tak usah membonceng ketenarannya!"
Mendadak air mata jatuh bercucuran membasahi wajah Siau hiang, sambil menjatuhkan diri
berlutut dan menyembah beberapa kali, dia berseru dengan terharu:
"Terima kasih banyak kongcu, inilah suatu ucapan yang tak akan kulupakan untuk selamanya!"
"Tapi ucapanku ini suatu perkataan yang sangat biasa!" kata Ting Peng dengan wajah
tercengang.
"Tapi setiap kali orang lain tahu kalau aku adalah keturunan dari Liong Siau im, mereka pasti
membeberkan kembali kesalahan demi kesalahan yang telah dilakukan oleh leluhur kami, mereka
tak pernah menganjurkan diriku untuk berbuat begini berbuat begitu."

Ting Peng segera tertawa.
"Sekalipun dibeberkan kembali juga bukan masalah, Li Sin-huan berhasil dan bernama besar,
sejak awal sampai akhir tidak menderita kerugian apa pun juga, sekalipun dia menderita
sepanjang masa gara-gara Mak co mu Lim Si ing, tapi akhirnya toh berhasil menemukan ganti nya
dari tubuh Sun Siau hong, sebaliknya kalian menderita kerugian besar akibat peristiwa tersebut,
jadi kau dihitung kembali justru dialah yang masih berhutang kepada kalian!"
Dengan terharu Siau hiang berkata:
"Selama seratus tahun belakangan, Kong cu adalah orang kedua yang berkata demikian, aku
rasa leluhurku dialam baka pasti akan berterima kasih sekali atas perkataanmu itu"
"Siapakah orang yang lain?"
"Li Sin huan sendiri."
Selama seratus tahun belakangan ini, kejadian tersebut sudah menjadi buah bibir setiap orang,
hampir semua manusia tahu dan membicarakan masalah tersebut, tapi apa sebabnya cuma dia
orang yang memberikan penilaian demikian?
Li Sin huan sudah merupakan malaikat diantara para pendekar.
Sebaliknya Ting Peng justru penuh diliputi oleh napsu iblis, mengapa mereka berdua justru
mempunyai pemikiran yang sama? Padahal kedua orang itu mempunyai cara bekerja yang sama
sekaii berbeda?
Tapi mereka justru mempunyai pula banyak persamaan satu sama lainnya.
Mereka berdua sama-sama merupakan manusia yang mempunyai perasaan yang kaya.
Mereka adalah manusia-manusia yang cerdas dan berakal panjang.
Mereka pun sama-sama manusia yang menggunakan golok, bahkan berhasil dalam
permainan goloknya hingga mencapai suatu taraf yang sukar diimbangi orang lain.
Baik malaikat atau iblis, kedua-duanya merupakan suatu tingkatan perasaan yang amat tinggi.
Bila sudah berada dalam keadaan demikian! malaikat belum tentu selalu lurus, iblis pun belum
tentu selalu sesat.
Mungkin, inilah yang dinamakan meski bercabang-cabang, sesungguhnya asalnya tetap satu.
Mungking teori ini kelewat dalam.
Teori yang dalam belum tentu dipahami Ting Peng, tapi sewaktu dia mendengar dirinya
disamakan dengan Li Sin huan, diapun tidak merasakan suatu perasaan bangga, tidak pula
merasa terkejut atau tercengang yang luar biasa.
Dia seakan-akan merasa kalau hal tersebut sudah merupakan suatu keharusan.
Tapi dalam pandangan Siau hiang, Ting Peng pada saat ini seakan-akan jelmaan dari malaikat
suci, malaikan suci yang telah melampaui tingkatan Li Sin huan..

Sebab dia adalah keturunan keluarga Liong, orang-orang dari keluarga Liong tidak lagi
membenci Li Sin huan, tapi merekapun tidak mengangapnya sebagai malaikat.
Dengan termangu-mangu Siau Hiang mengawasi wajah Ting Peng, sorot matanya penuh
pancaran rasa hormat dan kagum.
Kini, dia bersedia mati seribu kali, bahkan selaksa kali demi orang ini.
ooo0ooo
Pemuda itu masih tergelatak tak sadarkan diri di atas tanah, ketika mereka sedang
berbincang-bincang. Ah Ku membungkukkan badan untuk memeriksa anak muda tersebut.
Ia segera mengetahui kalau pemuda tersebut ditotok oleh semacam ilmu menotok jalan darah,
tapi walaupun dia telah mencoba membebaskan pengaruh totokan itu dengan tujuh belas macam
cara, tak satupun yang berhasil.
Sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa Ting Peng berkata:
"Ah ku percuma, akupun telah mencobanya, meski ilmu membebaskan jalan darah yang
kumiliki tidak lebih banyak darimu tapi keenam macam cara yang kugunakan sama sekali berbeda
dengan cara yang kau pergunakan barusan, nyatanya dia sama sekali tak bereaksi, Siau hiang,
kau adalah kitab berjalan dari dunia persilatan, coba kau amati dulu siapakah orang ini ?"
Siau hiang mengamatinya beberapa saat, kemudian baru berkata:
"Budak tidak kenal, orang ini belum pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi
kalau dilihat dari mimik wajahnya, sudah pasti dia adalah keturunan dari keluarga ternama!"
Soal ini tak usah kau katakan lagi", kata Ting Peng sambil tertawa tergelak, dia bisa disekap
didalam ruang rahasia oleh Cia Siau giok dengan penjagaan yang begitu ketat diluar ruangan, bisa
disimpulkan bila orang itu bukan manusia yang penting artinya, tak mungkin dia akan diperlakukan
secara khusus, itulah sebabnya aku lantas menyelamatkan dirinya dari sekapan!"
Siau hiang berjalan mendekat, berlutut disisinya dan memeriksa tangannya beberapa saat,
kemudian sambil memperhatiken telapak tangan orangitu, Katanya:
0rang ini mempergunakan pedang, bahkan memiliki kesempurnaan yang mengagumkan anak
muda jaman sekarang amat jarang ada jagoan yang begini lihaynya"
"Dalam hal ini akupun dapat melihatnya tapi bila tidak mengetahui siapakah dia ucapanmu
semua hanya ucapan yang tak berguna.
Siau hiang tertawa.
Tidak semuanya perkataan tak berguna menurut apa yang dilihat didepan mata sekarang, ada
dua hal yang berhasil kuperoleh, meski budak tidak kenal siapakah dia, tapi besar kemungkinan
bisa menebak asal usulnya!"
"0ooh, menurut kau, Siapakah dia?.
"Delapan sembilan tak akan terpisah dari sepuluh, dari beberapa keluarga ilmu pedang, yang
ada dalam dunia persilatan dewasa ini, hampir sebagian besar sudah kena ditekan oleh
kewibawaan keluarga Cia dari perkampungan Sin kiam San ceng, sikap mereka biasanva suram
dan tak akan memancarkan kegagahan seperti ini, hanya anak keturunan keluarga Kwik dari

Siong Yang yang belum pernah bentrok dengan keluarga Cia, bahkan masih bisa memperlihatkan
kegagahannya sebagai seorang jago pedang!"
""Aku pikir ucapan tersebut kelewat didipaksakan kebenarannya!"
"Ilmu pedang keluarga Kwik dari Siong yang mengutamakan keterbukaan, kegagahan dan
kecepatan, itulah sebabnya para jago pedangnya selalu dipancari oleh sikap yang gagah perkasa,
dilihat dari mimik wajah pemuda tersebut dapat dilihat betapa gagahnya dia, tak mungkin
kegagahan semacam itu bisa dipupuk melalui ilmu pedang keluarga lain, bagaimana menurut
pendapat kongcu?
"Ehmmm, kalau ucapan ini mah masih masuk juga diakal!"
"Ketiga orang yang bisa dipandang serius oleh Cia Siau giok pun hanya anak keturunan dari
keluarga Kwik di Siong yang!"
"Ucapan inipun kelewat dipaksakan kebenarannya!`
"Aku yakin alasanku yang ke empat ini mempunyai kekuatan yang cukup memadahi, keluarga
Cia sedang mengumpulkan pelbagai senjata kenamaan yang pernah tercatat dalam kitab senjata,
mereka hanya kekurangan pisau terbang dari Li Sin huan yang menempati urutan ke empat,
sewaktu kuberikan pisau terbang milik Li Sin huan kepada mereka tadi Cia Siau giok maupun Cia
sianseng tak dapat mengendalikan rasa girang dihatinya, hal ini membuktikan kalau mereka sudah
berhasil mendapatkan pedang baja dari Siong yang dan cuma kurang pisau terbang dari Li Sin
huan, padahal pedang baja dari Siong yang hanya berada ditangan keturunan keluarga Kwik.
Sedang pemuda itupun terjebak dalam perkampungan Sin-kiam san-ceng"
"Aku tahu, alasanmu hampir semuanya cukup memahami," kata Ting Peng sambil tertawa,
Cuma sayang kau basih kekurangan bukti yang nyata, mengapa kitatidak menyadarkan dia lebih
dulu kemudian baru ditanyai duduk persoalan yang sebenarnya?"
"Kongcu dan paman Ah ku saja tidak berhasil menolong dia, masa budak bisa membantu?"
"Setan cilik, kau tak usah bermain setan lagi dihadapanku, bila kau tak mampu menyadarkan
dia, mungkin di dunia ini tiada orang bisa menyadarkan dirinya lagi!"
"Kongcu atas dasar apakah mengahrgai budak ?"
"Sejak aku tahu kalau kau adalah keturunan Liong Siau im, apu percaya kalau kau memiliki
keammpuan tersebut!"
"Mengapa ?"
"Sebab aku tahu kitab pusaka Leng hoa poo-ci peninggalan dari Jian bin khi jin (manusia aneh
bermuka seribu) Giok Lian hoa telah terjatuh ketangan keluarga Liong kalian, meskipun kitab
aslinya sudah hilang ditangan kakekmu ketika dia hendak menjumpai Sangkoan Kim hong untuk
menebus nyawa Li Sin huan, tapi sebagian besar isi kitab Kian hoa poo-ci tersebut sudah
diwariskan oleh Lim Si ing kepada putranya Liong keh im adalah seorang yang pintar dan sudah
pasti telah mengingat semua isinya, masa dia tidak mewariskan kepandaian tersebut kepadamu?"
"Untung saja ucapan ini diutarakan oleh kongcu, coba kalau orang lain mengetahui akan
persoalan ini, mungkin nyawa budak sudah terancam oleh mara bahaya"

Kembali Ting Peng tertawa.
"Siau hiang, kau tak usah kuatir, selama ada aku disisimu, maka kau tak usah menguatirkan
keselamatanmu lagi, sebelum orang lain melukaimu, dia harus mampu melangkahi mayatku lebih
dulu, dan agaknya hal ini merupakan suatu peristiwa yang mustahil bisa terjadi"
Siau hiang benar-benar merasa amat terharu, dia tidak jual mahal lagi, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah kotak perak dan didalam kotak tersebut terdapat belasan batang jarum
emas.
Dia mengeluarkan sebatang jarum dan segera ditusukkan kedalam jalan darah pemuda itu,
seakan-akan tak perlu diperhatikan lagi dengan matanya, tusukan itu begitu cepat dan sasarannya
tepat.
Rasa kaget segera menghiasi wajah Ah ku, tapi Ting Peng seakan-akan sudah mengetahui
akan hal ini, wajahnya sama sekali tidak menampilkan perasaan keheranan.
Tatkala Siau hiang menancapkan jarum emas yang kelima belas, pemuda itu mulai merintih
sambil membalikkan tubuhnya.
Sambil tertawa Siau hiang lantas berkata:
"Kwik kongcu, berbaringlah denagn tenang lebih dulu, baru saja jalan darahmu kutembusi,
sebentar jarum-jarum emas itu kucabut, kau baru boleh berbicara, kalau tidak, bila sampai
mengalami peredaran darah yang terbalik, bisa berabe jadinya!"
Pemuda itu menurut dan segera memejamkan matanya rapat-rapat kemudian berbaring tak
bergerak ditempat semula.
Dengan sangat berhati-hati sekali Siau hiang mencabuti jarum emas tersebut satu persatu
secara beraturan, setelah diseka dengan sapu tangan, jarum-jarum itu baru dimasukkan kembali
kedalam kotak.
Setiap jarum tersebut menancap satu inci lebih kedalam tubuh, namun ujung jarum sama
sekali tak nampak noda darah, bahkan setelah dicabut keluar pun dari lubang bekas tusukan tak
nampak darah yang mengalir keluar, hal mana kontan saja membuat Ah Ku semakin tertegun
dibuatnya.
Sambil tertawa Ting Peng segera berkata.
"Ilmu yang tercantum dalam kitab Lian hoa po ci sungguh luar biasa sekali, Siau hiang, apakah
kim ciam kay hiat ci hoat (ilmu membebaskan jalan darah dengan tusukan jarum emas) mu itu
dapat membebaskan segala macam totokan darah"".
"Benar, mendiang kakekku Liong keh im baru merasa menyesali kepicikan pikiran sendiri
setelah menjelang masa tuanya, maka diapun lantas memusnahkan semua cara untuk mencelakai
orang serta ilmu silat keji yang tercantum dalam kitab pusaka tersebut, yang tertinggal hanyalah
kepandaian-kepandaian untuk menolong manusia, bahkan ditambahi pula dengan beberapa
macam kepandaian yang tercantum dalam kitab Lian hoa Poo-ci, tapi masih lebih dari cukup untuk
digunakan menolong orang."
"Kakekmu benar-benar seorang manusia yang luar biasa!" seru Ting Peng kemudian dengan
wajah serius.
Siau hiang tertawa hambar.

"Sementara itu, sang pemuda tadi sudah dapat merangkak bangun dan duduk, tiba-tiba ia
berkata:
"Terima kasih banyak nona, atas bidu pertolonganmu"
"Jangan berterima kasih kepadaku Kwik kongcu, aku hanya membantumu untuk
menghilangkan pengaruh totokan, yang menyelamatkan dirimu dari sekapan musuh adalah
kongcu kami."
pemuda itu segera bangkit berdiri dan menjura dalam-dalam sambil berkata:
"Terima kasih atas pertolongan dari saudara, Kwik lm liong tak akan melupakan untuk
selamanya"
"Ooah, anda benar-benar she Kwik?" seru Ting Peng dengan wajah tercengang.
"Benar, bukankah nona itu kenal dengan diriku?"
"Aku pun tidak kenal" jawab Siau-hiang "apa yang kukatakan tak lebih hanya berdasarkan
dugaan saja. . ."
"Berdasarkan dugaan saja?" " seru Kwik In liong keheranan, "padahal nama marga yang ada
begitu banyak, mengapa nona justru memilih nama marga Kwik.
Tentu saja berdasarkan suatu analisa" kata Siau hiang sambil tertawa "sekarang aku tidak
salah menduga bukan, hal ini menunjukkan kalau analisaku tadi memang masuk di akal juga"
Ketika Ting Peng menyaksikan dia seperti hendak menanyakan sesuatu lagi, sambil tertawa
dia segera menukas:
"Bukankah saudara Kwik berasal dari perkampungan keluarga Kwik di kota Siong Yang?"
Kembali kwik In liong manggut-manggut.
Benar, Kepergian siaute ini merupakan kepergian siaute yang pertama kalinya, tapi saudara
dapat mengenali dusun siaute rupanya kita pernah bersua dimasa lalu?
Tidak, tapi golok Siong yang dari saudara Kwik amat kentara, setelah kupikir-pikir dan merasa
tiada keluarga lain yang merupakan keluarga persilatan, maka akupun lantas menduga kalau
saudara kwik berasal dari Siong yang.
Kwik in liong kelihatan gembira sekali.
Ucapan saudara kelewat sungkan, kami hanya membonceng ketenaran dari leluhur kami saja
untuk bercokol terus dalam dunia persilatan, padahal anak keturunan keluarga Kwik tidak
mempunyai kelebihan apa-apa, terutama sekali siaute, boleh dibilang benar-benar memalukan
sekali, belum setengah bulan keluar rumah aku sudah dipecundangi orang habis-habisan, belum
lagi pedang dicabut, orangnya sudab dirobohkan lebih dulu...."
Ketika berbicara sampai disitu, wajahnya segera menampilkan sesuatu perasaan batin yang
amat menderita.

"Bagaimana ceritanya sehigga sandara Kwik bisa terkurung didalam perkampungan Sin kiam
san ceng?" tanya Ting Peng kemudian .
Kwik In liong segera menghela napas panjang.
"Aaaai, sesungguhnya memalukan sekali kalau diceritakan, adapun kepergian siaute kali ini,
pertama untuk mencari pengalaman dalam dunia prrsilatan, kedua ingin mencari dua orang untuk
mencoba ilmu pedang yang kumiliki"
"Orang pertama yang saudara Kwik cari adalah Cia Siau hong dari perkampungan Sin-kiamsan-
ceng?"
"Benar, nama besar pedang sakti keluarga Cia sudah lama termashur dalam dunia persilatan,
siaute pernah mendengar semasa mudanya dulu dia pernah menyatroni pelbagai perguruan
pedang kenamaan dikolong langit dan akhirnya berhasil merebut gelar sipedang sakti yang tiada
tandingan tapi dia tidak mendatangi keluarga Kwik di Siong yang, aku tidak mengerti apa
maksudnya itu karena tidak memandang sebelah mata terhadap kami ataukah karena
menganggap ilmu pedang keluarga Kwik kami tidak berharga untuk mencoba, itulah sebabnya aku
hendak mencarinya dan menayai persoalan ini sampai jelas!"
"Persoalan ini tak usah kau tanyakan lagi kepadanya, sebab aku dapat memberikan jawaban
untukmu" kata Ting Peng sambil tertawa, dia bukannya tak ingin melainkan tak berani!"
"Tak berani ?"
"Benar tak berani, bukan hanya Cia Siau hong saja, bahkan setiap umat persilatan tak berani
mencari gara2 dengan orang perkampungan keluarga Kwik!"
"Saudara, walaupun perkampungan keluarga Kwik mempuyai nama dalam dunia persilatan,
itupun dikarenakan perjuangan leluhur kami, selama berapa puluh tahun ini meski kami tiada
hentinya melatih ilmu pedang kami secara tekun, namun amat jarang keluar rumah dan berkelahi
dengan orang, Siaute tidak mengetahui kalau keluarga kami memiliki nama dan kewibawaan
sebesar ini!"
Ting Peng tertawa.
"Saudara Kwik boleh tidak percaya, tapi kesemuanya ini merupakan kenyataan, cuma tak ada
orang yang berani memberitahukan kepadamu saja, untung saudrra Kwik bertanya kepada siaute,
coba kalau bertanya kepada orang lain, kemungkinan besar orang tak akan mengatakan apa
alasannya kepadamu."
"Apakah hal ini disebabkan nama dari perkampungan keluarga Kwik kami terlampau jelek? "
"Nama baik keluarga kalian sudah termashur dan dikenal setiap orang selama seratus tahun
belakangan ini keluarga kalian selalu dihormati dan disegani setiap orang"
"Siaute rasa peraturan perkampungan kami kelewat ketat diantara keturunan kami pun tak ada
yang berani berbuat ulah diluaran, semestinya orang tak usah jeri kepada kami.
Kembali Ting peng tertawa.
"Bila orang-orang dari keluarga kalian amat menghina orang dan mengandalkan kepandaian
untuk berbuat sewenang-wenang, tak mungkin orang lain akan merasa jeri kepada kalian, malah
justru orang akan berdatangan untuk menuntut balas atau minta pertanggungan jawab kalian,
justru karena keluarga kalian termashur karena kejujuran dan kegagahannya, maka orang

persilatan menjadi segan kepada kalian, menaruh hormat kepada kalian dan tak seorang pun
berani mendatangi perkampungan kalian untuk membuat keonaran"
Alasan tersebut tidak terlalu baik, tapi Ting Peng memang tak mampu memberikan alasan
yang lebih baik lagi, dia bukan seorang yang bisa membohong, tapi kalau dia berkata terus terang
dengan mengatakan bahwa selama ini keluarga Kwik bisa selamat karena selalu dilindungi oleh
anak murid dari Li Sin huan dan Hui kiam kek A hui, mungkin Kwik In liong tak sanggup menahan
diri.
Entah mengapa Ting peng memang menaruh kesan yang sangat baik terhadap pemuda ini,
dia tak ingin melukai nama baik serta harga diri dari bocah tanggung yang belum berpengalaman
itu.
Untung saja Kwik in liong masih polos dan mempercayai perkataan tersebut dengan begitu
saja.
Setelah menghela napas panjang, ujarnya:
"Aku pun tak lebih hanya bertanya saja, bukan benar-benar ingin mencari Cia Siau hong dan
menantangnya untuk berduel, aku pikir dia sudah termashur banyak tahun dan nama tersebut
sudah pasti bukan diperoleh secara kebetulan, ilmu pedangku belum tentu bisa benar-benar
menangkan dia, tentang kalau aku yang salah, seandainya dia yang sampai kalah, aku kan bisa
menjajarkan nama besarku setaraf dengan nama besar nya?.
Ting Peng semakin menyukai bocah ini, dia muda, jujur, polos, tidak terlampau tinggi hati,
berhati baik dan selalu memikirkan keadaan orang lain, dia memang seorang pemuda yang baik.
Oleh karena itu, sebetulnya dia ingin bertanya bagaimana sampai dia terjatuh di tangan orangorang
perkampungan Sin kiam san ceng pun segera diurungkan.
Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, mungkin dia sedang teringat akan suatu
peristiwa yang memedihkan hatinya.
Setelah ditahan sekian waktu, akhirnya tahan lagi dia berkata.
"Ketika aku datang ke perkampungan Sin kiam san ceng, dengan amat sungkan dan hormat
Cia Siau giok menjamuku, dia begitu cantik, begitu supel dan pandai bergaul, kami bisa
berbincang-bincang sangat luwes, masing-masing pihak merasa gembira sekali ...."
Kembali sorot matanya memancarkan kesedihan, tapi juga agak termangu seperti seseorang
yang terpikat oleh sesuatu.
Menyaksikan hal tersebut, Ting Peng menghela napas panjang, pikirnya kemudian:
"Lagi-lagi seorang pemuda kena dipikat oleh rayuan maut Cia Siau giok..."
Nada suara dari Kwik In liong lambat laun berubah menjadi marah, katanya lebih jauh:
"Aku bersikap hormat kepadanya, siapa tahu ternyata dia adalah seorang perempuan macam
begitu"
"Apa yang dia lakukan terhadap dirimu.?"

"Aku benar-benar tidak habis mengerti, mengapa dia berbuat demikian kepadaku, ia
mencampuri sayur dan arak tersebut dengan obat"
"Oooh...mencampuri sayur dengan obat?" seru Ting Peng tertahan.
"Yaa, dia telah mencampuri sayur dan arakku dengan obat perangsang, bahkan.."
Bagaimanapun juga dia adalah seorang pemuda yang masih polos, ketika berbicara sampai
disitu mukanya berubah menjadi merah karena jengah, kata-kata selalanjutnya pun tak mampu
dilanjutkan,
Ting Peng merasa terkejut sekali, dia tahu Cia Siau giok memiliki suatu kepandaian untuk
merayu, jarang sekali ada pemuda yang mampu menahan diri terhadap rayuannya, tapi
tampaknya Kwik In liong tak sampai terpikat oleh perempuan tersebut dengan begitu saja, hal ini
sesungguhnya merupakan suatu hal yang luar biasa.
Maka sambit tertawa katanya.
"Apa dia menyatakan rasa senangnya kepadamu?"
Kwik In liong manggut-manggut, bahkan menunjukkan rasa puasnya terhadap penjelasan dari
Ting peng tersebut.
Sesudah menghembuskan napas panjang, katanya lagi:
"Yaa benar, dia menunjukkan sikap yang kelewat hangat atau mau dibilang panas sekali!"
"Oooh, kalau begitu dia mencintai dirtimu?" kata Ting peng sambil tertawa.
"Tidak, dia tidak mencintai diriku, dia hanya mencintai pedang baja keluargaku, aku dapat
melihat kalau dia ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk menjebakku, agar aku
memghadiahkan pedang keluargaku itu kepadanya"
"Kalau begitu saudara Kwik keluar dengan membawa serta pedang baja keluargamu?"
"Benar, inilah lambang kehormatan dan kejayaan dari keluarga kami, setiap anak cucu
keluarga Kwik yang melakukan perjalanan didalam dunia persilatan pasti akan membawa pedang
ini, selain untuk menjaga diri, maksudnya agar selalu memperingatkan kita agar tidak melakukan
perbuatan yang tercela sehingga menodai nama baik leluhur kami, justru karena pedang baja itu
selalu berada disisi kami, maka aku bisa tetap mempertahan kesadaranku kendatipun berada
dibawah pengaruh obat, aku tak sampai terperangkap oleh siasatnya!"
Ting peng amat mengagumi atas keteguhan imannya, sambil tertawa tanyanya kemudian:
"Lantas kalian saling bertarung?"
"Tidak, berada dalam keadaan seperti itu, aku benar-benar tak mampu untuk turun tangan,
sebab dia bertangan kosong belaka, dan lagi tidak mengenakan busana.`
Tak tahan lagi Ting peng segera tertawa tergelak.
"Haaahhh . . . . haaahhh. . . haaahhh. . . dalam keadaan seperti ini memang tidak leluasa
bagimu untuk turun tangan, andaikata kau membunuhnya, sekalipun kau terjun ke sungai Huang
ho dan mandi sepuluh kali pun nodamu tak akan tercuci bersih!"

""Soal itu mah aku tidak takut, bagiku yang penting adalah hatiku tidak menaruh suatu maksud
buruk, aku sama sekali tidak menggubris terhadap pandangan orang lain, waktu itu aku tak bisa
turun tangan karena hatiku memang merasa tak mampu untuk turun tangan!..
Apa tindakan saudara Kwik selanjutnya?
"Terpaksa aku harus minta dini, diapun tidak menghantarku, namun aku mengerti bahwa dia
tak akan melepaskan aku dengan begitu saja, betul juga belum lagi berjalan keluar dari
perkampungan, aku sudah terkena sergapannya, dari dalam kebun tahu-tahu muncul sebuah
jaring besar yang mengurung aku dari atas"
Maka pedang baja milik keluarga Kwik pun terjatuh ketangan orang orang Sin kiam san ceng?"
Kwik In liong segera menggeleng.
Itu sih tidak, sewaktu aku berjalan masuk kedalam kebun, sudah kuduga kalau pedang ini sulit
untuk kupertahankan pada hari ini, maka aku telah mencari suatu tempat dan
menyembunyikannya!"
Mendengar perkataan tersebut, tak tahan lagi Ting Peng tertawa, ia mentertawakan
Kepolosan orang, ingin menyembunyikan diri suatu benda yang telah diincar orang di dalam
perkampungan Sin kiam san-ceng, mungkin hanya anak muda yang bisa berpikiran demikian.
Namun Kwik In liong amat mempercayai tempat penyimpanannya itu, kembali dia berkata:
Tempat yang kugunakan untuk menyembunyikan pedang itu amat rahasia sekali letaknya, tak
nanti mereka akan berhasil untuk menemukannya, aku melompat naik ke atas sebatang pohon
bwee tua dan menemukan sebuah cabang pohon yang amat tersembunyi, lalu kutancapkan
pedangku disana, kemudian Cia Siau giok sudah tiga kali menanyakan persoalan itu kepadaku,
dia berulang kali memaksaku untuk menyerahkan pedang itu, dari sini dapat disimpulkan kalau dia
belum berhasil emnemukan pedang bajaku itu!"
Ting Peng agak percaya, seandainya dia memang menyembunyikan pedang tersebut disana,
besar kemungkinannya Cia Siau giok memang tak akan berhasil menemukannya.
Akan tetapi setelah ia menyaksikan mimik wajah Siau hiang, dengan cepat anak muda ini tahu
kalau harapan pedang tersebut masih berada di tempat semula kecil sekali.
Cia Siau giok telah menyebarkan mata-matanya diseluruh penjuru perkampungan Sin kiam
san-ceng, tak mungkin mereka akan melepaskan setiap gerak gerik dari Kwik In liong dengan
begitu saja.
Namun diapun tak ingin menghilangkan rasa gembiranya, maka sambil tertawa ujarnya:
"Kwik-heng, harap kau memberitahukan letak pohon bwe tersebut kepadaku, siaute akan
mengambilkannya untukmu!"
"Tidak, aku hendak pergi mengambilnya sendiri"
Ting Peng segera tertawa.

"Saudara Kwik, walaupun perkampungan Sin kiam san ceng berusaha untuk mengumpulkan
berbagai macam senjata tajam yang tercantum dalam kitab senjata, hal tersebut dikarenakan
hobby saja, senjata tajam itu sama sekali tidak memiliki nilai yang terlampau luar biasa, dia tak
segan-segan melakukan kesalahan terhadap saudara Kwik, hal ini sudah pasti dikarenakan dia
mempunyai maksud lain.!"
"Akupun berpikir demikian, cuma ia sama sekali tidak mngajukan permintaan lebih jauh,
sehingga aku benar-benar tak bisa menebak apa maksud tujuannya yang sesungguhnya?"
"Perduli apakah maksud tujuannya, yang paling penting dia menaruh perhatian khusus
terhadap suadara Kwik, mengapa saudara Kwik harus menampakkan diri lagi untuk memasuki
perangkap?"
"Kali ini aku bisa bertindak lebih berhati-hati lagi"
Ting Peng tertawa.
"Serangan secara terang-terangan mudah dihadapi, serangan secara menyergap itulah yang
perlu dikuatirkan, saudara Kwik, senadainya sampai saatnya nanti lagi-lagi dia melemparkan
selembar jaring, apakah kau tak akan dibikin gelagapan lagi?"
Selapis rasa murung yang amat tebal segera menyelimuti wajah Kwik In liong, katanya
kemudian:
"Betul juga, entah jaring itu terbuat dari bahan apa? Selain keras dan kuat juga mempunyai
daya lentur yang besar, bila sudah membungkus dibadan maka rasanya mau meronta untuk
melepaskan diripun sukarnya bukan buatan, tapi aku harus menemukan kembali pedang itu!"
"Seandainya saudara Kwik mempercayai aku, serahkan saja kepada siaute untuk
mengerjakannya, tak sampai tiga hari pedang baja milik saudara Kwik pasti sudah kudapatkan
kembali!"
Kwik In liong termenung sambil berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Baiklah, aku tidak kuatir tidak melangsungkan duel satu lawan satu, tapi aku benar-benar
kuatir dengan siasat busuk mereka, apalagi pihak lawan pun tergantung seorang anak gadis aku
merasa sungkan untuk bertindak kelewat batas, kalau begitu terpaksa harus merepotkan saudara
sebentar. Aaah, betul, aku belum menanyakan nama saudara, coba kau lihat, aku betul-betul
sudah kelewat pikun.".
Ting Peng tertawa.
""Lebih baik saudara Kwik jangan bertanya lebih dulu, kalau tidak, kita bisa gagal menjadi
teman bahkan bisa jadi akan disusul dengan suatu pertarungan!"
"Maksudmu?"
Sebab akulah orang kedua yang hendak saudara Kwik cari untuk diajak berduel"
"Aaah, tak mungkin, orang kedua yang hendak kucari untuk kuajak berduel adalah seorang
jago golok muda yang bernama Ting Peng, dia menggunakan sebilah golok iblis"
Sambil tertawa dan menepuk-nepuk golok disisi tubuhnya, Ting Peng berkata:
"Apakah sebilah golok bulan sabit?"`

Kwik In liong segera menjerit sekeras-kerasnya.
"Haaahh, jadi kau .... kau adalah Ting Peng? "
"Betul, sasaran pertama dari saudara Kwik adalah Cia Siau hong, maka aku lantas menduga
bahwa akulah orang ke dua yang mungkin menjadi sasaranmu"
Kwik In liong segera menundukkan kepalanya rendah-rendah.
"Habis sudah sekarang! Habis sudah ....".
"Saudara Kwik ada persoalan apakah yang membuat pikiranmu tak bisa terbuka?
Kwik In liong menghela napas panjang.
"Aku sudah dipermainkan Cia Siau giok secara habis-habisan, tentu saja aku tak dapat pergi
mencari Cia Siau hong untuk diajak berduel, dan sekarang akupun menerima kebaikan darimu,
tentu" saja aku pun tak dapat mencarimu untuk diajak ber duel, hal ini bukankah berarti
perjalananku dalam dunia persilatan hanya perjalanan yang sia-sia belaka?"
"Saudara Kwik, kecuali kami berdua, apakah kau sudah tidak mempunyai sasaran ketiga yang
bisa diajak untuk duel?" kata Ting Peng sambil tertawa.
Dengan angkuh Kwik In Liong menjawab:
"Didalam dunia persilatan dewasa ini, kecuali kalian berdua, manusia darimana lagi yang
pantas untuk disebut sebagai seorang enghiong? Aku orang she Kwik kalau bukan mencari
enghiong untuk diajak berduel. apakah aku harus mencari kaum berandal?"
Ucapan tersebut cukup gagah dan perkasa, sayang Ting Peng lagi-lagi tertawa dingin.
"Heeehh. . . heeehhh. . . heeehhh. . . setelah Sangkoan Kim hong mati dulu, perkumpulan Kim
chee pang pun ikut buyar, tapi kakekmu Kw ik Siong yang cianpwe setelah mati, nama besar
Siong yang kiam masih termashur sampai dimana-mana, tapi kenyataannya didalam urutan nama
senjata dalam kitab senjata, nama Sangkoan Kim hong justru masih berada diatas nama Kwik
Siong Yang!"
Kwik In liong menundukkan kepalanya rendah-rendah, hal ini merupakan suatu kenyataan
yang tak bisa disangkal, maka sambil menghela napas panjang katanya kemudian:
"Aku sungguh berharap Sangkoan Kim hong mempunyai putra atau ahli waris yang masih
hidup didunia ini, sehingga aku dapat mencari mereka untuk diajak berduel, akan kubuktikan kalau
pedang Siong yang thi kiam belum tentu lebih kalah ketimbang sepasang gelang Liong hong siang
huannya...!"
"Saudara Kwik, mengapa sih kau masih panasan hati terus menerus? Mengapa tidak kau
bayangkan meskipun ilmu silat Sang koan kim hong mengungguli ayahmu, tapi sampai kini tidak
banyak orang yang bisa mengingatnya, sedangkan nama besar kakekmu masih dikenal dan
dihormati setiap orang, hal ini membuktikan kalau nama besar seorang enghiong belum tentu bisa
tetap langgeng hanya berdasarkan soal ilmu silat saja"
Kwik In liong menundukkan kepalanya semakin rendah.
"Tentang soai ini, akupun tahu!"

"Bila saudara Kwik sudah mengetahui akan hal ini, maka kau tak akan merasa sedih karena
kepandaianmu kalah dengan kepandaian orang lain, sewaktu baru pertama kali terjun kedalam
dunia persilatan dulu, siaute pun mempunyai jalan pemikiran seperti apa yang saudara Kwik
pikirkan sekarang, itulah sebabnya aku mendatangi perkampungan Sin kiam san ceng dan
mencari Cia Siau hong untuk mengajaknya berduel"
Konon pertarungan tersebut belum menghasilkan keputusan siapa menang dan siapa kalah?
"Boleh dibilang demikian, kata Ting Peng sambil tertawa, dalam kenyataan kami tak pernah
bergebrak secara sungguhan waktu itu, kami hanya berbicara saja, namun cukup dalam beberapa
patah kata saja, masing-masmg pihak sudah merasa lebih dari cukup!"
"Sudah cukup?"
"Betul, sudah cukup, hari itu kami berjumpa didalam pesanggrahan Cong kiam lu, waktu itu Cia
tayhiap sama sekali tidak membawa pedang tapi aku dapat merasakan bahwa kesempurnaan ilmu
silat yang dimilikinya sudah tak mamptu ditandingi oleh siapa saja!"
Termasuk golokmu pun tak sanggup?"
"Yaa, tidak sanggup golokku masih ada wujudnya, tapi dia sudah berhasil mencapai ke
tingkatan yang tidak berwujud, seperti ombak dahsyat ditengah samudra, se waktu dia
menggulung datang siapapun tak akan mampu membendungnya dengan pedang atau golok apa
pun jua "
Kwik In liong tidak bersuara.
Biasanya kalau membungkam akan berarti mengakui atas kebenaran dari perkataan lawan.
Ting Peng berkata lebih jauh.
`Setelah berada dalam keadaan seperti itu, akupun tak sanggup untuk mencarinya dan
menantangnya berduel karena aku tahu bahwa aku tak akan berhasil menangkan dia!"
Tapi ada pula orang mengatakan saudara Ting berhasil mengungguli dia"
Ting Peng segera tertawa.
"Boleh juga dibilang demikian, sebab selain kenyataan setiap orang boleh berkata demikian,
karena dia sudah menjauhkan diri dari soal nama dan kedudukan, tak mungkin dia akan mencari
orang untuk diajak berduel, bila kita menantang seseortang yang tak bersedia melayani tantangan
kita itu, maka siapapun dapat pula menangkan dia!"
"Seandainya ada orang hendak memaksanya untuk turun tangan?"
"Aku percaya diapun tak akan melancarkan serangan balasan!" ujar Ting Peng sambil tertawa.
"Sekalipun ada orang memalangkan pedangnya diatas tengkuk diapun ia tak akan
melancarkan serangan balasan?"
"Tiada orang dapat menggunakan ancaman pedang yang ditempelkan diatas tengkuknya, juga
tiada seorang pun yang dapat berbuat demikian!"

"Mengapa?"
Ting Peng berpikir sebentar, kemudian baru ujarnya:
"Tentunya saudara Kwik pernah melihat patung Ji lay Hud ditengah kuil bukan? Ada pula yang
menyembah patung Bu dha jian jiu ji-lay Hud, diantara tanganxnya terdapat memegang pedang,
adakah seorang yang hendak menantangnya untuk berduel.
"Itu mah berbeda, patung itu toh patung Ji lay-hud!- seru Kwik In liong sambil tertawa.
Dengan cepat Ting Peng menggeleng.
""Sama sekali tiada bedanya, sebab perasaan yang dia berikan kepada setiap orang persis
seperti patung budha didalam kuil."
"Masa kepandaiannya sudah berhasil di latih hingga mencapai ketingkatan setinggi itu?" tanya
Kwik In liong dengan wajah tertegun. Ting Peng manggut-manggut.
"Benar, dia sudah berhasil mencapai ketingkatan setinggi itu, tiada manusia didunia ini yang
sanggup memandangi lagi, oleh sebab itu saudara Kwik boleh mencoret namanya dari daftar yang
kau buat.
Kwik In liong menghela napas panjang.
"Aaaai, didalam kenyataan aku sudah tidak mempunyai daftar nama lagi, sebab dalam daftar
namaku itu hanya tercantum dua nama, sekarang tak mungkin lagi bagi ku untuk mencari kedua
orang ini dan menantangnya untuk berduel!"
"Kalau begitu, saudara Kwik bermaksud pulang ke rumah saja?" tanya Ting Peng sambil
tertawa.
"Benar, kalau tidak pulang, apa lagi yang harus kukerjakan? Cuma sewaktu berangkat aku
sudah terlanjur sesumbar dan bicara besar, kalau harus pulang dengan begitu saja, rasanya,
rasanya aku menjadi rikuh sendiri!"
Ting Peng berpikir sebentar, kemudian katanya:
"Kalau saudara Kwik ingin pulang, hal ini sebenarnya memang merupakan suatu tindakan
yang paling baik, cuma tampaknya saudara Kwik masih belum mau kesepian terus!"
"Yaa, betul, aku belum mencapai usia seperti Cia Siau hong, juga belum berhasil mencapai ke
tingkatan seperti itu, tentu saja aku tak dapat hidup dengan suasana yang begitu hambar!" teriak
Kwik In liong dengan suara keras.
"Betul, betul, sudah seharusnya saudara Kwik banyak melakukan pekerjaan. Apalagi sudah
lama perkampungan Siong yang san ceng tak pernah mengeluarkan pedang Siong yang thi kiam
yang kedua"
"Saudara Ting, apa maksud dari perkataan itu?" tanya Kwik In liong tertegun.
Ting Peng kembali tertawa.
"Aaah, tidak apa-apa, hanya nasib saudara Kwik mujur, begitu dilahirkan sudah berada
didalam keluarga jago pedang kenamaan, sehingga kemana saja kau pergi, asal menyebut
sebagai ahli waris keluarga Kwik, maka kau akan segera menerima penghormatan dari siapa pun.

"Aku justru merasa tidak senang dengan hal ini, orang lain bersikap hormat kepadaku, karena
aku adalah ahli waris dari Siong yang, bukan dikarenakan aku adalah Kwik In liong, aku memang
merasa hormat, kagum dan bangga karena watak leluhurku, tapi aku sama sekali tak sudi untuk
membonceng ketenaran dari leluhurku itu!"
"Tapi suadara Kwik sama sekali tidak berniat untuk merencanakan suatu perjuangan agar
nama Kwik In liong menjadi tenar!"
"Siapa bilang tidak? Kali ini aku keluar dari rumah dan menantang Cia Siau hong, serta
saudara Ting tak lain bukan karena aku ingin mencari nama besar bagiku, tapi sekarang. . . "
Ting Peng segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ucapnya:
"Saudara Kwik, jika kau benar-benar berniat untuk mengembangkan diri, maka kau tidak perlu
menggotong keluar nama leluhurmu, seandainya kau tidak merasakan keistimewaan daripada
dirimu, seharusnya kalau kau bersikap seperti kebanyakan orang lainnya, berjuang dari bawah,
agar orang lain pelan-pelan mengenali dirimu sebagai Kwik In liong dan kalau bisa maju setapak
lagi bisa menerima kehadiranmu!"
Kwik In liong termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia merasakan hatinya bergetar
keras, kemudian dengan wajah berseri serunya!"
"Terima kasih atas pentunjuk saudara Ting, aku sudah bertekad untuk mulai dari bawah, mulai
sekarang aku tak akan menyinggung soal nama Siong yang-san-ceng lagi, aku hanya akan
berjuang dengan mengandalkan nama Kwik In liong!" "
"Percuma, kata Ting Peng sambil tertawa, "asal saudara Kwik mengeluarkan senajtamu, orang
lain segera akan tahu kalau kau adalah keturunan dari Siong yang!"
"Tak mungkin" ucap Kwik In liong pula sambil tertawa. "pedang Siong-yang thi-kiam sama
sekali tidak mempunyai suatu tanda yang khusus, selain ukiran huruf "Kwik" saja diatas gagang
pedang tersebut, kini pedang itu sudah terjatuh ke tangan orang-orang Sin kiam san ceng, aku pun
tak maui benda itu lagi, aku akan ganti dengan sebilah pedang biasa, agar siapa pun tidak dapat
mengenali diriku lagi"
"Ehmmmm.. Caramu ini betul juga, tapi saudara Kwik hendak mulai dari mana"
Kwik In liong berpikir sebentar, kemudian ujarnya.
(Bersambung ke Jilid 25)
Jilid - 25
AKU akan mencari beberapa orang jago kenamaan untuk merobohkan mereka lebih dahulu,
menanti namaku sudah mulai terpupuk akan kucari jago-jago yang bernama besar untuk mencoba
kepandaian mereka, bila mereka semua dapat kurobohkan. . . ."
Ting Peng segera mendengus tukasnya:
Paling banter kau pun hanya akan menjadi seorang jago pedang kenamaan, kendatipum kau
dapat merobohkan semua orang yang ada dan bisa menjadi seorang jago pedang yang paling top,
namamu pun tak akan bisa melampaui kepopuleran nama kakekmu, sebab nama Siong yang thi
kiam diperoleh dari suatu perbuatan yang mulia suatu pengorbanan yang ksatria.

Kalau begitu, aku pun akan melakukan juga perbuatan perbuatan yang manis dan
pengorbanan-pengorbanan secara ksatria!"
Ting Peng segera tertawa.
Kalau cuma membunuh beberapa orang gelintir manusia kurcaci atau membasmi berapa
orang durjana mah nama besarmu tak akan secepat itu menjadi tenar.
Dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti Kwik In liong segeta bertanya:
"Lantas perbuatan macam apakah yang bisa membuatku menjadi tenar dan bernama besar?"
"
"Itulah yang sulit untuk dibicarakan, tapi paling tidak harus melakukan suatu perbuatan besar
yang bisa menggetarkan seluruh dunia persilatan, dan dibalik perbuatan itu terdapat suatu
penampilan yang bagus. aku percaya dengan kecerdikan saudara Kwik asal kau bersedia
melakukan segala perbuatan dengan berhati-hati, tidak sulit rasanya untuk menemukan
kesempatan seperti itu!"
Kwik In liong berpikir sebentar, akhirnya dia menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas petunjukmu, sekararg siaute hendak mohon diri lebih dahulu, budi
kebaikanmu ini pasti akan kubalas dikemudian hari, moga-moga ada suatu kesempatan yang baik
bagiku untuk bisa menolong dirimu pula satu kali"
Selesai berkata dia lantas membalikan badan dan berlalu dengan langkah lebar.
Ketika Ting Peng menyaksikan tempat yang ditujunya adalah perkampungan Sin kiam san
ceng, tak tahan lagi dia segera berteriak keras:
"Saudara Kwik kau telab salah jalan!"
"Tidak, aku tidak salah jalan!" Kwik In liong tanpa berpaling lagi:
"Keliru, kau tak boleh berbuat demikian, paling tidak kau harus mencari tempat untuk membeli
sebilah pedang lebih dulu sebelum pergi ke sana .".
Mendengar perkataan itu Kwik In liong berhenti sebentar dan akhirnya berbalik arah tapi dia
hanya lewat saja, sewaktu lewat di samping mereka, dia melemparkan sekulum senyuman, lalu
meneruskan perjalanan nya dengan langkah lebar.
"Keturunan keluarga Kwik memang luar biasa, kongcu hanya cukup memberi sedikit petunjuk
saja dia sudah lantas mengerti!"
Siau hiang memperhatikan bayangan tubuh Kwik In liong dan berkata dengan gembira.
Ting Peng sendiri pun nampak gembira sekali.
"Akhirnva dia toh tidak membuatku merasa kecewa, tidak membuatku membuang tenaga
dengan percuma, aku pun tidak sia-sia memeras keringat untuk membopongnya dari dalam
perkampungan Sin-kiam-san ceng hingga sampai disini!"
Mungkinkah dia masih akan kembali lagi ke dalam perkampungan Sin-kiam-san- ceng?"

"Sudah pasti dia masih akan kembali ke situ, tapi diapun sudah memahami maksud
perkataanku itu, kalau ingin melakukan suatu pekerjaan yang besar dan menggemparkan seluruh
dunia persilatan, perkampungan Sin kiam san ceng inilah satu satunya kesempatan yang paling
baik, asal dapat menyingkap rahasia yang menyelimuti perkampungan Sin kiam san ceng maka
nama besarnya dengan cepat akan melangit dan pasti menggemparkan seluruh dunia persilatan!"
Tapi, apakah ia dapat berhasil dengan sukses atas segala usahanya itu. . . ?"
Sukar untuk dikatakan, tapi kalau dia datang lagi untuk ke dua kalinya nanti sudah pasti tindak
tanduknya tidak akan seceroboh dan segagah seperti pada kedatangan nya yang pertama kali
dulu, dia tak akan mudah tertipu lagi!"
"Heran, mengapa orang baru akan menjadi pintar setelah ia menderita kerugian lebih dahulu?"
tanya Siau hiang dengan nada dan suara yang merdu.
Ting Peng segera tertawa.
Hei. Siau hiang, kau tahu usiamu masih amat muda, mengapa sih kalau berbicara selalu saja
seperti nenek yang bawel dan giginya sudah ompong? judasnya bukan kepalang ......
Siau hiang segera melemparkan sekulum senyuman kepadanya, sifat polos kekanak kanakan
yang menawan hati sempat menghiasi raut wajahnya yang cantik jelita itu.
ooo0ooo
MENANTI
AH-KU masih bertindak sebagai kusir kereta, sedangkan Ting Peng duduk di dalam kereta,
tangan yang satu memeluk golok bulan sabituya sementara tangan yang lain membelai rambut
Siau hiang:
Siau hiang duduk diatas permadani yang melapisi permukaan kereta berbaring diatas lutut
Ting Peng dengan jinak bagaikan se ekor kucing kecil.
Kereta itu sedang lari menuju kearah perkampungan Sin kiam san ceng, dari kejauhan sana,
sebelum tiba di dermaga parkampungan Sin kiam san ceng sudah nampak amat kacau balau
seperti sarang laba-laba yang di usik orang.
Dalam ruang rahasia, Cia Siau giok dan Kim say sedang duduk saling berhadapan sambil
bermuram durja, Ketika mendengar suara gaduh diluar sana, mereka nampak sama sekali tidak
berdaya.
Dengan gemas Cia Siau giok memukulkan tinjunya diatas telapak tangan sendiri kemudian
serunya:
Dengan susah payah kita berhasil membangun tempat ini menjadi begini rupa, kalau di suruuh
lepaskan semua hasil tersebut dengan begitu saja, aku benar-benar merasa amat tidak terima!"
Singa emas pun menghela napas panjang:
"Aaaaai nona, apa boleh buat, siapa suruh kita mencari gara-gara dengan raja iblis ini?"
Empek Kim, bagaimana kalau kita beradu jiwa saja?.

Dengan cepat Singa emas menggeleng.
Tidak boleh, tempo hari aku telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagai mana dia
bertanding melawan si naga perak, keampuhan golok sakti penembus langit nya tak mungkin bisa
ditahan olah siapapun
"Empek Kim mengapa kau membiarkan manusia semacam ini hidup didunia ini? Konon
sewaktu ia berjumpa dengan Cing-cing waktu itu, kaupun berada di arena?"
Si Singa emas tertawa getir.
"Betul, waktu itu dengan susah payah aku berhasil menemukan jejak setan tua tersebut dan
secara kebetulan pula berjumpa dengan mereka!"
"Waktu itu mengapa kau tidak mencoba untuk membunuhnya?"
Si Singa emas menghela napas panjang. "Aaai pada saat itu aku sama sekali tidak
memandang sebelah matapun terhadap dirinya, sungguh tak kusangka hanya di dalam satu dua
tahun saja, kepandaian silat nya sudah memperoleh kemajuan yang begitu pesat.... !"
Cia Siau giok turut menghela napas.
"Aaai, mungkinkah ilmu silat seseorang bisa mengalami kemajuan yang demikian pesatnya
hanya didalam waktu satu dua tahun saja.
Singa emas termenung sampai lama sekali, kemudian baru sahutnya.
"Bagi sementara orang hal ini jelas tak mungkin, tapi di dalam Mo kau terdapat semacam Ilmu
yang dinamakan Gi giok tay hoat yang mana seseorang dapat mengalihkan tenaga dalamnya
kedalam tubuh seseorang yang lain sehingga pihak lawan bisa berubah menjadi seorang jagoan
yang sangat lihay hanya dalam waktu yang amat singkat"
"Apakah keberhasilan ilmu silat Ting Peng diperoleh dari jalan begini...?"
"Kecuali cara ini, aku rasa tak mungkin ada cara kedua yang bisa mendatangkan keberhasilan
seperti ini"
"Tapi mengapa aku belum pernah mendengar tentang kepandaian semacam ini?"
"Didalam Mo kau pun hanya seorang kaucu yang diperbolehkan mempelajari kepandaian
semacam itu!"
"Kalau begitu kepandaian silat Ting Peng diperoleh dari setan tua itu?"
"Benar, asal dia menyalurkan tenaga dalamnya ketubuh seseorang maka kepandaian orang itu
sudah menjadi amat tangguh, inilah suatu cara yang biasanya dipergunakan perkumpulan kami
untuk mempersiapkan seorang kaucu baru, agar calon kaucu itu didalam waktu singkat berubah
menjadi seorang jago lihay yang tiada taranya didunia ini"
"Kalau begitu setan tua itu sudah memilih Ting Peng sebagai ahli warisnya"
Si Singa emas berpikir sebentar, kemudian menyahut.
"Tampaknya tidak mirip, sebab dia sama sekali tidak memberi tahukan segala sesuatu tentang
Mo kau kepada Ting Peng`

"Lantas siapakah yang akan dipersiapkan sebagai pewaris jabatannya itu?"
"Tampaknya setan tua itu mempunyai rencana untuk mengakhiri perkumpulannya sampai
disini dan tidak bermaksud untuk mengembangkan perkumpulan Mo kau lagi"
"Dia tidak mempunyai hak untuk berbuat demikian" kata Cia Siau giok dengan suara dalam,
"Mo kau adalah perkumpulan besar dari kaum iblis siapapun tidak berhak untuk mengakhiri
perkumpulan Mo kau sampai ditengah jalan."
"Benar, kata singa emas dengan wajah serius, "nona, lohu sekalian lebih condong untuk
mendukung Kiong cu mendirikan partai lain, kesemuanya juga disebabkan hal ini!""
"Apakah ibuku berhak untuk berbuat demikian?"
"Kiongcu dan setan tua itu berasal dari satu sumber yang sama, tentu saja ia berhak. Asal
setan tua itu tak mampu meneruskan pewarisnya untuk memimpin Mo kau, maka secara otomatis
Kiongcu lah pewaris utama, tapi dewasa ini kita masih belum berdaya!"
"Mengapa ?"
"Sebab tongkat iblis kemala hijau Lik giok mo ciang yang menjadi perlambang turun temurun
dari seorang kaucu masih berada ditangan mereka. . . ."
"Apakah kita harus mempunyai benda itu?"
"Betul, seperti juga cap kerajaan yang harus dimiliki seorang kaisar, maka tongkat Lik giok mo
ciangpun merupakan benda mestika yang diwariskan A-siulo Cuncu, cousu angkatan pertama dari
Mo kau. Asal benda itu berada di tangan kita maka semua tianglo baru bisa kita perintah, selama
banyak tahun ini kami sudah berusaha dengan sepenuh tenaga untuk mencari jejak setan tua itu
tujuannya yang terutama tak lain untuk mendapatkan mestika tersebut"
Cia Siau giok termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru ujarnya lagi:
Apakah ibuku pandai ilmu Gi giok sin kang?.
Seharusnya dapat, bukankah keberhasilan nona juga akibat dari pengaruh ilmu tersebut?"
Empek Kim, sekarang juga harus pulang ke Ibu kota dan mempelajari kepandaian tersebut.
Nona mau pulang? Si Singa emas tertegun.
"Benar, untuk bisa menangkan Ting Peng aku harus dapat memberikan perlawanan dalam
tenaga dalam, oleh sebab itu aku harus mempelajari kepandaian tersebut.
Aku rasa percuma, kepandaian tersebut memang dapat menambah tenaga dalam yang dimiliki
seseorang, tapi hal ini pun harus ditinjau dulu dari bakat masing-masing orang, Ting Peng adalah
seorang manusia yang berbakat bagus, tenaga dalam yang di milikinya sekarang sudah dapat
mengungguli setan tua tersebut!"
Kau anggap, bakatku tidak dapat melampaui Ting Peng?"
Singa emas agak ragu, kemudian katanya:

"Soal ini lohu tak berani mengatakan secara sembarangan, ayah ibu nona adalah jagoan
nomor satu dikolong langit, tentu saja bakatnya tak mungkin jelek tapi manusia seperti Ting Peng
sesungguhnya merupakan seorang manusia berbakat yang sukar di temukan."
Cia Siau giok tersenyum.
"Empek Kim, kau tak usah sungkan-sungkan, aku tahu kalau bakatku tak bisa memadahi bakat
Ting Peng, tapi aku mempunyai cara lain untuk mengatasi kekurangan tersebut.
"Setelah nona mempelajari ilmu Gi giok sin kang, apakah kau hendak menyalurkan tenaga
dalammu kedalam tubuh seseorang agar kemampuan orang itu bertambah hebat?"
"Apakah hal ini bisa dipakai untuk menandingi Ting Peng?" tanya Cia Siau giok sambil tertawa.
"Mungkin tidak bisa, bila tenaga dalam yang dimiliki disalurkan ke tubuh orang lain dengan
ilmu Gi giok sin kang, maka kekuatan tubuh orang yang bersangkutan akan memperoleh kerugian
besar, apalagi nona masih muda dan.."
Tujuanku yang terutama adalah untuk menandingi Ting Peng, apabila hal tersebut tidak bisa
dipakai untuk mencapai tujuan, aku mah tidak akan melakukannya!"
Apa gunanya nona mempalajari ilmu Gi giok sin kang tersebut?" .
Cia Siau giok tertawa.
"Soal ini tak usah kau campuri, pokoknya cepat buatkan persiapan, aku ingin bertemu dengan
ibuku secepatnya.
Singa emas segera memperlihatkan wajah serba salah, katanya kemudian setelah ragu
sejenak:
"Saat ini kiongcu sedang mempelajari semacam ilmu sakti, dia telah menurunkan perintah
yang melarang siapa pun pergi mengacau konsentrasinya"
"Tapi persoalan ini luar biasa, kita sudah mencapai pada saat yang kritis dan ancaman jiwa,
aku rasa hal ini tak bisa dibilang sebagai mengganggu lagi".
Baru saja Singa emas hendak buka suara, Cia Siau giok sudah berkata lagi dengan suara
dalam:
"Empek Kim, aku tak ingin menggunakan kata perintah secara sembarangan, tapi untuk
menghormati kau, aku terpaksa harus berbuat demikian, aku tak ingin menggunakan perintah
secara sembarangan, bilamana keadaan benar-benar tidak memaksa, apakah kau ingin
melanggar perintah?"
"Tidak, lohu tidak berani!" seru Singa emas dengan perasaan terperanjat.
"Bagus sekali, kalau begitu berangkatlah sekarang juga!"
"Bagaimana dengan tempat ini ?"
"Lepas saja jangan digubris, biarkan Ting Peng masuk, mau membunuh siapapun biarkan saja
dia membunuh!"

"Soal manusia sih tidak menjadi soal, setiap saat kita bisa melatih pasukan baru, yang
kukuatirkan adalah hasil usaha kita selama ini. . . ."
Cia Siau giok segera tertawa.
"Soal ini tak usah kau kuatirkan, asal kita perintahkan kepada mereka agar jangan melawan,
Ting Peng pasti tak akan memusnahkan tempat ini. . . ."
"Apakah nona yakin?"
"Yakin sekali, jangan lupa tempat ini adalah perkampungan Sin kiam san ceng, rumah Cia siau
hong, Ting Peng menaruh rasa hormat terhadap ayahku, dia tak akan berbuat secara semenamena.
coba kalau bukan tergantung hal ini, sekalipun ada sepuluh buah perkampungan Sin kiam
sanceng pun sudah bubar sedari dulu.
Kim say tianglo menghela napas panjang memandang Cia Siau giok yang duduk sambil
tersenyum, tiba-tiba saja timbul perasaan bergidik didalam hatinya.
Kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, dia masih mampu untuk
membinasakan Cia Siau giok, tapi entah mengapa, dia justru menaruh sikap yang begitu
menghormat terhadap nona ini, sedikitpun tidak berani membantah perintahnya.
Apakah hal ini dikarenakan kesetiaan?
Orang ini tidak memiliki kesetiaan, kalau tidak, diapun tak dapat menduduki kursi sebagai
pemimpin para tianglo dan menghianati perguruan serta majikannya.
Lantas apa sebabnya dia begitu takut terhadap Cia Siau giok?
Mungkin dia sendiripun tak dapat menjawab pertanyaan tersebut, bukan cuma dia, setiap
orang yang berada dalam perkampungan Sin kiam san ceng pun berperasaan demikian.
Cia sianseng telah datang, ketika menerima perintah dari si nona untuk tetap tinggal disana
menghadapi Ting Peng, paras muka Cia sianseng segera berubah, perintah itu sama artinya
dengan mengumumkan hukuman mati kepadanya.
Tapi kecuali menerima perintah, Cia Sianseng tak berani mengucapkan sepatah katapun.
Mereka semua hidup karena takut mati tapi berada dihadapan Cia Siau giok, nyawa mereka!
bagaikan sampah, mereka sama sekali tak berani menghindarkan ataupun melarikan diri.
Kini Cia sianseng hanya bisa berdoa semoga Ting Peng hanya lewat saja dan tidak memasuki
perkampungan Sin kiam san ceng.
ooo0ooo
UNTUNG saja nasib Cia sianseng masib terhitung tidak jelek, kereta Ting Peng hanya berhenti
didepan dermaga.
Hanya Siau hiang yang melompat turun, setelah menjura kepada Cia sianseng dengan hormat
diapun berkata:
"Kongcu kami datang untuk pamit, dia mau pulang ke rumah, tolong sampaikan kepada nona
Cia bahwa dia minta maaf karena berulang kali datang mengganggu kalian, mungkin dua tiga
bulan lagi kongcu kami baru akan datang berkunjung lagi"

Begitu mendengar kata "pamit", Cia sianseng sudah merasa amat lega hatinya bahkan dia
berjanji mulai hari itu akan bersembahyang setiap hari, dan tiap tanggal lima belas akan
berpantang untuk mengucapkan terima kasihnya atas perlindungan Thian dalam peristiwa hari ini.
Hingga kereta Ting Peng pergi jauh dia baru percaya kalau nasibnya benar-benar lagi mujur.
Maka tergesa-gesa dia kembali ke kamar rahasia untuk menyampaikan kabar gembira itu
kepada Cia Siau giok, tapi begitu masuk ke dalam ruang rahasia dia menjadi tertegun.
Pintu batu yang tebalnya beberapa depa itu, sekarang sudah terbelah menjadi dua dan roboh
di tanah.
Diatas tanah masih tersebar banyak sekali kutungan panah dan kutungan tombak, semua
benda tersebut sebetulnya tersimpan dalam alat rahasia dibalik dinding, tujuannya adalah untuk
mencegah orang menyusup ke situ.
Sekarang kenyataan membuktikan kalau alat rahasia tersebut tak pernah berfungsi tapi setiap
panah, setiap tombak telah dibelah orang menjadi dua bagian.
Dari kepala sampai buntut, semuanya terbelah menjadi dua bagian yang sama besarnya.
Siapa yang melakukan perbuatan ini?
Jawabannya hanya satu. . . . Ting Peng.
Hanya golok Ting Peng yang dapat membelah senjata rahasia tersebut, hanya golok bulan
sabit yang bisa membelah pintu batu setebal beberapa depa itu.
Bacokan tersebut benar-benar merupakan sebuah bacokan kilat yang mampu membelah
apapun.
Senjata rahasia, ruang rahasia, gudang bawah tanah, kesemuanya itu seperti mainan kanakkanak
bagi pandangan Ting Peng.
Menyaksikan semua potongan senjata yang terbelah ditanah, mau tak mau Cia sianseng
merasakan hatinya menjadi bergidik.
Ditanah tak nampak noda darah, tak nampak jenasah .... tiada jenasah yang terbelah menjadi
dua.
Hal ini membuktikan kalau Cia Siau giok tidak terbunuh, tapi hal itu tidak menunjukkan pula
kalau jiwa Cia sianseng sudah ada jaminan, dia tetap berada disitu, menunggu kemunculan Ting
Peng yang setiap saat akan mencabut nyawamu.
Bahkan Cia sianseng berharap bisa menemukan jenasah Cia Siau giok ditanah, berharap ia
terbunuh oleh Ting Peng.
Walaupun Cia Sianseng juga tahu kalau musuhnya amat banyak, seandainya tanpa Sin kiam
san ceng sebagai tiang punggungnya, sulit baginya untuk hidup selama tiga bulan lagi, tapi dia
tetap mengharapkan harapannya terkabul.
Bahkan diapun berharap Ting Peng dapat membacoknya pula dalam sekali bacokan.

Dia tak ingin mati, tapi kadang kala dia merasa pula kalau kematian merupakan semacam
pelepasan, semacam pelepasan dalam bentuk semangat dan jiwa.
Hidup pun kadang kala amat menderita.
Padahal asal dia mau mencabut pedang nya dan menggorok ke atas tenggorokan sendiri,
maka semua persoalan akan menjadi beres, apalagi didalam perkampungan Sin kiam san ceng
paling tidak terdapat dua ribu macam cara untuk membunuh diri sendiri, diantaranya terdapat dua
ratus cara yang sama sekali tidak memberikan rasa sakit barang sedikitpun juga.
Tidak sulit untuk mencari kematian dalam perkampungan Sin kiam san ceng, justru sukar
kalau kau ingin hidup disitu.
Cuma saja Cia sianseng tidak mempunyai keberanian untuk bunuh diri oleh karena itu dia
harus hidup lebih lanjut sambil merasakan pelbagai penderitaan.
ooo0ooo
KERETA kembali meneruskan perjalanan kedepan, kali ini menuju ke kota Hang ciu.
Ting Peng memang ingin pulang ke rumah.
Sikapnya masih tetap amat santai, hanya nafasnya agak tersengkal.
Sewaktu berada dalam ruang rahasia milik Cia Siau giok, dia telah mempergunakan goloknya
untuk menghalau senjata rahasia beracun itu.
Setiap panah, setiap tombak, semuanya berdatangan dari arah yang sama sekali tak terduga,
dengan kecepatan yang tak terduga pula.
Setiap panah dan setiap tombak semua sudah terendam dengan racun jahat, tak usah melukai
tubuh kena tersentuh diatas badan pun, dalam waktu singkat korbannya bisa melumer menjadi
luluhan darah.
Kebuasan dan berbahayanya ruang rahasia tersebut pada hakekatnya sukar dilukiskan
dengan kata-kata.
Tujuan Cia siau giok membuat alat-alat rahasia didalam ruang rahasia itu tak lain adalah
khusus untuk dipakai menghadapi jago lihay dalam dunia persilatan, oleh sebab itu Kim say tianglo
maupun Cia sianseng, bila sudah berada didalam ruang rahasia, mereka akan berdiri tak berkutik
sebab salah2 nyawa mereka bisa melayang disana.
Hanya satu orang yang bisa menerjang masuk dan keluar dengan selamat, orang itu adalah
Ting Peng, cuma Ting Peng sendiripun harus menggunakan tenaga yang sangat besar.
Setiap orang yang berputar satu lingkaran disana, perasaannya pasti tak bisa enteng,
demikian juga halnya dengan Ting Peng.
Sekalipun dia berusaha untuk bersikap tenang, tapi tak dapat mangelabuhi Siau hiang
terutama sekali tangannya yang membelai rambut Siau hiang masih kelihatan gemetar.
Siau hiang menggenggam tangannya dan ditempelkan diatas pipi sendiri, membuat Ting Peng
tak tahan untuk mencubit pipinya yang halus.

Kalau dihari biasa, Siau hiang tentu akan melemparkan sekulum senyuman, tapi hari ini dia
nampak amat risau:
"Kongcu telah melangsungkan suatu pertarungan?"
Ting Peng menghela napas..
"Benar, aku harus menggunakan tujuh kali tujuh empat puluh sembilan bacokan sebelum
berhasil keluar dengan selamat."
Dengan perasaan terkejut Siau hiang berseru:
Masa didunia ini terdapat jagoan semacam ini? Masa dia mampu bertarung sebanyak delapan
puluh sembilan gebrakan dengan kongcu?`
Ting Peng tertawa.
Bukan manusia, melainkan sebuah rumah setan, didalamnya penuh dengan alat rahasia dan
senjata rahasia,
"Masa untuk menghadapi alat rahasia dan senjata rahasia pun harus memaksa kau untuk
menggunakan golok?
Bila kau tahu senjata rahasia apakah itu maka kau pun akan tahu kecuali menggunakan golok,
tiada cara lain untuk menghadapi ancaman tersebut.
Kebaikan yang dimiliki Siau hiang adalah selamanya tak pernah membantah apa yang
dikatakan orang, dia mempercayai setiap patah kata yang diucapkan lawan, ketika Ting Peng
mengatakan kalau hanya menggunakan golok saja baru dapat menyelesaikan persoalan itu, dia
pun percaya kalau tiada cara lain".
Maka dia bertanya lagi:
Pentingkah rumah itu?"
Aku percaya amat penting, sebab dari situlah Cia Siau giok melarikan diri, akupun melihat ada
sebuah lorong rahasia, tapi tidak mengejar lebih jauh."
"Kenapa?" "
Sebab aku sudah tak dapat melancarkan empat puluh sembilan buah bacokan lagi!"
Sebuah bacokan saja sudah mendatangkan keampuhan yang luar biasa, apalagi empat puluh
sembilan bacokan sekaligus Siau hiang dapat membayangkan bagaimana sengsaranya itu.
Maka dia pun bertanya lagi:
Jadi Cia Siau giok telah kabur?"
Aku tidak tahu, mungkin ia sudah kabur mungkin ia masih bersembunyi didalam, tapi aku
memutuskan untuk tidak masuk kedalam."
Siau hiang manggut-manggut.

Tindakanmu ini memang benar, kongcu tidak perlu untuk pergi menyerempet bahaya sebab
sekalipun berhasil kau temukan, belum tentu kongcu akan membunuhnya, paling banter kaupun
hanya akan mengajukan beberapa buah pertanyaan saja!"
Oooh, darimana kau bisa tahu?
Sebab dia adalah putri dari Cia Siau hong, Cia tayhiap!
Ting Peng segera tertawa tergelak-gelak. Haaahh...haaaah.... haaaah.... terlepas dia itu putri
siapa, seandainya semua bukti yang berhasil ku kumpulkan selama beberapa hari ini dijadikan
satu, maka sekalipun dia harus mati seribu kalipun tidak terhitung sedikit""
Siau hiang turut tertawa.
"Tapi kongcu toh tetap tak akan membunuhnya, sebab kongcu masih ingin mengetahui rahasia
yang menyelimuti tubuhnya""
"Rahasia apa sih yang masih dia miliki?
"Kelewat banyak, dia adalah majikan perempuan dari parkampungan Sin kiam san ceng,
mengapa dia telah merubah perkampungan Sin kiam san ceng yang dihormati dan disegani setiap
orang menjadi suatu tempat yang begitu menyeramkan dan begitu mengerikan?"
"Dia hanya merupakan seorang anak gadis, mengapa bisa mempunyai kekuasaan yang begitu
besar? Meskipun perkampungan Sin kiam san ceng bernama besar, toh hal ini merupakan hasil
perjuangan dari Cia Siau hong sendiri, tiada keuntungan pribadi yang terselip didalamnya, tapi Cia
Siau giok berhasil menciptakan semacam pengaruh dan kekuasaan didalam perkampungan Sin
kiam san ceng, semua anak buahnya juga merupakan buah pilihannya sendiri, dari manakah dia
bisa memperoleh orang-orang tersebut ?
"Tindak tandaknya yang begitu berani dan dalam perkampungan Sin kiam san ceng, paling
tidak juga harus didengar oleh Cia Siau hong tapi dengan kedudukan Cia Siau hong sekarang
tenyata dia sama sekali tidak menegur ataupun menggubris, jelas dia mempunyai rahasia pribadi
yang sengaja ditutupi, sebenarnya kekuatan apakah yang mencegah Cia tayhiap mengambil
tindakan ?"
Ting Peng segera tertawa terbahak2.
"Haaahh. . . haaahh. . . haaahh.... Siau hiang kau memang benar-benar luar biasa, semua isi
perutku tampaknya sudah berhasil kau korek keluar semua. Benar bila tiga pertanyaan tersebut
belum dipecahkan aku memang tak akan tidur dengan nyenyak, tapi bila kubunuh dirinya, maka
semua titik terang itu pun akan terputus sampai disitu saja!"
Sekali pun kongcu sudah berhasil memecahkan ketiga buah pertanyaan inipun, kau masih
belum bisa membinasakan dirinya"
"Karena alasan apakah itu?"
"Sebab dia adalah seorang gadis yang cantik dan menawan hati
"Seorang gadis yang cantik dan menawan hati toh belum tentu haru hidup terus
"Mungkin orang lain mempunyai alasah untuk membunuhnya, tapi kongcu tidak mempunyai
kepentingan untuk harus membunuhnya, sebab entah berapa banyakpun perbuatan brutal yang
telah dilakukan olehnya, dia belum pernah melakukannya!"

"Hal ini bukan disebabkan dia terlalu sungkan kepadaku, melainkan dia memang tak mampu
untuk melukai aku"
"Hal itu toh sama saja, masih ada alasan lain yang jauh lebih penting lagi, yakni Cia Siau hong
saja bisa bersabar dan menahan diri membiarkan dia untuk hidup lebih lanjut?"
Ting Peng tertawa.
"Mengapa cara kerjaku selalu harus dihubung-hubungkan dengan Cia Siau hong?" .
"Karena kongcu telah menganggap dia sebagai satu-satunya musuh"
"0mong kosong, aku amat menghormatinya, aku tidak bermaksud untuk memusuhi dia."
Hal ini pun bukan berarti kongcu terlalu mengaguminya dan ingin menjadikan dia sebagal
contoh!"
Tentu saja, ilmu yang dilatih olehnya adalah ilmu pedang, sedangkan ilmu yang kulatih adalah
ilmu golok, kita masing-masing hidup dengan cara kehidupan masing-masing, mengapa aku harus
menirukan dia?
Nah, itulah dia" seru Siau hiang sambil tertawa, walaupun kongcu amat mengagumi dia, tapi
dalam hatimu selalu muncul satu ingatan untuk berusaha dapat melampaui nya, sekalipun belum
tentu harus mencabut golok dan menantangnya berduel, tapi kau tetap ingin berusaha untuk
mengalahkan dia di bidang lain!" "
Tidak pantas aku mempunyai jalan pemikiran demikian?" tanya Ting Peng setelah termenung
sejenak dan tertawa.
"Seandainya orang lain yang mempunyai jalan pemikiran demikian, mungkin orang akan
menuduhnya sebagai manusia latah, tapi tidak demikian dengan kongcu, sebab keberhasilan
kongcu di dalam permainan golok mu sudah tidak kalah dengan keberhasilannya di dalam
permainan ilmu pedang"
"Tidak bisa, aku masih kalah setingkat daripadanya!"
Tidak, itu dulu, sekarang aku rasa kongcu sudah tidak kalah darinya .... "kata Siau hiang cepat.
Mengapa kau bisa mempunyai pandangan semacam ini?"
"Demi Cia Siau giok, demi putrinya!"
Apa sih hubunganmu dengan putrinya?"
Besar sekali, betapapun mendalamnya ilmu pedang yang dimiliki, bagaimana pun tingginya
moral yang dipunyai, asal dia mempunyai putri seperti ini, hal tersebut akan merupakan titik
kelemahannya, oleh sebab itu selama Cia Siau giok tetap ada, maka kongcu masih dapat melebihi
dirinya.
Ting Peng segera membungkam dalam seribu bahasa, ucapan Siau hiang telah merasuk ke
dalam hatinya.

Mengungguli Cia Siau hong merupakan keinginan yang selama ini selalu terpendam dalam
hatinya, walaupun dia tak mau mengakui, namun hatinya selalu menganjurkan pada dirimu sendiri
agar ia berjuang menuju kearah sana.
Justru karena kehadiran Cia Siau hong diantara mereka, maka ia tidak merasa puas, oleh
sebab itu dia baru mempunyai gairah untuk berjuang terus agar bisa lebih maju.
Sungguh tak pernah di sangka kalau akhlak dan moral Cia Siau giok sudah berubah menjadi
begitu sesat, begitu jahat dan rumitnya kesemuanya ini membuat Ting Peng mau tak mau
merasakan juga sedikit rasa gembira, sekalipun sesungguhnya diapun merasa gusar juga
terhadap putrinya Cia Siasu hong ini bila mengingat kejayaan ayahnya yang dibikin porak poranda
olehnya"
Tapi bila teringat olehnya kalau Cia Siau hong hanya mempunyai seorang putri saja apa bila
rahasia ini sampai sampai terungkap, sudah jelas hal mana akan sangat mempengaruhi rasa
hormat dan segan orang persilatan pada umumnya terhadap Cia Siau hong.
Pukulan batin yang demikian besar dan beratnya ini, bisa jadi akan membuat Cia Siau hong
menjadi kecewa dan putus asa.
Seringkali dia memikirkan persoalan ini bahkan dia pun merasakan sedikit malu dan menyesal,
tapi hal itu pun tak lebih hanya suatu perasaan sayang dan kecewa, belaka.
Sebab rusaknya Cia Siau giok hingga terjerumus dalam keadaan seperti ini, paling tidak bukan
merupakan hasil karyanya.
Oleh sebab itu katanya sambil tertawa.
"Paling tidak ada satu hal aku masih belum dapat mnyamai Cia Siau hong, yakni aku tidak
mempunyai anak gadis, sekalipun dikemudian hari akan mempunyai anak gadis, tak nanti anak
gadisku akan meniru cara Cia Siau giok yang brutal itu!"
Anak gadis seperti Cia Siau giok ini, mungkin Cia Siau hong sendiripun tak mampu untuk
melahirkan untuk kedua kalinya, maka Ting Peng merasa hatinya amat tegang.
Walaupun hal ini merupakan kekurangannya bila dibandingkan dengan Cia Siau hong namun
dia rela sekali untuk mengaku kalah.
Dan persoalan ini pula yang merupakan satu-satunya kekurangan yang mau dia akui atas diri
Cia Siau hong. Diapun percaya, tiada orang yang menginginkan anak gadisnya bersaing dengan
Cia Siau giok.
ooo0ooo
LEMBAH KEMATIAN
TEMPAT ini merupakan sebuah lembah bukit yang dingin dan menyeramkan, sekalipun
matahari sedang memancarkan cahayanya dengan terik ditengah hari bolong, lembah tersebut
masih tetap diselimuti oleh kabut yang tebal.
Lembah itu sangat curam, apalagi karena sepanjang tahun diselimuti oleh kabut yang tebal
sehingga sukar untuk diketahui dalam tidaknya, tentu saja tiada orang yang sudi untuk menelusuri
tempat seperti itu.

Dibalik kabut yang tebal terendus pula bau busuk yang amat menusuk penciuman, tatkala
tertimpa cahaya matahari, ternyata membiaskan cahaya tujuh warna yang berwarna warni.
Inilah yang disebut sebagai kabut beracun, kabut itu sangat jahat dan mengerikan.
Seorang tukang penebang kayu yang terpeleset pernah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, ada seekor burung kecil hendak terbang melintas dari sana, karena kurang berhati-hati,
tubuhnya terkena sedikit hawa kabut tersebut, akibatnya burung itu segera terjatuh ke bawah dan
mati.
Ada pula yang tanpa sengaja berjalan ke sisi lembah itu, baru mengendus sedikit hawa kabut,
tubuhnya segera roboh tak sadarkan diri.
Itulah sebabnva orang lantas menyebut tempat itu sebagai lembah kematian.
Jauh dari lembah itu, pada jarak dua li dari mulut lembah, orang telah membuat peringatan
diatas pohon yang menerangkan betapa berbahayanya keadaan didalam lembah tersebut dan
menganjurkan kepada setiap orang agar jangan mendekat.
Tempat yeng bercahaya dan menyeramkan seperti ini tentu saja mempunyai pula banyak
dongeng yang beraneka ragam, tapi yang paling aneh diantaranya adalah tinggallah seorang
malaikat iblis di dalam lembah kematian itu.
Malaikat iblis itu adalah seorang perempuan yang cantik jelita, konon seorang penebang kayu
pernah menyaksikan perempuan itu melayang-layang diantara kabut.
Ketika pada hari pertama tukang penebang kayu itu turun gunung, dia masih memujinya
betapa cantik dan menariknya perempuan yang dijumpainya itu, tapi pada hari kedua, seluruh
badannya sudah membengkak dan akhirnya mati dengan badan berubah menjadi hitam pekat,
setelah mayatnya diperiksa, baru diketahui kalau dia tewas karena terkena sejenis kabut beracun
yang jahat.
Maka orang-orang tua dalam dusun pun menyatakan kalau didalam lembah tersebut tinggal
seorang malaikat kabut beracun.
Mereka yang percaya dengan tahayul pun mulai membangunkan kuil dewa kabut beracun
dibawah bukit itu, didalam kuil dipersembahkan sebuah patung perempuan.
Berhubung tukang kayu yang pernah melihat dewi kabut itu sudah mati, maka raut wajah dewi
kabut pun dibuat sesuai dengan apa yang pernah dilukiskan tukang penebang kayu itu semasa
hidupnya tapi sayang tukang pahatnya kurang pamdai sehingga pada itu dilukiskan sebagai
seorang perempuan setengah umur yang sedikit agak gemuk, sedikit pun tidak nampak cantik
atau menarik..
Walaupun demikian, peziarah yang berkunjung kesana ternyata banyak sekali, kuil itu pun di
jaga oleh seorang nenek sebagai juru kuncinya, setiap orang yang pernah terkena kabut beracun,
asal membungkus abu hio dari kuil itu dan diminumkan, penyakitnya segera menjadi sembuh
kembali, konon khasiatnya jauh lebih hebat daripada khasiat obat tabib.
Ada orang pernah membuktikan, ada seorang saudagar yang datang dari kota lain terkena
racun kabut dan berbaring dalam rumah penginapan di kota, berbagai macam obat dari beberapa
orang tabib kenamaan telah diminum namun penyakitnya belum juga disembuhkan.

Kebetulan kacungnya mendengar dari orang tentang cerita kuil dewi kabut beracun, diapun
berkunjung kesitu dan minta sebungkus obat, ketika abu itu diminumkan kepada majikannya,
ternyata penyakit yang di derita majikannya segera sembuh.
itulah sebabnya lambat laun nama kuil dewi kabut beracun pun menjadi tenar dan dikenal
banyak orang.
suatu hari datang sebuah kereta yang indah dan mentereng yang berhenti dimuka kuil,
kehadiran kereta itu sama sekali tidak menarik perhatian banyak orang sebab selama banyak
tahun ini banyak orang dari tempat jauh yang datang kesitu minta obat, bahkan mereka yang tidak
terkena kabut beracun pun datang kesana untuk minta obat.
Kedatangan kereta itu sangat mendadak mereka segera memborong kamar-kamar yang ada
didalam rumah penginapan terbaik di kota itu.
Kamar yang terdiri dari tujuh delapan buah itu mereka borong semuanya, dua orang tamu yang
semula menginap disanapun dipersilahkan pindah karena pengurus rumah tangga tua itu bersedia
mengeluarkan uang sebesar dua puluh tahil perak tiap orang untuk menyilahkan mereka pergi.
Sewa kamar yang semula setahil sehari ternyata ditukar dengan uang sebesar dua puluh tahil
perak asal mau pindah, sudah barang tentu siapa saja bersedia untuk melakukannya.
Tahu begini, pemilik rumah penginapan itu pasti akan menyuruh seluruh isi keluarganya untuk
menginap dulu disana.
Ia lebih-lebih membenci diri sendiri, sebab sewaktu pengurus rumah tangga yang tua itu
bertanya kepadanya apakah ada kamar kosong, dia mengatakan ada, bahkan membawanya untuk
memeriksa kamar kosong itu satu persatu.
Pada saat itu dia hanya kuatir pihak lawan tidak jadi menginap disana, maka semua kamar
yang dimilikinya segera di perlihatkan semua kepada tamunya.
Tua bangka itu tiap kali melihat sebuah kamar segera mengangguk satu kali tanpa
mengucapkan sepatah katapun, pada mulanya dia masih kuatir karena usahanya mungkin akan
gagal.
Siapa tahu sampai pada akhirnya, ternyata semua kamar yang ada dalam rumah
penginapannya diborong semua, malahan dia berunding sendiri dengan tamu yang tinggal disana
dan bersedia membayar dua puluh tahil seorang untuk mempersilahkan mereka pindah tempat.
Dua puluh tahil perak sudah cukup untuk memborong seluruh kamar yang ada dirumah
penginapan tersebut, tapi dia telah mempergunakannya untuk memindahkan tiap tamu dari
kamarnya.
Tahu begini, dia pasti akan menyuruh bininya, putrinya dan putranya untuk menempati kamarkamar
tersebut agar tiap orang bisa memperoleh uang pesangon sebesar dua puluh tahil.
Bila demikian akan bisa menarik seratus tahil perak lebih.
Dia sudah mengangkat tangannya dan hampir saja hendak digaplokkan ke atas kepala sendiri.
Untung belum digaplokkan, kalau tidak mungkin dia akan menyesal, sebab pengurus rumah
tangga tua itu kembali bertanya.
"Apakah keluarggamu sendiri juga berdiam disini?"

Suatu kesempatan yang sangat baik telah datang, sebetulnya dia hendak menggeleng, tapi
baru saja dia akan menggeleng, pengurus rumah tangga tua itu sudah menghela napas seraya
berkata.
""Waah, kalau begitu sayang sekali, kalau tidak kau bisa beruntung sejumlah uang lagi!" "
Buru-buru pemilik penginapan itu berseru.
"Mereka berdiam di rumah penginapan ini, biniku berada didapur, putraku membantu
mengerjakan apa saja, kami sekeluarga tiada yang menganggur, kami pun tidak memakai
pembantu" maklum usaha kecil, coba bayangkan saja, mana kuat kami menggaji orang?"
Orang itu segera tertawa.
"Bagus sekali kalau begitu, hujin kami memang kuatir disini terlalu banyak pembantu, kalau
begitu kami akan tinggal disini saja, Aaaah, benar, berapa jumlah anggota keluargamu."
"Tidak banyak, Cuma empat orang, tidak. . tidak, lima. . . lima orang, kami suami istri berdua,
seorang putri dan dua orang putra jadi jumlahnya lima orang."
Seandainya ada pelayan atau pembantu, harus menerangkan lebih dulu agar aku bisa
memperhitungkan juga!"
"Tidak ada, kami hanya usaha kecil-kecilan."
"Baik, kami akan memborong seluruh penginapanmu ini dengan bayaran lima ratus perak
sehari, Cuma harus dihitungkan pula dengan lima puluh tahil seorang bagi anggota keluargamu,
kau tidak merasa kelewat banyak bukan?"
"Yaa, tidak banyak, tidak banyak!"
"Kalau ada uang, tentu saja tak akan dianggap terlalu banyak."
Sambil tertawa pengurus rumah tangga tua itu berkata lagi:
"Baik, kita sudah menetapkan demikian, aku harap masing-masing tak boleh mengingkari lagi,
berapa hari kami akan berdiam disini masih belum tahu, pokoknya sehari kami tinggal disini, sehari
akan kami bayar kontan, inilah bayaran untuk hari ini, dua ratus lima puluh tahil perak, harap kau
terima dulu!"
Tangan si pemilik penginapan yang dipakai untuk menerima uang tersebut kelihatan gemetar
keras, namun dia tidak menjadi bodoh karena kegirangan, dia masih bisa memperhitungkan
jumlah angka, maka segera serunya:
"Lo koan keh, bukankah kau berjanji akan memberi lima ratus tahil perak untuk satu hari?"
"Betul, nilai menyewakan lima ratus tahil, tapi dipotong dengan lima orang anggota keluargamu
tiap kepala lima puluh tahil, maka jumlahnya tinggal dua ratus lima puluh tahil. . . ."
"Mengapa kau memotong uang kami?"
"Begini ceritanya, nyonya kami suka akan kebersihan, kami tidak membutuhkan pelayanmu,
pekerjaan apa saja akan melakukannya sendiri kebetulan kamipun menyewa rumah penginapan

lain di kota maka kalian akan kami kirim untuk menginap sementara waktu disana, berhubung
kamipun tak akan membiarkan anggota keluarga kalian berjumpa dengan orang lain, maka kami
akan mengirim orang untuk memperhatikan kalian, harus memberi makan minum buat kalian,
maka setiap orang harus dipotong lima puluh tahil perak, mungkin nilai ini kelewat tinggi tapi
mereka adalah anggota keluargamu, kan sudah sewajarnya mengeluarkan uang buat mereka
bukan? Jika kau mempunyai pelayan, libur saja dua hari suruh mereka pulang, bukankah kaupun
akan menghemat? Untung saja anggota keluarga kalian Cuma lima orang itu berarti kau masih
untung bukan?"
Untung saja pemilik rumah penginapan itu tak sampai muntah darah, tentu saja dia tak dapat
mengatakan tidak, karena dalam kenyataannya usahanya kali ini menguntungkan sekali, bahkan
pada hakekatnya membuat tidak percaya.
Kembali Lo koan keh menggapai memanggil dua ekor kereta kuda, kemudian oleh lima orang
lelaki kekar dia dan keempat anggota keluarganya segera dinaikkan keatas kereta
ooo0ooo
DENGAN hormat sekali si singa emas mengetuk pintu kamar, sampai pada ketukan yang
kedua, dari dalam kamar baru mendengar suara yang merdu merayu menegur:
"Siapa ?"
"Lapor, sau-kiongcu, hamba yang datang!"
"Oooh, empek Kim, silahkan masuk, pintu tidak dikunci"
Singa emas mendorong pintu dan masuk tapi dengan cepat dia berdiri tertegun.
Sebab Cia Siau giok sedang menyisir rambutnya.
Menyisir rambut sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang mengejutkan, hampir setiap
perempuan pasti menyisir rambut, sekalipun si nenek yang rambutnya telah beruban pun, setiap
hari pasti akan membutuhkan banyak waktu untuk pelan-pelan menyisir rambutnya.
*************************
Halaman 48 - 49 hilang
*************************
Cia Siau giok tidak berpaling, yang terlihat oleh si singa emas tak lebih hanya bayangannya
dibalik cermin tetapi senyumannya yang polos, suara yang manja telah membuat seluruh tubuhnya
seakan-akan terjerumus ke dalam suatu keadaaan tiada aku.
Cia Siau giok tidak tahu kalau dia sudah berlutut, sambil tertawa tanyanya lagi.
"Empek Kim, apakah kau sudah mengadakan hubungan kontak?"
"Sudah, hubungan kontak sudah kulakukan, besok pagi Kiongcu akan mengundang kita untuk
masuk!"
"Ia bersedia menjumpai aku?"

"Sebenarnya tak mau, tapi kemudian setelah mengetahui kalau urusan yang budak tua
kemukakan amat serius, dia baru mau mengabulkan."
"Mengapa sih dia menyembunyikan diri di tempat yang terpencil ?"
"Untuk menyucikan diri dan menjauhkan diri dari keramaian dunia. . . ."
"Tempat ini tidak sepi, terutama sekali segala peristiwa aneh yang diterbitkan olehnya, apakah
dia bisa memperoleh ketenangan di tempat seperti ini?"
Kiongcu telah mendapat julukan sebagai malatkat kabut beracun, semua orang dibuat
ketakutan olehnya, dan siapapun tak berani kesitu untuk menghantar kematian, dia adalah
malaikat yang dihormati dan disegani oleh setiap orang.
Aaah, paling paling cuma orang desa yang bisa digertak dan dibikin ketakutan olehnya, coba
kalau ada orang yang pandai bersilat datang kesitu, niscaya mereka tak akan mempercayai
dongeng tersebut, malahan bisa jadi akan melakukan penyelidikan kesana.
Berapa tahun berselang memang terdapat manusia semacam ini yang pergi melakukan
pengintaian, tapi kenyataannya mereka ditemukan tewas semua karena terserang kabut beracun,
sejak itulah tak seorangpun manusia yang berani datang ke situ untuk menghantar kematian!
Cia Siau giok tertawa.
"Ya, mereka mampus karena orang-orang itu Cuma kawanan jago silat kasaran, coba kalau
bertemu dengan jagoan yang sesungguhnya, kabut beracun itu tidak akan membuat mereka
ketakutan.
Kiongcu sama sekali tidak mencampuri urusan dunia persilatan, diapun tak mau melibatkan diri
di dalam persoalan apapun, seorang jago lihay yang sesungguhnya tak nanti akan kesitu untuk
mengusik ketenangan.
"Benarkah begitu? Untung dia tak berjumpa dengan Ting Peng, sifat ingin tahu yang dimiliki
orang itu luar biasa sekali!"
Singa emas tak tahu bagaimana harus menjawab, terpaksa dia hanya membungkam dalam
seribu bahasa.
Cia Siau giok berpaling, sekarang dia baru tahu kalau si singa emas sedang berlutut, tanpa
terasa serunya dengan terperanjat.
"Empek Kim, apa yang sedang kau lakukan ? Ayo cepat bangun!"
Oleh karena budak tua menyaksikan Sau kiongcu amat berwibawa, maka budak tua tak berani
bersikap kurang ajar."
"Oooh, benarkah aku memiliki kekuatan iblis sedemikian besarnya sehingga bisa membuat
Tianglo dari Mo kau seperti kau pun takluk seratus persen?"
"Benar, kekuatan tersebut sudah bukan termasuk kekuatan iblis sedemikian lagi, melainkan
semacam kekuatan sakti kesucian dan keanggunan sau kiongcu cukup membuat siapa saja
bertekuk lutut!"
"Termasuk perempuan?"

"Menurut pendapat budak itu, entah laki-laki entah perempuan baik yang tua maupun yang
muda, semuanya sama saja!"
"Kalau begitu, aku harus muncul dalam sikap dan bentuk seperti ini. . . . ?"
"Benar, sayang sekali budak tua belum pernah menjumpainya dahulu, apabila sau kiongcu
muncul dengan wajah seperti ini, seluruh kolong langit mungkin sudah terjatuh kedalam
cengkeramanmu."
Cia Siau giok tertawa.
"Aku mah sudah sejak dulu mengetahui akan hal ini", katanya:
"Oooh, bagaimana caranya sau kiongcu mengetahui akan hal ini?"
"Waktu itu aku masih muncul dalam bentuk sebagai Giok Bu sia, lotoa dari Lian im cap si sat,
tatkala menjumpai suatu persoalan yang amat penting, waktu itu aku sedang menyisir rambut,
tatkala menyaksikan diriku, akhirnya mereka sama-sama menjatuhkan diri berlutut diatas tanah."
"Kalau toh sau kiongcu sudah mengetahui kalau dirimu memiliki suatu kelebihan yang amat
luar biasa, sudah seharusnya bila kelebihan tersebut kau manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Sambil tertawa Cia Siau giok menggeleng.
Sebenarnya aku pun mempunyai rencana untuk berbuat demikian, tapi akhirnya niatku itu
terpaksa harus kuurungakan.
"Mengapa?"
Sejak saat itulah, setiap anggota Lian im cap si sat yang bertemu dengan diriku selalu
menunjukkan sikap yang amat menghormat, bahkan menghembuskan napas panjangpun tak
berani!"
"Hal ini dikarenakan munculnya satu perasaan hormat yang timbul dari dasar hati kecilnya,
sekarangpun budak tua tak berani menghembuskan napas keras-keras!"
Tapi aku tak ingin kalian berubah menjadi begini!"
Mengapa? Bukankah tujuan sau kiongcu adalah menaklukkan kolong langit? Inilah cara yang
paling mudah dan gampang untuk dikerjakan""
Yang kuinginkan adalah menguasahi kolong langit, bukan membuat semua orang bertekuk
lutut dihadapanku!"
"Bila sau kiongcu ada perintah, budak pasti tak akan menampik dengan begitu saja!"
"Oooh, kalau aku suruh kau maju dan memeluk aku?"
"Soal ini, budak tak berani!"
"Bila ada orang menggunakan pisau yang ditempelkan dibelakang tubuhmu untuk emmaksa
kau berbuat demikian?"

"Budak lebih suka ditusuk daripada mengusik dan menodai sau kiongcu. . ."
Cia Siau giok tertawa.
"Itulah dia, justru karena alasan ini maka aku segan untuk melakukannya, aku tak mau
seorang diri di puncak terttinggi seperti ibuku!"
"Apakah sau kiongcu tak pernah bertemu dengan kiongcu?" tanya singa emas dengan
perasaan bergetar keras.
"Belum pernah, sejak berusia tiga tahun kalian telah membawaku pergi dari ibuku, sejak saat
itulah aku tak pernah berjumpa lagi dengannya. . . . !"
"Darimana sau kiongcu bisa tahu seperti kiongcu?"
"Bukankah kalian yang sering bercerita? Sejak kecil aku sudah sering kali mendengar kalian
berkata bahwa wajahku mirip ibuku, selain itupun aku tahu dari ayahku"
"Apakah Cia tayhiap juga bilang kalau sau kiongcu mirip kiongcu?"
"Benar itulah sebabnya dia tak suka diriku, memandang kepadaku, pada hakekatnya tak
pernah menganggap diriku sebagai putrinya!"
Kiongcu dan sau kiongcu bukan manusia sembarangan inilah sebabnya sering kali menjumpai
kejadian-kejadian vang luar biasa, bagaimana mungkin bisa disamakan dengan orang biasa?
Dahulu Cia Siah giok sudah berulang kali mendengar orang berbicara demikian setiap kali dia
menggerutu pasti ada orang yang menasehati dan menghiburnya dengan kata-kata seperti itu.
Setiap kali dia mendengarnya ucapan mana semangatnya lantas bangkit kembali membuat dia
melupakan segala sesuatunya tapi sekarang, ketika Kim say tianglo mengulangi sekali lagi ucapan
tersebut ternyata reaksi yang timbul sama sekali diluar dugaan.
Sekarang Cia Siau giok bukan bocah cilik, tidak seperti dahulu gampang dibohongi..
Kini, dia sudah dapat merasakan sendiri semua rasa Cinta, benci, girang dan marah bahkan
oleh karena kehidupannya beribu kali-kali lipat lebih rumit dari pada orang lain, maka diapun dapat
meresapi hal tersebut beribu kali lipat lebih dalam.
Ketika si singa mengucapkan kata-kata hiburan yang tua itu, dia sendiripun tidak percaya,
diapun tidak mengharapkan Cia Siau giok dapat mempercayainya.
Dia hanya merasa bila mana perlu, ucapan tersebut harus diulangi kembali.
Siapa tahu tiba-tiba saja dari balik mata Cia Siau giok segera mencorong sinar tajam seperti
seorang bocah- bocah yang secara tiba-tiba mendapatkan benda yang sudah lama disukai saja, ia
nampak girang sekali.
"Benarkah aku berbeda dengan manusia biasa?" pekiknya.
"Benar, sau-kiongcu memiliki bakat alam yang sama sekali berbeda, dengan manusia biasa!!
"Bakat alam?" Bakat alam yang mana?"

Singa emas tertegun, padahal ucapan tersebut diutarakan sekenanya saja tanpa di sertai
dengan pemikiran yang lebih mendalam sewaktu kecil dulu, penampilan Cia Siau giok memang
luar biasa sekali.
Hanya saja kelebihan dan keluar biasaan ini sulit untuk diterangkan kepada orang lain.
Misalnya saja, pada usia tujuh delapan tahun dulu, sifat dan daya tarik kewanitaannya sudah
amat besar! sekalipun hanya sekulum senyuman belaka, kadang kala bisa membuat seorang pria
menjadi terkesima dan tertarik kepadanya.
Tentu saja daya tarik itu adalah semacam daya tarik seorang perempuan terhadap lawan
jenisnya.
"Kau seperti ibumu, merupakan perempuan luar biasa yang berbakat alam, siluman iblis yang
bisa memikat kaum pria sampai mampus, siluman rase yang luar biasa dan berbakat"
Ucapan seperti itu berkecamuk dalam benak Si Singa emas, namun dia tak berani
mengutarakannya keluar, tapi diapun membutuhkan suatu jawaban yang tepat.
Bila Cia Siau giok mangajukan suatu pertanyaan, maka pertanyaan tersebut harus dijawab,
bahkan harus merupakan suatu jawaban yang bisa membuatnya merasa puas.
Kebiasaan seperti inipun merupakan didikan dari mereka sendiri, dia dan naga perak serta
banyak lagi manusia-manusia seangkatan dari mereka semuanya rela untuk dicocok hidungnya
oleh ibu dan anak berdua itu serta dituntun untuk pergi kemana saja, merekapun rela dan bersedia
melakukan pekerjaan apapun, termasuk pekerjaan yang mereka sendiripun tak berani untuk
melakukan.
Mengapa demikian?
Bukan hanya satu kali dia mengajukan pertanyaan tersebut kepada diri sendiri tapi selamanya
tak pernah memperoleh jawaban yang memuaskan, merekapun bukan hanya satu dua kali saja
saling mengadakan tanya jawab. . . .
Seandainya Cia Siau giok dan ibunya tidak memiliki suatu bakat alam, atau semacam daya
pengaruh yang luar biasa, mustahil mereka bisa berbuat demikian.
"Sau kiongcu mempunyai semacam bakat terpendam yang membuat orang lain terpengaruh,
sehingga tak berani bertatap pandang, takluk dengan hati tulus dan rela melaksanakan perintah
apa pun"
Tentu saja, jawaban dari si Singa emas ini sudah melalui suatu pemikiran yang amat
mendalam, semacam tehnik untuk menjawab.
`Apakah ibuku sejak kecil sudah memiliki daya kemampuan tersebut?"
"Benar, sejak kecil kiongcu sudah memiliki kemampuan untuk membuat semua orang tunduk
dan takluk kepadanya, setiap orang yang pernah berjumpa dengannya, tanpa terasa selalu tunduk
dan takluk dibawah telapak kakinya!"
"Tapi kenyataannya dia toh tak berhasil menguasahi seluruh kolong langit?"

"Hal ini dikarenakan dia telah berkenalan dengan seorang lelaki yang sesungguhnya tak boleh
dikenali, dia telah kehilangan kepercayaan atas dirinya sendiri!"
"Apakah lelaki itu adalah ayahku?"
"Benar, Cia tayhiap adalah seorang dewa pedang, juga merupakan seorang lelaki yang
pamdai menaklukkan hati wanita!"
"Seperti Ting Peng?`
"Benar" dengan cepat Singa emas menjawab "mereka adalah manusia sejenis, oleh sebab itu
paling baik jika sau-kiongcu menjauhi manusia seperti itu`
"Mungkinkah? Setiap kali kita hendak melakukan sesuatu, dia selalu datang mencari kita"
"Terpaksa kita harus memusnahkan dirinya!"
Cia Siau giok menghela napas panjang.
"Empek Kim, kau bukan orang pertama yang menganjurkan diriku, akupun bukannya tak
pernah mencoba, selama ini aku selalu memeras otak, aku tak akan meniru keadaan ibu yang
putus asa, kecewa dan selalu murung, soal ini tentunya kau bisa melihatnya sendiri bukan?"
"Benar, sau kiongcu memang memiliki daya tarik yang jauh lebih besar daripada Kiongcu
dulu!"
Tapi aku tak mampu melenyapkan Ting Peng, bukannya tak tega untuk turun tangan,
melainkan benar-benar tak mampu untuk menghilangkan dia dari muka bumi""
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat lamanya, Singa emas tahu bahwa ucapan
tersebut bukan alasan, melainkan suatu kenyataan, dia pernah menyaksikan kelihayan golok dari
Ting peng, dia pun menaruh perasaan ngeri dan seram terhadap pemuda itu"
Sudah lama ibuku mengasingkan diri ditengah bukit, apakah dia sedang melatih semacam
ilmu!"
"Benar, setelah dia mengetahui kalau dengan cinta tak mungkin bisa menaklukkan Cia Siau
hong, maka dia bersumpah hendak melatih ilmu silatnya sehingga jauh mengungguli dirinya!
Tapi, mungkinkah hal ini bisa dicapai?
Sudah lama Kiongcu tak pernah muncul di dalam dunia persilatan, dahulu dia selalu
menjadikan Cia Siau hong sebagai sasarannya, mungkin saja ada kemampuan untuk
melampauinya, tapi selama banyak tahun Cia Siau hong sendiripun mengalami kemajuan yang
amat pesat, bila ditinjau dari situasi ketika bertemu dengan Ting Peng, agaknya Cia Tayhiap sudah
berhasil mencapai suatu taraf yang baru, jauh lebih unggul daripada kemampuan Kiongcu!"
Lantas mengapa kalian tidak pergi memberi tahukan hal tersebut kepadanya?
singa emas termenung beberapa saat, kemudlian baru jawabnya.
Selama ini Kiongcu tak pernah mau percaya dengan nasehat orang, selamanya dia menilai
dunia melalui kaca matanya sendiri.
Bila begini keadaannya, apakah ia akan berhasil?"

Singa emas berpikir sebentar, kemudian baru menjawab:
Tidak dapat, oleh sebab itu kami menumpahkan harapankami diatas tubuh sau kiongcu.
Jadi kalian menganggap aku lebih punya harapan ketimbang ibuku?"
Sejak mulai, Sau Kiongcu sudah melakukan hubungannya yang luas dengan seluruh umat
persilatan, tentu saja pandanganmu akan jauh lebih mendalam daripada pandangan kiongcu,
lagipula sau kiongcu juga mempunyai nama keluarga dari Sin kiam san ceng yang amat
termashur, hal ini merupakan suatu kesempatan yang baik sekali bagi sau Kiongcu untuk maju
lebih ke depan.
Seandainya kedudukanku sebagai toa siocia dari keluarga Cia masih ada manfaatnya berarti
aku harus mencegah ibumu agar jangan mengacau ayahku bukan?"
Soal ini. . . tampaknya sau kiongcu harus membicarakan sendiri dengan kiongcu,
sesungguhnya budak tua merasa kurang leluasa untuk turut memberikan pendapatnya, namun
sau kiongcu tak usah kuatir, kemampuan yang dimiliki Cia tayhiap sekarang sudah tak mungkin
bisa dipunahkan oleh siapa saja.
ooo0ooo
Fajar baru saja menyingsing, matahari belum mengolkan diri, hanya di ufuk timur terlihat
lapisan cahaya merah menyelimuti jagad.
Saat ini merupakan saat paling berbahaya untuk melintasi bukit, karena disaat beginilah kabut
beracun sedang menyelimuti jagad dengan hebatnya.
Lembah kematian diliputi kegelapan, di atas permukaan tanah melayang kabut tipis yang
berwarna-warni.
Pemandangan semacam ini tak ubahnya dengan pendangan di pintu gerbang menuju beraka.
Seluruh jagad seakan-akan dilapisi oleh hawa iblis yang menggidikkan hati.
Cia Siau giok mengenakan pakaian yang indah, dia didampingi oleh Singa emas yang bersikap
menghormat.
Di depan kuil dewi kabut berkerumun penduduk desa yang diliputi oleh perasaan ingin tahu,
mereka menyembunyikan diri di tempat-tempat yang tidak mudah ditemukan dan menyaksikan
perempuan muda yang sedang bersembahyang untuk kesembuhan dari suami dan ayahnya ini,
mereka ingin tahu apakah permintaannya akan dikabulkan oleh dewi kabut.
Setelah berlutut tiga kali menyembah tujuh kali, memasang Hio, mempersembahkan korban,
segala sesuatunya berjalan dengan lancar.
(Bersambung ke Jilid 26)
Jilid 26
SEBAGAI juru kuncinya adalah seorang nenek yang bersifat sangat aneh, mukanya tetap kaku
tanpa emosi. sama sekali tak nampak perubahan apapun disebabkn keistimewaan dari tamunya
ini.
Selesai bersembahyang seperti biasa dari atas meja altar meluncur jatuh selembar kertas.

Ketika itu berwarna putih yang tiada tulisan, biasanya harus dibakar dahulu sebelum muncul
huruf diatas kertas mana.
Biasanya tulisan itu di beri resep obat dan memberi tahukan kepada pemohon obat apakah
yang harus di minum.
Tapi petunjuk yang tertera diatas kertas kali ini ternyata tidak berisi resep, setelah nyonya
muda itu membaca petunjuk tersebut, dia lantas bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah tebing
curam ditepi lembah tersebut..
Pada saat itulah si pengurus rumah tangga tersebut baru maju untuk membaca isi petunjuk itu,
kemudian sambil mengejar dari belakangnya dia berseru:
"Nyonya muda, nyonya muda, jangan". Dia mengejar kedepan, dan menuju ke tepi jurang, tapi
nyonya perempuan itu sudah melompat masuk ke dalam jurang tersebut.
Semua penonton yang menyaksikan kejadian tersebut menjerit kaget, tak tahan lagi mereka
bersama-sama munculkan diri. . .
Ketika Lo koan keh itu mengejar nyonya mudanya, dia datang agak terlambat selangkah, yang
berhasil ditarik hanya se dikit ujung bajunya saja....
Dia termangu-mangu berapa saat lamanya di tepi jurang, akhirnya dengan suara parau
katanya:
"Sau hujin, kau bawalah serta budak tua, kalau tidak bagaimana mungkin budak tua bisa
mempertanggung jawabkan diri nanti"
Maka diapun ikut terjun ke dalam jurang. Kejadian ini kontan saja membuat semua orang
menjerit kaget, kali ini bukan berasal dari tempat persembunyian lagi, melainkan sudah munculkan
diri.
Tapi orang-orang itu tak mampu mencegah terjadinya tragedi tersebut, siapapun tak
berkemampuan untuk mencegah kedua orang itu berbuat nekad, siapa pun hanya bisa
menyaksikan kedua orang manusia hidup itu memasuki lembah kematian.
Akhirnya semua orang pun berbondong-bondong mendatangi altar dewi kabut, mereka ingin
tahu isi dari tulisan yang telah terbakar sampai hangus tersebut.
"Suamimu telah membuat dosa terhadap dewa penyakit, karenanya ditakdirkan untuk
terjangkit penyakit parah sehingga mati dan hancur tak berwujud badan.
Bila ingin memperoleh pertolongan dan terhindar dari malapetaka," kau harus bersedia
menjadi dayang kami.
Tulisan itu ditulis dengan huruf yang sangat indah, kuat dan bertenaga.
Seorang nyonya muda yang berhati tulus mengharapkan suaminya bisa tertolong dari musibah
untuk menyelamatkan jiwanya, ia rela terjun ke dalam lembah kematian.
Seorang pelayan tua yang biasa mengikuti majikan perempuannya terjun pula kedalam lembah
kematian.
Maka sejak saat itu beredarlah suatu dongeng baru tentang lembah kematian, hal mana
menambah pula seramnya suasana di situ.

Apakah suami yang kejangkitan penyakit parah itu akhirnya dapat sembuh?
Tiada orang yang tahu sebab pelayan yang datang bersama mereka itu sudah pergi secara
diam-diam, pergi entah kemana dan tak bisa ditelusuri lagi.
Tapi tiada orang yang curiga, sebab jaman itu orang masih percaya dengan tahayul.
ooo0ooo
YOK LIU DAN THIAN BI
SURAT perintah yang hangus itu di bawa orang dan berpindah dari satu tangan ke tangan lain,
akhirnya lenyap secara misterius, dikirim ke suatu tempat.
Atau tepatnya kehadapan seorang kakek.
Kakek itu duduk saling berhadapan dengan seorang nenek, memandang tulisan itu sekulum
senyuman dingin segera menghiasi ujung bibir kakek tersebut.
Rupanya dia bersembunyi disana, tak aneh kalau selama banyak tahun tak pernah
menemukan jejaknya!"
Sudahlah, kalau toh tuan putri telah menjauhkan diri dari keramaian dunia, anggap saja urusan
sudah selesai, buat apa kita mesti mengejarnya terus?" kata nenek itu.
"Bagaimana mungkin aku bisa berpeluk tangan belaka? Semua usahaku dan perjuanganku
akhirnya kandas ditangannya, aku tak bisa melepaskan dia dengan begitu saja."
Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata lagi.
"Cukong, kau tak bisa menyalahkan dia, kita sendiripun mempunyai kekeliruan"
"Kesalahanku yang terbesar adalah membiarkan dia hidup terus, bahkan menerimanya, aku
sudah tahu kalau dia adalah bibit pembawa bencana..."
"Cukong tegakah kau" Dapatkah kau melupakan bait syair yang dicantumkan diatas golok
tersebut ? Siau-lo it-ya-teng Cun-hi... bagaimanapun juga dia adalah putrimu, siapa tahu dia
adalah putri kandungmu sendiri?"
Hawa pembunuhan yang semula mencorong keluar dari balik mata kakek itu segera lenyap tak
berbekas, sebagai gantinya muncul selapis perasaan sedih dan murung yang amat tebal setelah
menghela napas panjang katanya kemudian:
"Aku betul-betul tidak percaya, seorang perempuan yang suci bersih semacam dia, ternyata
dapat melahirkan seorang putri semacam itu."
Nenek itu turut menghela napas.
"Haai, antara malaikat dan iblis sesungguhnya hanya berbeda sejengkal, mungkin kaulah yang
terlalu berhutang kepada ibunya!"
"Aku...aaai, kau tak akan mengerti!"
"Cukong, aku tidak mengerti kejadian apakah yang telah berlangsung diantara kalian, bila kau
tak bersedia mengutarakan, mereka yang mengetahui juga tak akan bersedia untuk menjawab,

tapi aku mengerti, si bocah perempuan yang datang kemari itu adalah seorang bocah yang amat
menarik hati, setiap orang akan menyukainya bila bertemu, dia bisa berubah menjadi begitu,
karena kita tidak mendidiknya secara baik!"
Mendadak kakek itu menggebrak meja sambil bangkit berdiri, dengan suara yang bersungguhsungguh
katanya:
"Tidak bisa, aku tak bisa membiarkan dia melakukan keonaran lebih jauh, dia telah
memusnahkan diriku dan ini sudah cukup, aku tak bisa membiarkan dia untuk menghancurkan
pula diri Ting Peng!"
"Bagaimana mungkin dia bisa menghancurkan Ting Peng?"
"Tahukah kau siapa yang telah terjun ke dalam jurang itu? Bila kau tahu siapakah orang itu
maka kau akan tahu apa pengaruhnya terhadap Ting Peng!"
"Siapa?"
"Singa emas dan Cia Siau giok!`
"Cia Siau giok, Bukankah dia adalah putri Cia Siau hong! Mengapa bisa berada bersama-sama
singa emas?"
"Aku tidak tahu, tapi hubungan antara mereka sudah pasti sangat akrab, Ting Peng pernah
membacok mati naga perak disekitar perkampungan Sin kiam san ceng"
kembali si nenek termenung beberapa saat lamanya, setelah itu lalu ujarnya.
"Cukong, walaupun aku tidak setuju, tapi selama banyak tahun aku selalu tunduk dan patuh
atas setiap petunjukmu, aku percaya setiap petunjukmu itu sungguh-sungguh dan benar, sekarang
kau suruh aku berbuat apa...??>
"Hujin darimana kau bisa tahu kalau aku akan menyuruh kau untuh berbuat sesuatu?`
Nenek itu tertawa.
"Soal itu mah gampang untuk ditebak, selama banyak tahun kau jarang sekali mencariku untuk
merundingkan sesuatu, tapi kali ini kau telah memperlihatkan surat itu kepadaku, hal ini berarti
kalau kau ada urusan dan hendak menugaskan aku untuk mengerjakannya!"
Kakek itu merenung sebentar, kemudian baru menghela napas panjang:
Aaaai.. benar, Hujin Mungkin kau dan si Unta tembaga yang harus mengerjakannya,
berhubung tenaga dalamku telah kusalurkan sebagian besar ke dalam tubuh Ting Peng, kini
sudah tak mampu untuk mengerjakan sendiri pekerjaan itu.
Kalau begitu aku harus pergi bersam si Unta tembaga?" "
Benar, bukan cuma kalian berdua saja yang harus turun tangan, bahkan semua jago-jago lihay
yang berada disisiku juga kalian bawa semua."
Hal ini mana boleh jadi? Bukankah dengan begitu tiada orang yang akan mendampigimu?"

Buat apa mereka mendampingi diriku? Sekarang aku sudah merupakan seorang tua renta
yang tak berguna, tiada orang akan tertarik lagi dengan diriku"
Cukong, sekarang kita bukan lagi bergurau, akupun tidak lagi bergurau, walaupun naga perak
dan walet emas sudah mati, masih ada si Singa emas. Secara paksa si Unta tembaga masih
mampu untuk menahannya. Sedangkan perempuan rendah itu hanya kau yang mampu untuk
menghadapinya. Sedangkan sisa nya boleh kau bawa untuk berjaga-jaga menghadapi mereka
yang lain. Itulah sebabnya kau harus membawa semua mereka yang terbaik!"
"Jadi kami pergi beradu jiwa!"
Paras muka kakek itu berubah menjadi amat serius, dia segera mengangguk.
Benar, bunuh mereka semua, jangan biarkan seorangpun diantara mereka berhasil
meloloskan diri, kali ini kita harus membersihkan perguruan dari unsur-unsur penghianat!"
Nenek itu seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi namun si kakek sudah mengulapkan
tangannya sambil berkata:
Kau tak usah berbicara lagi, keputusan ini kuambil setelah kupertimbangkan berulang kali, kita
bukan berbuat sok-sokan, bukan mencari nama, sekalipun Mo kau harus punah dari muka bumi,
paling tidak kita tak boleh membiarkan sebuah bibit bencanapun masih tetap hidup didunia ini".
Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata:
Baiklah, kalau begitu kita putuskan demikian, aku pasti akan melaksanakan perintahmu itu,
aku tahu kau bukan seorang manusia yang sembarangan mengambil keputusan.
Terima kasih banyak atas kepercayaanmu terhadapku.
Nenek itu memandang ke arahnya, simar cinta kasih yang tebal mencorong keluar dari balik
matanya, walaupun mereka sudah hidup sebagai suami isteri selama enam puluh tahun, namun
rasa cinta kasihnya tak pernah menjadi luntur.
Nenek, nenek itu pun mendadak merasakan suatu kepedihan, tiba-tiba dia menemukan bahwa
suaminya yang selalu tetap awet muda itu mendadak berubah menjadi tua sekali.
"Pergilah dengan berlega hati, tempat ini terpencil letaknya tak mungkin ada orang yang akan
mencari sampai disini, aku akan turun kedapur sendiri untuk menyiapkan dua macam sayur,
moga-moga saja kalian bisa pulang membawa kemenangan dan keberhasilan!"
Kakek itu menghantar rombongan sampai didepan lembah, sambil menggapaikan tangan
mengucapkan kata-kata penambah semangat yang dihantarpun merasa gembira.
Dengan wajah berseri si Unta tembaga berkata:
Kali ini cukong nampak amat cerah dan segar, selama tiga puluh tahun belakangan ini, belum
pernah kusaksikan dia segirang ini," "Benar, inilah keputusannya yang terbesar, selama hidupnya
dia telah menurunkan perintah pembunuhan yang amat besar"
"Semestimya Cukong sudah menurunkan perintah terhadap perempuan rendah ini sejak
dahulu, aku sudah banyak tahun menantikan perintah ini dan akhirnya berhasil juga kuperoleh!"
"Unta tembaga kau tidak mengetahui perasaannya."

"Aku tahu kalian selalu mengira Thian bi adalah putri Cukong, maka tidak tega untuk
menghadapinya!"
Apakah bukan? Menurut perhitungan usiapun kira-kira cocok sekali. . . ."
"Hamba tahu bahwa hal ini tidak mungkin!"
"Mengapa? Darimana kau bisa tahu?"
"Aku tahu dengan pasti, setiap orang mengira Yok liu hujin adalah seorang perempuan suci,
kecuali cukong dan aku, tiada pria lain yang tahu kalau dia adalah seorang perempuan cabul!"
"Unta tembaga, kau tak boleh berkata begitu!"
"Aku boleh saja berkata demikian, karena aku mempunyai bukti!"
"Bukti apa ?"
"Dia pernah merayuku!"
"Kau, Unta tembaga? Waktu itu kau masih berumur berapa?"
"Aku masih berumur empat belas tahun, pada hakekatnya belum mengetahui urusan
keduniawian, tapi dia tak bisa kehilangan lelaki didalam seharipun, waktu itu kebetulan dia datang
mencariku, berdaya upaya untuk merayuku dan memancingku naik ranjang, tapi sebelum aku
benar-benar merasakan tubuhnya, kebetulah cukong telah pulang!"
"Aaah, Mengapa aku tidak mengetahui tentang persoalan ini?"
Disinilah letak kebijaksanaan cukong, dia selalu merahasiakan kesalahan orang, waktu itu aku
masih ingat, ketika cukong melangkah masuk kedalam kamar, dia lantas melompat bangun dari
pembaringan dan sambil menangis melapor kepada cukong bahwa aku menganiayanya, akulah
yang hendak menodainya !"
"Apa yang di katakan cukong?"
Cukong hanya tertawa, dia bilang aku tak lebih cuma seorang kanak-kanak, darah muda masih
panas, diapun berwajah begitu cantik sehingga mungkin tak sanggup menahan diri, dia lantas
suruh aku minta maaf kepadanya danmelupakan kejadian itu, bahkan menjamin aku tak akan
berbuat demikian lagi dikemudian hari.
Oooh, jadi cukong percaya kalau kaulah yang bermaksud untuk memperkosa dirinya.
Si Unta tembaga mendongakkan kepalanya, Dalam kenyataan aku sendiri pun kurang
mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.. sebab teknik Yok liu hujin dalam
merayu kaum lelaki benar-benar kelewat lihay, dia selalu seperti sengaja tak sengaja untuk
membangkitkan hawa napsu birahi kaum pria, menanti kaum pria masuk perangkap dengan
sendirinya, seperti laron yang memapaki api.!"
"Apakah cukong mengetahui akan wataknya ini?`
"Selanjutnya aku kurang begitu jelas, tapi waktu itu dia sama sekali tidak tahu"

"Tapi dia toh mau bersikap bijaksana dan berjiwa besar dengan memaafkan perbuatanmu?"
"Benar, itulah sebabnya aku amat berterima kasih kepada cukong dan setia kepadanya terus
sampai mati!"
`Kalau begitu Singa emas sekalian pasti telah berbuat serong dengannya, apalagi usia mereka
jauh lebih besar daripada dirimu! `
Si Unta tembaga termenung sebentar, lalu baru berkata:
"Aku pikir hal ini memang tak dapat dihindari, itulah sebabnya mereka menunjukkan sikap
yang begitu setia dan membela terhadap Thian bi, aku rasa kebanyakan disebabkan oleh
hubungan tersebut!"
"Dari mana pula kau bisa membuktikan kalau Thian bi bukan putri Cukong...?"
"Karena Thian-bi mempunyai buah jari pada tangan kanannya"
"Bukti macam apakah hal ini?"
"Jari tangan yang bercabang-cabang merupakan keturunan, Cukong justru tak punya jari"
"Setiap orang dalam keraton tidak memiliki, siapa tahu kalau hal ini hanya merupakan warisan
dari berapa generasi?"..
"Aku tahu ada seseorang yang sejak di lahirkan sudah mempunyai cabang pada jari
tangannya, namun dia bukan orang Mo kiong, orang itu adalah pamanku, suatu hari dia datang
menjengukku.
"Mengapa dengan pamanmu itu!"
"Tak lama kemudian, Yok liu hujin pun lenyap secara misterius, kami telah melakukan
pencarian ke mana-mana akan tetapi tak pernah berhasil menemukan jejaknya, empat tahun
kemudian baru ada orang yang membopong Thian-bi datang ke istana"
"Bagaimana pula cara pembuktiannya? Waktu itu Thian bi sudah berusia tiga tahun lebih,
senadainya Yok liu hujin sudah berbadan dua ketika pergi, anaknya memang akan berusia sebaya
dengannya."
Si Unta tembaga menggeleng.
"Aku telah menyaksikan Thian bi memiliki cabang dalam jari tangannya, maka akupun minta
ijin untuk pulang sekalian baru menyelidiki persoalan ini, akhirnya baru kuketahui kalau
pamankulah yang telah mengajak Yok liu kabur dan hidup di dusun kelahiranku. . ."
"Hebat juga pamanmu itu!"
"sesungguhnya dia memang seorang lelaki tampan, pandai merayu lagi, dan yang paling
penting adalah pandai mengambil hati perempuan, sehingga kaburnya Yok liu bersamanya
sesungguhnya bukan suatu kejadian yang luar biasa, aku sudah mendapat kabar bahwa mereka
telah melahirkan seorang putri"
"Dia adalah Thian bi?"

"Benar, gadis itu memang berperawakan lebih besar dari usia bocah sebayanya sewaktu
dihantar ke sana katanya sudah merumur tiga tahun lebih, padahal Cuma dua tahun lebih sedikit."
"Kalau begitu Thian bi adalah putri pamanmu, yakni adik tongmu sendiri, bila sewaktu datang
dia hanya berusia dua tahun lebih, hal ini membuktikan kalau dia bukan darah daging cukong
sendiri!"
Si Unta tembaga hanya membungkam dalam seribu bahasa.
Kembali si nenek bertanya:
"Mengapa mereka mengirim putrinya agar kita yang memelihara?"
"Pamanku adalah seorang lelaki romantis, tapi sejak dia melarikan Yok liu, ternyata hidupnya
menjadi amat beraturan, dia selalu berada di rumah menjaganya, dua tahun pertama masih
mendingan, kemudian untuk melatih semacam ilmu pamanku telah bersikap agak dingin
terhadapnya, maka diapun mulai tidak tenteram hidup dalam rumah!"
Perempuan semacam dia memang tak pernah akan merasa tenteram bila dibiarkan hidup
kesepian!"
Pamanku tidak berjiwa besar seperti cukong, ketika akhirnya tertangkap basah kalau bininya
serong, dia segera membacok kedua orang itu sampai mampus, kemudian diapun bunuh diri!"
Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru menghela napas panjang.
"Aaai. . . padahal buat apa dia harus berbuat demikian? Yok liu toh bukan miliknya, dia
menganggap tiada lelaki yang tega untuk membunuhnya, tapi akhirnya dia toh ketemu batunya
juga, kali ini dia betul-betul mampus."
"Cubo, tampaknya kau seperti sudah mengetahui akan watak dari Yok liu ini?"
Nenek itu tertawa.
"Jangan lupa, akupun seorang wanita, biasanya wanita lebih mudah memahami perasaan
sesama wanita!"
"Kalau memang begitu, mengapa kau tidak memberitahukan hal ini kepada cukong?"
Kembali nenek itu tertawa.
"Hanya perempuan terbodoh yang akan menyerang perempuan lain dihadapan suaminya,
selama banyak tahun cukong selalu menaruh hormat kepadaku, karena aku tahu bagaimana
harus menjadi seorang perempuan yang sebenarnya!
Kali ini si Unta tembaga membungkam, diapun menaruh sikap yang amat hormat terhadap
Cubo nya ini, tapi inipun disebabkan karena dia merupakan istri cukong nya.
Dia sendiri tidak mempunyai daya tarik apapun.
Kalau dibilang wajahnya termasuk cukupan, tidak terlalu cerdik, tidak pula terlalu bodoh.

Selain tidak suka berbicara, tak pernah mengemukakan pendapat, tiada sesuatu yang luar
biasa, bahkan seakan-akan seorang yang tak bisa dan tak punya apa-apa, tapi cukong selalu
besikap sungkan dan hormat terhadapnya. Hal inilah yang selalu membuat dia tak habis mengerti.
Ada kalanya dia merasa sayang untuk cukongnya ini, dia merasa cukongnya gagah perkasa
lagi pula tampan, tidak seharusnya dia memiliki seorang bini seperti ini.
Sekarang, baru sampai detik ini baru mengerti dimanakah letak kelebihan dari cubonya, justru
dialah memiliki kecerdasan yang tinggi, kebesaran jiwa yang mengagumkan, penamplian yang
wajar dan sikap yang anggun, hampir semua keindahan dari seorang perempuan dimilikinya tanpa
ada yang ketinggalan.
Apabila seorang lelaki dapat menemukan seorang perempuan semacam ini, maka akan
bahagialah hidupnya sepanjang masa, sayang sekali perempuan semacam ini biasanya memang
sedikit sekali.
Tanpa terasa timbul perasaan yang amat menghormat dalam hati si Unta tembaga terhadap
cubonya ini.
Tiba-tiba nenek itu mengalihkan kembali pokok pembicaraannya ke soal lain, katanya.
"Unta tembagb apa pula yang terjadi dengan bait syair Siau lo it ya teng cun hi tersebut?"
Ooh, itulah bait syair yang membuat cukong tertarik kepada Yok-liu hujin sewaktu pertama kali
mereka bertemu, waktu itu kami sedang melakukan perjalanan melewati sebuah dusun wilayah
Kanglam, pemandangan alam sangat indah, dari sebuah rumah gubuk ditepi sebuah sungai suara
senandung tersebut berkumandang, suara itu segera menarik perhatian kami untuk melakukan
penyelidikan dan kami pun segera menjumpai Yok-liu hujin.
Waktu itu dia hanya putri seorang guru desa, seorang gadis dusun yang berbaju sederhana
tapi memiliki kecantikan yang luar biasa dan dia tampaknya tertarik oleh kegagahan serta
ketampanan cukong dalam pembicaraan yarg berlangsung berapa saat itulah akhirnya dia
memutuskan untuk pergi bersama kami, pergi meninggalkan ayahnya seorang diri. "
Kemudian, apakah dia tak pernah kembali lagi ?"
"Tidak, dia seperti sudah melupakan sama sekali akan ayahnya sebaliknya cukong masih
teringat dengannya, ia suruh aku mengunjunginya, waktu itua ayahnya sedang di rundung
kemiskinan dan hidup melarat, maka aku meninggalkan sejumlah emas, perak dan permata
untuknya, ketika aku menjenguknya untuk ke dua kalinya dia telah memanfaatkan harta yang
kutinggalkan itu untuk membeli sawah, membangun rumah bahkan mengawini perempuan muda
sebagai istrinya, kehidupan mereka nampak amat bahagia, maka cukong pun melarang aku untuk
berkunjung ke sana lagi"
"Mengapa?"
Dengan suasana kita pada waktu itu masa jaya sedang diambang pintu, ibaratnya matahari di
tengah angkasa, kurang baik bagi kita untuk mengadakan hubungan dengan seorang rakyat
biasa."
Nenek itu segera menghela napas panjang.
"Aaai. . . cukong memang manusia begitu, dia selalu meikirkan orang lain, manusia semacam
ini sesungguhnya tidak cocok untuk menjadi seorang kaucu!"

Berbeda sekali bial cukong sedang mengatasi masalah perkumpulan, dia tak pernah bersikap
ramah, semuanya tandas dan tegas."
"Betul, memang dia harus begitu berbicara menurut perasaan, tidak salah lagi bila Mo kau
dianggap sebagai perkumpulan kaum sesat umat persilatan sebab Mo kau mempunyai banyak
peraturan dan banyak cara melatih ilmu yang sesat dan jahat, cukong ingin merubah pandangan
orang kepada Mo kau agar apa yang didengar tentang Mo kau berbeda dengan Mo kau yang
sebenarnya karena itu dia baru menerapkan banyak peraturan secara ketat mengendali-kan
anggotanya untuk berbuat sewenang-wenang, tapi justru karena inilah menimbulkan rasa tak puas
dari banyak orang sehingga akhirnya terjadi peristiwa penghianatan."
Tak bisa dibilang begitu, sampai sekarang cukong toh masih mempunyai banyak pengikut
yang tetap setia sampai mati kepadanya!"
Tapi jumlahnya sudah menciut sehingga menjadi sedikit sekali, orang-orang itu bisa bergabung
dengan kita tak lain karena tertarik oleh ilmu perkumpulan kita yang aneh dan sakti dan berharap
bisa mewarisi kepandaian tersebut.
Si Unta tembaga membungkam dalam seribu bahasa.
Kembali si nenek bertanya:
"Mengapa cukong mengukir bait syair tersebut pada tubuh goloknya?"
"Tentang soal ini hamba kurang begitu tahu, sejak Yok liu hujin lenyap, ada sementara waktu
sifat cukong menjadi berangasan sekali dan membunuh banyak orang."
Perempuan luar biasa semacam itu memang sulit dilupakan oleh siapapun, jangan kan
cukong, bahkan akupun merasa seperti kehilangan sesuatu. . ."
Si Unta tembaga berpikir sebentar, kemudian katanya lagi.
"Walaupun cukong merasa gusar karena hilangnya, Yok liu hujin, mungkin dia pun kemudian
merasa kalau kemarahannya itu tidak berdasar dan salah, maka dia lantas mengukir syair tersebut
diatas goloknya untuk mengendalikan luapan emosi sendiri, ada beberapa kali kusaksikan dia
mencabut keluar goloknya dan memandang sekejap bait syair yang terukir di atasnya, kemudiain
hawa amarahnya pun segera mereda!"
"Kalau begitu mungkin dikarenakan alasan ini, semenjak saat itu ilmu goloknya juga berhasil
maju ke tingkatam yang lebih tinggi, permainan golonya nampak bertambah tangguh hingga
membuat nama perkum-pulan kita berkembang menjadi pesat dan tenar, tapi hal itu pula yang
akhirnya mencelakai dia"
"Benar, waktu itu perkembangan Mo-kau memang kelewat cepat, bahkan sudah melampaui
nama besar dari semua partai dan perguruan lainnya sehingga menimbul-kan perasaan tak tenang
dari semua orang, justru karena perkembangannya terlalu, cepat sehingga cukong tak bisa
melakukan pemeriksaan sendiri atas setiap persoalan yang ada, ia suruh si singa emas sekalian
bertanggung jawab sebagian atas masalah, tapi kenyataannya mereka justru menanamkan
banyak permusuhan untuk perkumpulan kita!"
Si nenek menghela napas panjang.

"Benar, setelah kejadian cukong merasa menderita kerugian yang amat besar, tapi dia tidak
menyalahkan orang lain, karena menganggap kesalahan tersebut merupakan kesalahan sendiri!"
"Hal ini tak bisa menyalahkan Cukong, dia bermaksud demi kebaikan kita semua`
"Unta tembaga, apakah kau masih belum memahami cukong? Apakah dia adalah seorang
manusia yang berwatak macam begitu? Dia adalah seorang kaucu, tentu saja dia bertanggung
jawab atas berhasil atau tidaknya semua masalah, disamping itu masih ada sebuah alasan lain
yakni dia adalah seorang manusia yang tinggi hati, dia selalu beranggapan tiada tandingannya
dikolong langit, tapi tempo hari dia justru menderita kekalahan diujung pedang Cia Siau-hong!"
Si Unta tembaga tidak berbicara lagi.
Cukong merasa bakatnya terbatas dan tahu kalau dalam hidupnya tak mungkin dia mencapai
kemajuan lagi, meski bacokan goloknya lihay, tapi dia tak mampu untuk melebihi Cia Siau hong,
karena itu dia benar-benar menjadi putus asa dan tak ada niat untuk bangkit kembali. Setelah
murung selama banyak tahun, akhirnya dia berhasil menemukan Ting Peng, bakat dari pemuda ini
merupakan suatu bakat luar biasa yang tak akan dijumpai dengan mudah, maka dia pun
melimpahkan seluruh harapannya ke tubuh anak muda ini!"
Bocah muda ini memang hebat, konon kemajuan yang berhasil dicapainya sekarang sudah
melebihi kemampuan cukong dulu, Gin liong dan Thi yan kedua-duanya tewas dalam satu
bacokan saja!"
Si nenek manggut-manggut.
"Benar, cukong juga telah membahas masalah itu, kematian naga perak bukan sesuatu yang
aneh, tapi putusnya lengan Thi yan baru benar-benar luar biasa karena dia bisa menguasahi golok
itu dan digunakan menurut kehendak hatinya, justru karena dia sudah dapat melepaskan diri dari
lingkungan pengaruh ibis maka ia baru dapat maju untuk mencapai taraf malaikat"
Apakah cukong belum dapat mengendali-kannya?
Tidak dapat, selama hidup dia hanya bisa berputar terus dalam taraf iblis, meski pun serangan
goloknya bisa diperhebat namun ia tak pernah berhasil untuk menguasahinya"
Kalau begitu perkampungan kita dapat bangkit dan jaya kembali ditangan Ting Peng"
"Itulah pengharapan cukong!".
"Mengapa kita tidak menyerahkan semua persoalan perkumpulan kepadanya saat ini juga"
"Tak boleh terlampau terburu napsu karena cukong harus mengurusi masalah perkumpulan,
apalagi kemajuan dari ilmu silat perkumpulan kita makin mencapai tarap terakhir semakin sukar
untuk melangkah maju, kalau tidak diperjuangkan dengan sepenuh tenaga dan seluruh perhatian
tidak terhimpun menjadi satu sulit rasanya untuk mencapai taraf tersebut, maka cukong
memutuskan untuk membiarkan dia berkembang dulu secara bebas, jangan dibebani dahulu oleh
persoalan lain!"
Cubo, kali ini kita hendak menyerbu sarang Thian bi, apakah hal tersebut juga dikarenakan
Ting Peng?"
Nenek itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata:
"Walaupun cukong berkata demikian, tapi aku percaya bukan begitu. . . ."

"Bukan?"
Menurut apa yang kuketahui, keadaan yang berhasil dicapai Ting Peng saat ini sudah tak
mungkin bisa dilukai oleh siapapun, cukong sengaja berbuat demikian tujuannya tak lain adalah
untuk membasmi sisa-sisa kejahatan dan unsur-unsur munafik dari Mo kau yang masih hidup di
dunia ini, dan selanjutnya menyerahkannya kepada Ting Peng seorang untuk mendirikan sebuah
perguruan yang suci dan bersih."
Cukong benar-benar seorang manusia yang luar biasa!"
ooo0ooo
Sekembalinya kedalam lembah tiba-tiba si kakek merasakan suatu kesepian yang luar biasa,
belum pernah ia merasakan kekosongan seperti apa yang dialaminya saat ini.
Semua orang penting dalam lembah telah pergi semua, yang tersisa hanya beberapa orang
murid yang baru masuk perguruan dan mengurusi soal-soal kecil.
Seandainya benar-benar ada orang yang menyusup ke dalam, mereka tak akan memiliki
sedikit kekuatanpun untuk melakukan perlawanan, walaupun dia pernah bilang tempat ini terpencil
letaknya dan tiada orang yang bisa menemukannya.
Tapi dia sendiripun tahu, ucapan tersebut tidak dapat dipercaya seratus persen. Suatu
organisasi yang terdiri dari banyak orang, tak mungkin bisa manyembunyikan diri kelewat rahasia,
apalagi kalau pihak lawan memiliki ketajaman hidung yang melebihi ketajaman hidung anjing
pemburu.
Selama banyak tahun, dia dapat melindungi diri dengan aman tenteram, yang paling penting
adalah dia menggantung diri pada kekuatan dan keampuhan yang dimiliki dari sisa-sisa kekuatan
perkumpulannya.
Beribu orang jago lihay melakukan penjagaan yang ketat terhadap seluruh markas besar
mereka, tak nanti musuh dalam jumlah kecil dapat menyusup ke dalamnya, sedang musuh dalam
jumlah besar akan diketahui dari tempat kejauhan.
Mereka dapat menghindarkan diri atau berpindah tempat sebelum orang-orang itu tiba disana.
Tapi sekarang semua orang yang paling diandalkan telah pergi semua meninggalkan tempat
itu.
Penjagaan di dalam lembah boleh di bilang sama sekali tak ada, sekarang asal ada seorang
jago kelas dua saja sudah mampu untuk menyusup masuk secara mudah.
Satu-satunya orang yang bisa melindungi dirinya hanyalah dia sendiri.
Untuk membuat Ting Peng berhasil, dia tak segan untuk menyalurkan segenap hawa murni
yang dilatihnya selama ini kepada pemuda itu.
Meski kemudian dia mengandalkan semacam ilmu simhoat dan dibantu obat-obatan dapat
mengembalikan hawa murninya hingga mencapai tiga bagian, tapi dengan kekuatan sebesar tiga
bagian, mampukah dia untuk menghadapi ancaman dari luar?.

Persoalan itu segera akan menjadi suatu kenyataan, karena dia melihat ada tiga orang, tiga
orang yang tidak seharusnya berada didalam lembah itu, dua orang perempuan dan seorang
lelaki.
ooo0ooo
SERGAPAN MAUT
Dia kenal dengan dua orang perempuan itu sebab mereka adalah dua orang dayang
ditugaskan untuk melayani Cing cing:
Cun Hoa dan Ciu Gwat.
Sebaliknya yang lelaki belum pernah di jumpai sebelumnya.
Kakek itu merasa tercengang dan diluar dugaan tapi tidak memperlihatkan rasa kaget dan
keheranan yang terlampau besar, hanya tegurnya dengan suara hambar:
Cun Hoa, Ciu Gwat, kenapa kalian kemari? Baik baikkah nona?"
Cun Hoa tertawa:
Apakah nona berada dalam keadaan baik budak kurang begitu jelas!" jawabnya.
"Mengapa kalian tidak begitu jelas? Bukankah kalian ditugaskan melayani nona?"
Ciu Gwat segera tertawa, katanya pula:
"Nona telah menyerahkan kami berdua untuk melayani Liu toaya ini, maka budak tidak
mengetahui jelas keadaan yang sebenarnya dari nona"
"Lantas ... mengapa kalian datang kemari?"
"Nona memerintahkan kepada kami untuk mengikuti terus Liu toaya ini kemanapun dia pergi
kami tak boleh melepaskannya, karena itu ketika Liu toaya kemari, terpaksa kamipun ikut kemari!"
Dengan cepat kakek itu mengalihkan sorot matanya ke arah lelaki tersebut, kemudian katanya
sambil tertawa dingin:
Siapa yang bernama Liu toaya?" Siapa yang berhak untuk menyebut dirinya sebagai toaya
dihadapanku?
Saat itulah lelaki tersebut baru membungkukkan badannya dan berkata sambil tertawa:
"Boanpwe Liu Yok siong!"
"Hmmm, kawanan tikus yang tak tahu malu!" tak tahan lagi terlintasp sikap sinis di atas wajah
kakek itu.
Liu Yok-siong tidak marah malah kata nya sambil tertawa:
"Boanpwe tidak menyangka kalau diriku adalah kawanan tikus tapi cianpwe sendiri pun tidak
lebih hebat dari padaku, kaum rase satu jenis dengan kaum tikus, jadi sebenarnya kita hanya
manusia-manusia dari jenis yang sama!"

Kakek itu marah sekali, seorang manusia kawanan kita seperti Liu Yok siong ternyata berani
mengucapkan ucapan semacam itu untuk berbicara dengannya, hal ini merupakan suatu kejadian
yang membuat orang tak tahan.
Dengan gusar lantas ia menuding ke arah pintu seraya membentak.
"Enyah, enyah kalian dari sini!"
Kembali Liu Yok siong tertawa.
"Asal benda yang harus boanpwe peroleh sudah didapatkan, tentu saja aku akan segera pergi
dari sini!"
kakek itu segera menarik sebuah tali yang berada dibelakang pintu itulah tali untuk memanggil
orang, sebab setiap murid dilarang masuk kedalam sebelum mendapat panggilan.
"Loya cu" kata Cun Hoa kemudian sambil tertawa, "apa yang kau inginkan? Perintahkan saja
kepada budak, biar budak yang melayani dirimu, tentu jauh lebih baik dari pada mereka yang
melayani kau "
Ciu Gwat turut tertawa katanya pula:
"Mungkin kami bodoh dan bebal, sulit untuk memenuhi keinginan majikan tua, tapi paling tidak
kami masih hidup, orang hidup toh jauh lebih baik dari pada orang mati bukan?"
Kakek itu menghela napas, diapun tahu bahwa ketiga orang ini bisa masuk dengan semaunya
sendiri karena orang-orang yang berada diluar sudah mengalami musibah.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu dia menatap kedua orang perempuan itu
sehingga membuat mereka merasakan sedikit kurang leluasa kemudian katanya:
"Semenjak kapan kalian berkomplot dengan si singa emas?"
"Sudah lama sekali" Ciu Gwat sambil tertawa. "semenjak dahulu kami adalah budak dari Kim
say tianglo, kemudian kami baru dipanggil untuk melayani nona"
Perasaan si kakek semakin tenggelam, kembali dia menghela napas panjang.
"Aku mengira setelah kalian berganti lingkungan maka sikap kalian akan berubah lebih baikan,
tapi kalau ditinjau sekarang, tampaknya kalian tetap cabul dan jalang!"
Cun Hoa kembali tertawa.
Loya cu, perkataan semacam itu tidak seharusnya muncul dari mulutmu, sewaktu kami
bergabung dengan perkumpulan ini, apa yang kami kerjakan toh semuanya merupakan perintah
dari kau orang tua!"
Tapi kemudian, bukankah aku suruh kalian bertobat dan meninggalkan jalan sesat untuk
kembali ke jalan yang benar?"
"Benar, kau pernah berkata begitu, tapi kau tidak memberitahukan kepada kami apa yang
disebut sebagai jalan benar itu" ucap Ciu gwat sambil tertawa.
Cun Hoa pun menyambung:

Kau lebih-lebih tak pernah mengajarkan kepada kami bagaimana caranya untuk kembali ke
jalan yang benar!"
Mengapa tidak?" teriak kakek itu gusar, "sudah kukatakan kalau semua perbuatan dari
perkumpulana kita dimasa lalu adalah sesat dan jahat, kalian diharuskan melepaskan semua yang
lalu, mengekang diri sendiri... "
Ciu Gwat tertawa.
Loya cu, kami sudah mengorbankan waktu bekerja sepuluh tahun untuk mempelajari berbagai
macam ilmu sesat dari perkumpulanmu itu, tapi kau hanya ingin merubah kami dengan sepatah
kata saja, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?"
Kakek ini menghela napas panjang.
"Yaa, aku tahu kalau ini susah, tapi bukan berarti tak mungkin, untuk bisa meloloskan diri dari
pengaruh sesat, dari Mo kau hanya ada satu cara yakni berusaha mengekang dan mengendalikan
diri sendiri, segala sesuatunya tergantung pada diri sendiri, tiada orang kedua yang dapat
membantu lesbian, tapi buktinya banyak orang dari perkumpulan kita yang berhasil melepaskan
diri dari kekangan sesat!"
Aku tahu, kata Cun hoa sambil tertawa, "orang-orang yang selama ini mendampingi loya cu
terus menerus adalah anak murid loya cu yang paling setia!"
"Benar" kata si kakek dengan wajah berseri, dari sini membuktikan kalau Mo kau belum tentu
sesat dan jahat, kami masih tetap dapat menjaga diri dan dihormati oleh semua orang!".
Mungkin saja ada kemungkinan semacam itu, tapi kami kakak beradik dua orang sudah tak
mempunyai kesempatan lagi untuk berbuat demikian` ucap Ciu Gwat tertawa.
Kakek itu tertegun, serunya:
Tidak ada kesempatan seperti ini? Kesempatan bagi kalian banyak sekali, aku sengaja
mengirim kalian untuk mendampingi Cing Cing tak lain karena aku mengharapkan dialah yang
mengawasi dan membimbing kalian berdua!"
Nona adalah satu-satunya perempuan suci dari perkumpulan kita!" kata Ciu Gwat tertawa.
Benar! Dia tak tersentuh dan terpengaruh oleh kesesatan dan kejelekan perkumpulan kita, bila
kalian mengikutinya maka kalian akan memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk maju.
Cun Hoa tertawa.
"Nona sendiri adalah perempuan suci, tapi dia tak pernah mengajarkan kepadaku, bagaimana
caranya menjadi perempuan suci tugas yang dia berikan kepada kami selalu merupakan
pekerjaan sesat dan jahat, di suruh kami untuk melayani Liu toaya ini."
Dia suruh kalian melayani kawanan tikus ini?..
Itu mah tidak, dia hanya suruh kami mengawasi toaya ini, cuma loya cu cerdik juga tahu, Liu
toaya ini adalah manusia paling sesat didunia ini!"

Siapa bilang tidak? sambung Ciu Gwat sambil tertawa, walaupun dia bukan anggota
perkumpulan kita, tapi jauh lebih sesat daripada manusia tersesat dari perkumpulan kita,
menugaskan kami untuk menghadapi manusia seperti ini ibaratnya dua ekor kucing yang
ditugaskan menjaga seekor ikan besar, bagaimana mungkin bisa ditahan hal-hal yang tak
diinginkan?"
Kakek itu memandang kearah mereka lalu menghela napas dengan penuh penderitaan.
"Aaai. . . sudah, sudahlah, siapa berani berbuat kejahatan, ia tak boleh dibiarkan hidup,
terhadap kalian berdua, lohu pun tak akan banyak berbicara lagi"
Loya cu, bila kau masih ingin memberi pelajaran kepada kami, tentu saja kami akan
mendengarkan dengan senang hati, sebab setelah lewat hari ini, mungkin tidak banyak
kesempatan lagi bagi loyacu untuk menasehati orang!"
Kakek itu memandang sekejap ke arah mereka, tiba-tiba tanyanya:
"Sebenarnya apa tujuan singa emas mengirim kalian datang kemari?"
"Untuk sesaat kedua orang gadis itu menjadi gelagapan dan tak sanggup menjawab.
Kembali kakek itu menghela napas, katanya lagi:
"Padahal aku tak usah bertanya lagi, sejak mereka berani menghianati aku secara terangterangan,
dia selalu mencari jejak ku!"
Ucapan loya cu memamg benar, hidupmu di dunia ini bagi mereka merupakan duri dalam
mata!"
Kakek itu segera mendongakkan kepala nya dan tertawa terbahak-bahak.
Haaah. . . haaah. . . haaah. . . kalau toh dia mempunyai kalian sebagai mata mata, rasa nya
bukan suatu pekerjaan yang sulit baginya untuk mengetahui jejak ku, mengapa dia tidak datang
saja kemari dan membunuhku ?
Ciu Gwat tertawa.
Mereka tak berani sebab bacokan geledek dari kau orang tua tiada orang yang bisa
membendungnya kecuali Cia Siau hong dari perkampungan Sin kiam san-ceng, apalagi sejak
pertarunganmu dengan Cia tayhiap tempo hari kaupun jarang sekali mencampuri urusan dalam
dunia persilatan lagi, oleh karena mereka tak bisa menemukan orang yang bisa menandingimu,
tentu saja mereka tak berani datang mengganggumu. . . ."
Sambil tertawa Cun Hoa menyambung:
"Apalagi kecuali kau masih ada banyak anggota perkumpulan yang setia kepadamu, mereka
adalah rekan-rekan lama oleh sebab itu mereka tak berani datang mengusikmu dengan begitu
saja."
"Bagaimana dengan ini hari? Mengapa diapun tak berani datang kemari. . . ?" tanya si kakek
sambil tertawa.
Cun Hoa tersenyum.

"Hari ini dia pun tak kemari karena dia telah pergi ke tempat Thian bi kuncu menemani majikan
muda ke situ."
"Majikan muda, siapa majikan muda?"
"Putri Thian bi kuncu!"
Thian bi juga mempunyai anak? Dia kawin dengan siapa? Putri siapakah itu?"
Thian bi kuncu belum kawin tapi sudah melahirkan seorang putri, dia telah menyerahkan
segala sesuatunya kepada putrinya ini."
Kakek itu mendengus.
"Hmmm, benar-benar suatu kejadian yang tak gampang, ternyata dia tak memperdulikan nama
sendiri dan mengadakan hubungan gelap dengan orang sehingga melahirkan anak, lelaki itu pasti
seorang lelaki yang luar biasa sekali?"
"Benar, dia adalah Cia Siau hong, Cia tayhiap!"
"Apa? Cia Siau hong?"
"Betul, kecuali Cia Siau hong siapakah yang bisa membuat Thian bi kuncu menjadi jatuh hati?"
Hawa amarah segera menyelimuti seluruh wajah kakek itu, bentaknya dengan suara keras:
"Tak heran kalau waktu itu Cia Siau hong datang mencariku, haaahhh. . . haaahhh. . .
haaahhh. . . Cia Siau hong wahai Cia Siau hong, sia-sia saja kau mempunyai nama besar,
rupanya kau tak lebih anya seorang manusia hidung bangor yang suka bermain perempuan.
Loya cu, kau harus memahami kemampuan dari Thian bi kuncu. apabila dia sudah
mengeluarkan tehnik merayunya, tiada seorang pria pun yang bisa melepaskan diri!
Kakek itu menghela napas panjang.
"Betul, apabila dia sudah berlagak serius, siapapun akan terpengaruh oleh kesucian dan
kepolosannya, seandainya tempo dulu lohu tidak mudah menpercayai hasutannya, bagaimana
mungkin perkumpulanku bisa porak poranda dan amggotaku banyak yang berhianat seperti saat
ini?
Ciu Gwat tertawa...
Tapi kenyataannya loya cu masih sanggup untuk berjuang dan meloloskan diri di bawah
pengaruhnya, hal ini sudah merupakan suatu tindakan yang tak gampang.
Kakek itu tidak menjawab, dia cuma tertawa getir belaka.
Kembali Cun Hoa berkata:
Akhirnya Cia tayhiap pun menyadari kalau dia sedang memperalat dirinya dalam keadaan
gusar ia lantas meninggalkan dirinya, didunia ini mungkin hanya kalian berdua saja yang bisa
melepaskan diri darinya atas kemampuan sendiri!"

Tampaknya kakek itu merasa sedikit terhibur, katanya kemudian:
"Jadi akhirnya Cia Siau hong juga meninggalkan dirinya? Hal ini membuktikan kalau di dunia
ini masih terdapat lelaki yang tidak terpengaruh oleh kaum wanita, bagus, bagus sekali.. , "Kalau
begitu nama besar Cia sam sauya sebagai si malaikat pedang memang bukan nama kosong
belaka`
Pada mulanya dia masih mencerca dan mencemooh Cia Siau hong, tapi dalam waktu singkat
dia sudah mulai memuji-muji kehbebatan Cia Siau hong ....
Cuma, bukan sesuatu yang gampang untuk mendapatkan pujian dari mulut kakek ini, dari sini
bisa diketahui bahwa untuk melepaskan diri dari pengaruh perempuan sesungguhnya dibutuhkan
suatu kemauan dan keteguhan imam yang besar, dan bukan sembarang orang dapat
melaksanakannya.
Terdengar Ciu Gwat berkata lagi:
"Berhubung Thian bi kuncu dua kali mengalami kegagalan total ditangan loya cu serta Cia
tayhiap, dia menganggap kejadian ini sebagai suatu peristiwa yang memalukan, dia lantas
merusak wajah sendiri dan menutup diri didalam lembah terpencil, setiap hari dia melatih tekun
ilmu silatnya dan bersumpah pada suatu ketika dia akan menggunakan ilmu silat yang sejati untuk
mengalahkan kalian dan menguasahi seluruh kolong langit! .
Mendengar itu, si kakek segera tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . ambisinya boleh dikagumi, tapi... dia itu manusia dengan
bakat macam apa? Jangan harap sepanjang hidupnya bisa mengungguli aku dan Cia Siau hong
melalui pertarungan ilmu silat.
Tentarg soal itu kurang begitu jelas, semenjak Thian bi Kuncu mengasingkan diri di tempat
terpencil, dia sudah putus sama sekali hubungannya dengan dunia luar, hanya Kim dan Gin dua
orang tianglo yang kadang kala pergi menjenguknya, mereka masih tetap setia terhadapnya.
Kuakui kalau Thian bi memiliki suatu kemampuan untuk menguasai orang lain, ia bisa menarik
Kim say dan Gin liong dari sisiku membuktikan kalau dia memang tangguh.. Bahkan sewaktu
berita itu tersiar, aku sendiri pun tidak percaya, aku malah mengira yang besar kemungkinannya
berhianat adalah Thi Yan suami istri, kedua orang ini paling tak bisa dibikin tenang, kedua adalah
Si Unta tembaga, sebab dia paling angkuh dan tinggi hati"
Cun Hoa segera tertawa.
"Konon Thian bi Kuncu telah menggunakan banyak waktu dan pikiran untuk berhasil
menguasahi Tong tou tianglo, sayang Si Unta tembaga kelewat menaruh hormat terhadap loya cu
sehingga tak pernah mau menerima bujuk rayunya, itulah sebabnya Thian bi Kuncu selalu
mengumpatnya sebagai budak rendah berjiwa kere"
Kakek itu menghela napas panjang.
"Aaai, kesetiaan si Unta tembaga terhadapku membuat aku sangat terharu, tapi dia kelewat
kaku hatinya, karena kuatir menyedihkan hatiku, pelbagai rencana busuk yang dilakukan Thian bi
secara diam-diam tak pernah dia laporkan kepadaku, coba kalau sejak dahulu aku tahu bila Thian
bi ada maksud untuk merampas kedudukanku ini, tak nanti akhirnya akan berakhir seperti ini!"
"Namun harapan Thian bi Kuncu untuk mewujudkan ambisinya selalu kecil, dia telah
melimpahkan semua tumpuan harapannya ke atas tubuh Cia Siau giok!

"Ooh, jadi Cia Siau giok adalah putri Thian bi dengan Cia Siau hong...? `
"Benar, jarang orang persilatan mengetahui hubungan antara Cia Tayhiap dengan Thian bi
Kuncu, tapi dia tak pernah menyangkal tentang kehadiran putrinya itu karena itulah Cia Siau giok
disamping mempunyai dukungan dari Thian bi Kuncu, dia pun mendapatkan nama dan pengaruh
dari Sin-kiam san ceng, inilah suatu kesempatan yang baik baginya untuk berjuang lebih jauh"
"Bagaimana dengan bocah perempuan itu?" "
"Bagus juga, dia memiliki kecerdikan seperti Cia Siau hong, tapi memiliki juga kecantikan dan
daya pikat seperti Thian bi Kuncu, sewaktu masih berada di perkampungan Sin kiam san ceng,
banyak sudah keturunan keluarga kenamaan yang jatuh hati kepadanya. Sehingga andaikata dia
berminat untuk menjagoi dunia persilatan, aku pikir hal tersebut bukan suatu persoalan yang
besar!"
"Bagaimanapun tangguhnya dia mengua-sahi kolong langit, jangan harap dia dapat
menaklukan Ting Peng !" ucap si kakek sambit tertawa penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Cun Hoa turut tertawa.
"Betul juga perkataan ini, buktinya beberapa kali Cia Siau giok harus menderita kerugian
ditangan Ting kongcu, bahkan hampir saja perkampungan Sin kiam san ceng kena diobrak abrik,
itulah sebabnya didampingi oleh Kim say tianglo, dia telah berangkat ke tempat pengasingan
Thian bi kuncu untuk mohon bantuan"
"Sekalipun Thian bi turun tangan sendiri apakah dia mampu berbuat sesuatu terhadap Ting
Peng"
"Soal ini budak kurang tahu, namun budak dengar selama beberapa tahun belakangan ini
Thian bi Kuncu sedang mendalami ilmu silat yang diperolehnya dari kitab Mo kau pit kip, bahkan
sudah berhasil dikuasahi dengan sempurna!"
Kakek itu mendengus lalu tertawa dingin.
"Heeehh . . . Heeehh . . . . heeehhh. . . . hampir semua kepandaian tersebut diperoleh dengan
menipu dari tangan lohu, memangnya lohu tidak jelas, mana mungkin ia bisa menguasahi ilmu
silat yang maha dahsyat? Paling banter dia Cuma dapat menyamakan kemampuan lohu, bila ingin
menyusul Ting Peng kecuali kalau dia bisa berganti tulang lebih dulu"
Tiba-tiba Cun Hoa berkata dengan nada yang amat menarik:
"Loyacu, kemampuan yang dimiliki Ting kongcu dapat melampaui beberapa puluh tahun hasil
latihanmu, kejadian ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang tak bisa masuk di akal!"
Kakek itu tertawa.
"Sesungguhnya tiada suatu yang aneh" katanya, "keberhasilan Ting Peng tidak lebih karena
dia memiliki bakat yang luar biasa"
"Padahal kepandaian silat yang dimiliki Ting Kongcu dulu amat biasa dan tiada sesuatu yang
aneh, bahkan tidak nampak juga kalau dia mempunyai suatu bakat yang luar biasa."

"Dia tidak berbakat untuk belajar ilmu pedang, maka dalam jurus pedangnya dia hanya
berhasil tapi kecil sekali", sahut si kakek tertawa, "tapi setelah belajar ilmu golokku maka dia
menjadi luar biasa, karena bakatnya memang cocok untuk mempelajari ilmu tersebut, ditambah
lagi dia telah mengalami pelbagai kejadian dan memiliki bakat yang bagus, maka serta merta
keberhasilannya bisa mencapai tingkatan yang luar biasa sekali. . . ."
Wataknya seakan-akan berubah menjadi amat tidak terima dengan sesuatu persoalan bahkan
dengan kedua orang budak itupun bisa berbicang-bincang dengan gembiranya, seakan0akan
sudah melupakan posisi mereka yang berdiri saling berhadapan sebagai musuh.
Tapi pada saat itulah ada seseorang yang mulai tidak sabar, ia mulai mendengus dingin.
Orang itu adalah Liu Yok siong.
"Tampaknya nyali bangsat ini menjadi sangat besar sekali, dalam situasi dan kondisi seperti
inipun berani mengeluarkan dengusannya yang menunjukkan sikap tak sabar.
Apa yang diandalkan sekarang.
Kakek itu segera mendengar suara dengusan tersebut, dengan gusar dia lantas menegur:
Hei, apa yang membuatmu mendengus!. Kau anggap ditempat dan keadaan seperti ini, kau
masih mempunyai hak untuk bersuara?
Liu Yok siong segera tertawa.
"Walaupun cianpwe tidak memandang sebelah matapun terhadap boanpwe, tapi boanpwe
bukan orang yang tidak becus seperti apa yang cianpwe bayangkan!
"Apakah Kim say menyuruh kalian datang untuk membunuh lohu? tegur kakek itu dingin.
Cun Hoa segera tertawa.
"Aaaah, masa budak sekalian berani bersikap demikian terhadap loya cu, apalagi kedatangan
budak sekalian inipan bukan atas perintah dari Kim say tianglo .
"Bukan?"
"Bukan"
Kakek itu manggut-manggut.,
"Yaa, aku pikir memang tak mungkin, bukankah si singa emas sedang pergi ke tempat
pengasingan Thian bi? Seharusnya berita yang lohu terima tak bakal salah!
"Benar, bukan saja Kim say tianglo telah pergi ke tempat pertapaan Thian bi kuncu bahkan Lo
hujin bersama Tong tou tianglo pun dengan membawa sekawan jago lihay meluruk semua kesitu,
perjumpaan kali ini pasti akan diteruskan dengan suatu pertempuran yang amat seru, siapa yang
kalah akan ditumpas sampai habis, tapi yang unggul pun tak memperoleh keuntungan apa-apa?!
Mendadak kakek itu berseru denga kaget.
"Darimana kalian bisa tahu?"
Cun Hoa segera tertawa.

Mana mungkin budak bisa memiliki kepandaian sebesar ini? Semuanya ini tak lain adalah
berita yang berhasil didengar oleh Liu toaya, dia memang luar biasa terutama sekali kemampuan
untuk mencari berita, kelihayannya luar biasa sekali"
Sambil tertawa Liu Yok siong berkata pula "Seandainya boanpwe tidak tahu kalau segenap
jago inti yang ada dalam lembah sudah pergi semua, masa kami berani datang kemari? Selama
beberapa tahun belakangan ini, meski Mo kau sudah mendekati keruntuhannva, namun kekuatan
yang berada disekitar cianpwe masih merupakan sesuatu kekuatan yang tak boleh dianggap
enteng oleh siapa saja"
"Lantas, apa maksud kedatangan kalian kemari?" tegur kakek itu lagi dingin.
"Pertama datang untuk menjenguk Cianpvwe"
"Bujuk rayu, hmmm! Lohu paling benci dengan manusia semacam ini ..." damprat kakek itu
marah.
Liu Yok siong tertawa, dia sama sekali tidak menggubris dampratan orang, katanya lebih
lanjut:
"Ke dua, akupun ada sedikit persoalan yang hendak dirundingkan dengan cianpwe!"
"Diantara kita berdua, tiada persoalan yang dapat dirundingkan lagi .... `
"Cianpwe janganlah kelewat keras kepala dengan ucapanmu itu, kalau dibilang berunding,
lebih cocok kalau boanpwe ingin mengajukan sebuah permintaan!
"Kau hendak memohon sesuatu dari lohu?
Boanpwe menggunakan istilah "memohon" tak lain hanya berharap agar ucapan ini
kedengaran lebih enak, padahal yang lebih cocok lagi adalah aku datang untuk membantu
cianpwe dengan sepenuh tenaga"
"Dalam apa lohu membutuhkan bantuan-mu?".
Liu Yok siong tertawa.
"Sekalipun tak bisa dibilang membantu, paling tidak juga merupakan kebaikan buat cianpwe,
boanpwe mohon cianpwee sudi menghadiahkan rahasia dari ilmu golok tersebut untuk boanpwe"
"Apa? Kau bilang apa?"
Kakek itu benar-benar amat terperanjat, ternyata kawanan tikus yang pengecut, tak tahu malu
dan munafik ini berani datang untuk meminta rahasia ilmu golok sakti.
Dengan suara yang meyakinkan Liu Yok siong berkata lagi:
"Aku ingin mempelajari rahasia dari ilmu maut tersebut"
"Tahukah kau apa yang dinamakan rahasia ilmu golok maut?."

"Tahu, ilmu tersebut merupakan sebuah ilmu silat paling tinggi dari Mo kau, bila golok maut
dicabut maka korbannya pasti akan tewas, kecuali pedang sakti dari Cia Siau hong, tiada orang
didunia ini yang sanggup untuk menandingi kehebatan dari ilmu golok tersebut!
Si kakek segera tertawa terbahak-bahak.
Haaahh.... haaaahh... haaahh. seandainya bacokan itu dilancarkan oleh Ting Peng, Cia Siau
hong sendiripun belum tentu sanggup untuk menghadapinya!
Tentang soal ini, Cia taybiap serdiripun sudah mengakui, itulah sebabnya ketika Ting kongcu
datang keperkampungan Sin kiam san ceng untuk menantangnya berduel meski dua orang itu
belum jadi melangsungkan pertarungan, Cia tayhiap sendiripun tidak mengatakan kalau dia
mampu menerima bacokan maut itu.
Kalau toh kau sudah mengetahui kehebatan dari ilmu golok tersebut mengapa datang kemari
untuk mohon rahasia ilmu golok sakti itu dari lohu?
Selamanya boanpwe mempunyai pandangan yang kelewat tinggi, seandainya ilmu golok
tersebut tidak sedemikian hebatnya boanpwe tidak akan sudi untuk memohonnya.
Liu Yok siong, mungkin otakmu sedikit kurang beres.
Liu Yok siong tertawa.
Soal itu, mah kau boleh bertanya kepada kedua orang nona ini, di dalam beberapa hal
mungkin boanpwe sudah tidak berkemam-puan hebat lagi, namun benakku masih cukup sehat,
sama sekali tak ada yang tidak beres.
Kalau memang begitu, mengapa kau bisa datang kemari untuk minta rahasia ilmu golok
tersebut dari lohu?"
Sebab cianpwe merupakan satu-satunya orang yang mengerti rahasia ilmu golok tersebut,
walaupun sudah ada beberapa orang yang mempelajari ilmu golok itu, tapi mereka hanya tahu
bagaimana cara mempergunakannya tapi tak bisa mengajar-kan kepada orang lain bagaimana
cara untuk berlatih ilmu tersebut.
Hmm, tampaknya tidak sedikit yang berhasil kau ketahui!"
Selama ini boanpwe selalu menguatirkan persoalan tersebut, apalagi dunia persilatan dewasa
ini sudah bergolak, rasanya tiada orang kedua yang lebih mengerti daripada aku.. .
Sambil tertawa Ciu Gwat segera menambahkan:
"Dalam hal ini dia tidak mengibul Loyacu, termasuk lima partai besar dan pelbagai perguruan
lainnya, tiada gerak gerik yang dapat lolos dari pengamatannya."
Liu Yok siong kembali tertawa.
"Walaupun boanpwe tidak memiliki nama dan kedudukan yang tinggi, namun mempunyai
banyak sahabat karib yang tersebar luas di seluruh kolong langit, mereka semua amat baik
kepadaku, bila boanpwe ingin mengetahui tentang suatu berita mereka tentu akan
memberitahukannya kepadaku!
Apakah didalam perguruanku juga terdapat orangmu?

Kalau bukan begiut, darimana boanpwe bisa tahu kalau semua orangmu sudah pergi dan
boanpwepun bisa datang tepat pada saatnya?
Kakek itu menghela napas panjang.
"Aku tahu, dahulu kau adalah seorang yang berambisi sangat besar!"
"Sampai kinipun kau boanpwe belum pernah melepaskan ambisiku itu."
"Apakah kau masih ingin membentuk suatu kerajaan di kolong langit yang berada di bawah
telapak kakimu?"
Liu Yok siong tersenyum.
"Aku tidak menyangkal pernah menderita pecundang yang amat besar ditangan Ting kongcu
dan nona Cing Cing, tapi peristiwa itu justru mendatangkan kebaikan untukku"
Oooooh ..."
"Penampilanku setelah menderita kalah amat rendah dan berkurang, bahkan mereka yang
punya sedikit nama saja sudah tak sudi berhubungan denganku, hal mana membuat perhatian
orang terhadapku menjadi berkurang, sebaliknya dulu, perkampungan Siang siong san ceng ku
paling termashur, sedemikian termashurnya sampai membuat beberapa orang merasa amat tidak
tenang."
"Sungguh tak disangka perbedaan keadaan panas dan dingin serta pukulan batin yang begitu
besar masih bisa kau hadapi dengan tabah. . . ."
"Yaaa, aku harus tabah menghadapi keadaan, sebab bila seseorang ingin berhasil dengan
usahanya, dia harus memiliki kesabaran yang luar biasa!"
Mendadak si kakek mempunyai suatu perasaan dan pandangan yang baru terhadap Liu Yok
siong, dia merasa dipunggungnya seakan-akan terdapat seekor ular yang sedahg merambat naik,
membuatnya amat tak enak hingga membuatnya berseru tertahan.
Setelah menghela napas panjang, Liu Yok siong berkata lebih jauh:
"Semenjak kegagalanku di perkampungan Siang siong san ceng, aku seolah-olah kehilangan
segala sesuatunya, bahkan perkampungan Siang-siong san ceng pun tak dapat kupertahankan!"
Akhirnya kakek itu mengangguk juga.
"Apakah kau belum kehilangan segala sesuatunya?"
Liu Yok siong tidak menjawab pertanyaan-nya itu secara langsung, sebaliknya berkata sambil
tertawa.
"Sementara berjuang sementara mendapat hasil, untuk memperjuangkan berdirinya
perkampungan Siang siong san ceng, hampir boleh dibilang aku sudah menggunakan segenap
kemampuan yang kumiliki, bagaimana mungkin aku rela melepaskannya dengan begitu saja?"
Tak tahan sekali lagi kakek itu mengangguk.
"Kau memang seorang yang pintar" Liu Yok siong tertawa.

"Pintarnya sih tidak, tapi aku memang bukan seorang yang bodoh, aku menjadi bodohnya
seperti babi selama Ting Peng sedang melaksanakan perbuatannya untuk membalas dendam
terhadapku. Berbicara menurut liangsim, bagaimara mungkin aku Liu Yok siong dapat melakukan
perbuatan sebodoh itu, menerima penderitaan sebesar itu dan tertipu sampai habis-habisan!".
"Ya, kau memang tak mungkin!" kakek iiu tak bisa tidak harus mengakui juga. .
"Waktu itu, kehadiran Siang siong san ceng sudah membuat banyak orang merasa tak
tenteram, banyak sekali orang kenamaan yang berdatangan untuk melakukan hubungan, sejak itu
aku sudah tahu kalau situasi semacam ini bukan suatu keadaan yang menguntungkan!"
"Maka kau pun menggunakan kesempatan itu untuk merahasiakan kekuatanmu yang
sesungguhnya.
Liu Yok siong tertawa.
Belum pernah kuperlihatkan kekuatanku yang sebenarnva, selamanya aku adalah manusia
yang berhati-hati, tapi sampai dimanapun hati-hatinya seorang toh ada waktunya juga
menimbulkan kecurigaan orang, Ting Peng datang mencari balas kepadaku, bagiku inilah
kesempatan yang terbaik untuk menghilangkan jejak, suatu kesempatan untuk mengalihkan
perhatian orang lain dari diriku kepada orang lain, sejak peristiwa itulah orang tak pernah ada yang
memperhatikan diriku lagi, setiap orang menganggap aku bagaikan sampah yang tiada harganya
untuk diperhatikan"
Kakek itu berpikir sebenar, kemudian ujarnya:
"Belum tentu demikian, buktinya ada orang yang mengatakan dihadapanku, bahwa kau bukan
seorang manusia yang sederhana?
Namun cianpwee toh tak pernah mempercayainya?
(Bersambung ke Jilid 27)
Jilid : 27
KAKEK itu menghembuskan napas panjang dan tak bisa menyangkal lagi.
Setelah tertawa, Liu Yok siong berkata lagi:
Cuma memang masih ada sebuah alasan lagi yakni aku cukup memahami watak Ting Peng,
aku tahu kalau Ting Peng telah mengawasi cucu perempuan cianpwe, juga mempelajari ilmu golok
maut dari cianpwe aku dapat merasakan kalau kepandaianku sudah tak mampu lagi untuk
menandinginya. kalau toh tak sanggup menandinginya, terpaksa aku hanya bisa mengaku kalah
saja!
Kakek itu memandang sekejap ke arahnya, lalu berkata.
Tapi pengakuan kalahmu ini harus kau bayar dengan mahal sekali.
Dengan cepat Liu Yok siong menggelengkan kepalanya berulang kali.
Aku tidak merasakan akan hal itu, apa lagi aku toh tidak menderita kerugian kelewat banyak,
bahkan aku tak pernan meninggalkan perkampungan Siang siong san cengku, selama ini aku
masih tetap berdiam di situ! `

Tapi bagaimana pun bagi orang lain terhadap dirimu?
Ciang siong kiam khek adalah julukan yang berhasil kuciptakan dengan mengandalkan
permainan pedangku, oleh sebab itu asal kau dapat bangkit kembali, mereka masih tetap akan
menghormati dan menyanjung diriku!
Toh bukan setiap orang akan berbuat demikian!
Liu Yok siong tertawa.
"Ada sementara orang yang tidak pernah memandang sebelah matapun terhadap diriku, aku
sendiripun tidak butuh mereka memandang tinggi diriku!
Kakek itu tidak berbicara lagi, sesudah berpikir sebentar, ia baru berkata:
"Darimana kau bisa tahu kalau kau pasti dapat hidup lebih lanjut?
"Aku tidak tahu!"
Seandainya bacokan golok Ting Peng membelahmu menjadi dua bagian..?"
Bahaya ini harus kuserempet, lagi pula merupakan satu-satunya jalan yang bisa ku tempuh,
sebab waktu itu sekalipun kuterjang ia dengan sekuat tenaga pun tak nanti akan mampu menahan
terjangan goloknya, kalau toh memang tak mampu, terpaksa aku harus bertaruh, di dunia ini
memang tiada persoalan yang bisa dijamin keberhasilannya secara seratus persen, paling tidak
kita harus beradu nasib juga.
"Kelihatannya nasibmu memang cukup baik.
Liu Yok siong tertawa.
Benar, aku tahu kalau Ting Peng tak akan membunuhku, sebab dia tidak sejenis dengan ku,
tapi tindakannya bersedia menerimaku sebagai murid benar diluar dugaanku, dan akibat dari
tindakan yang tak terduga ini membuat rencanaku yang semula untuk melepaskan perkampungan
Siang siong san ceng pun menjadi dibatalkan kembali, bukan hal ini merupakan suatu kemujuran
bagiku?"
"Kau anggap pcrkampungan Siang siong sanceng masih menjadi milikmu..?`.
"Benar, aku adalah cengcu perkampungan tersebut kemudian berganti menjadi congkoan,
meski nama sebutannya saja yang berbeda, namun orangnya gedungnya, kebunnya sama sekali
tidak berubah, aku masih tetap dapat menikmatinya!
Congkoan sama sekali berbeda dengan Cengcu!
Tapi dalam hati mereka mengerti, kalau aku masih tetap menjadi cengcu mereka.
Akhirnya kakek itu menghela napas panjang.
Liu Yok siong, sebenarnya kau adalah manusia macam apa?
Liu Yok siong mengangkat bahunya.
Aku sendiripun tidak tahu, sebab didunia ini belum pernah muncul seorang manusia macam
aku, mungkin disaat mendatangpun tak akan terlalu banyak.

Sekali lagi kakek itu berpikir sebentar, lalu tanyanya lagi:
"Jadi kau menginginkan Ilmu golokku?"
"Benar, semoga cianpwe sudi mempersem-bahkannya untukku!"
Sekalipun kau pelajari ilmu golok tersebut, tak nanti akan berhasil melebihi Ting Peng!"
"Aku tahu tentang hal ini, kalau tidak aku pun tak akan datang kemari untuk memohonmu,
seandainya aku dapat menang-kan Ting Peng, tak mungkin cianpwe akan mewariskan ilmu
tersebut kepadaku"
"Sekalipun kuberikan ilmu golok itu kepadamu, bagiku tak akan ada manfaatnya"
"Ada, aku bisa membalaskan dendam bagi cianpwe!"
"Membalaskan dendam bagiku?"
"Benar, Hujin Cianpwe dengan membawa Tong tou tianglo beserta segenap jago inti
perguruanmu telah menyerbu Thian bi kuncu, aku tahu mereka pasti tak akan bisa pulang dalam
keadaan hidup!"
Tergerak hati sikakek sesudah mendengar perkataan itu.
Terdengar Liu Yok siong berkata lebih jauh:
"Mungkin saja satu dua orang diantaranya dapat melarikan diri, tapi perguruan Mo kau pun
akan tumpas dan berakhir sampai disini saja..
"Darimana kau bisa tahu kalau mereka pasti akan kalah!"
"Bukan cuma aku yang tahu, si Singa emas sekalian pun tahu, mereka memang sengaja
membocorkan jejaknya agar memancing cianpwe sekalian menyerbu kesana"
"Tapi bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk menumpas orang-orangku itu"
"Cianpwe jangan lupa, berbagai perguruan besar menganggap cianpwe sebagai duri dalam
daging, bila mereka mengetahui ada kesempatan sebaik ini untuk menumpas sisa kekuatan dari
cianpwe, adakah mereka akan melepaskan kesempatan tersebut dengan begitu saja?"
Kini, paras muka si kakek baru nampak agak berubah, tapi dengan cepat ia sudah tertawa
hambar:
"Biarkan saja mereka semua terbunuh, lohu memang berniat untuk membiarkan mereka mati
ditumpas orang"
Liu Yok siong segera tertawa tergelak:
"Aku tahu, untuk menciptakan Ting Peng cianpwe telah mengorbankan banyak pikiran dan
tenaga, tapi cianpwe berpikir, tanpa tunjangan kekuatan secara diam-diam dari cianpwe, apakah
Ting kongcu tidak merasa kelewat terpencil dan kesepian?"

"Dengan, tenaga kekuatannya seorang, dia sudah cukup untuk menandingi seluruh kolong
langit!"
"Perkataan itu memang benar, tapi Ting Kongcu bukan seorang manusia yang gemar
membunuh, bila dia mempunyai musuh sebanyak itu, sesungguhnya hal ini bukan sesuatu yang
menguntungkan baginya!"
Kakek itu hanya mendengus dingin tanpa berbicara.
Sambil tertawa kembali Liu Yok siong berkata:
"Aku sendiri pun merasa amat membenci terhadap orang-orang itu, aku dapat mewakili
cianpwe untuk membasmi orang-orang itu, cuma saja kemampuanku mungkin tidak cukup".
"Kelihatannya aku harus mewariskan ilmu golok iblis tersebut kepadamu."
"Boanpwe pasti tak akan mengingkari janji, bahkan cianpwe pun boleh berlega hati" kata Liu
Yok siong sambil tertawa, dihadapan orang banyak aku telah mengangkat Ting kongcu sebagai
guruku, entah hubungan antara guru dan murid ini ada didalam kenyataan atau tidak, sudah pasti
aku tak akan menjadi seorang penghianat yang main bunuh guru sendiri!"
Kakek itu berpikir sejenak, kemudian berkata:
Liu Yok siong, seandainya kemarin ada orang mengatakan aku bakal mewariskan rahasia ilmu
golok tersebut kepadamu, lohu pasti akan kegelian sampai copot semua gigiku, tapi hari ini lohu
benar-benar telah melakukan suatu perbuatan brutal!
Dia membalikkan badan menuju ke kamarnya, tapi dengan cepat sudah muncul kembali dan
menyerahkan sejilid kitab tipis kepada Liu Yok siong:
"Nah, ambilah berapa banyak yang bisa kau pelajari tergantung kemampuan sendiri, lagi pula
asal kau cuma melatih ilmu golok ini, toh sama sekali tiada hubungannya dengan Mo kau kami.
"Liu Yok siong menerima kitab itu dan dipandang sekejap, lalu dengan wajab dingin segera
membungkukkan memberi hormat, tapi saat itulah sebilah pedang menyambar keluar dari balik
bajunya menusuk tenggorokan kakek itu.
Si kakek tidak menghindar, malah justru menyambut tusukan mana, lalu serunya sambil
tertawa:
"Bagus sekali Liu Yok siong, bila tiada tusukan ini, Liu Yok siong bukan Liu Yok siong!"
Agaknya kejadian ini sudah diduga olehnya.
ooo0ooo
PENUMPASAN
Si Unta tembaga dengan seluruh tubuh berlepotan darah dan memegang sebilah golok besar
menyerbu keluar dari lembah itu bagaikan orang kalap.
Dari atas lapisan baju tembaganya nampak darah meleleh keluar, sebagian besar darah
musuh, tapi sebagian kecil adalah darah sendiri ......

Dibawah kerubutan para jago pilihan dari berbagai perguruan besar, bukan suatu pekerjaan
yang gampang untuk menyerbu ke luar dari kepungan.
Namun si Unta tembaga dapat melakukannya, dari dalam tubuhnya seakan-akan muncul
segulung kekuatan yang selalu menunjang dirinya. Membuat dia tangguh bagaikan malaikat dari
langit, dengan melindungi Cubonya menyerbu keluar dari kepungan tersebut.
Selama ini dia selalu mempergunakan tubuhnya untuk membendung tusukan musuh kemudian
menggunakan goloknya untuk membacok tubuh lawan menjadi dua bagian. Lapisan baju tembaga
yang dikenakan itu, bisa digunakan untuk menahan tusukan senjata, tapi musuh-musuh yang
dihadapinya rata- rata merupakan jagoan lihay yang bertenaga dalam amat sempurna, senjata
yang mereka gunakan juga rata- rata merupakan senjata tajam yang luar biasa sekali.
Oleh sebab itu mereka dapat menusuk baju tembaganya dan melukai tubuhnya sebelum
terjungkal ke atas tanah dalam keadaan terbelah menjadi dua bagian.
Oleh sebab itu, tatkala mereka berdua berhasil menerjang keluar dari kepungan, walaupun
pihak lawan masih mempunyai separuh bagian jago yang terbaik, namun tak seorangpun berani
melakukan pengejaran.
Jagoan yang lebih tangguh pun akan dibikin keder dan bergidik oleh sistim pertarungan seperti
ini, sebab pertarungan semacam ini sudah bukan suatu pertarungan lagi.
Jurus serangan, ilmu pedang, hampir semuanya tidak digunakan, bahkan seorang bocah
berusia tiga tahun pun asal dia punya pedang maka iapun dapat ikut menusuk tubuh si Unta
tembaga.
Sebab perawakan tubuh si Unta tembaga dua kali lebih tinggi dari perawakan manusia biasa,
tubuhnya juga satu kali lebih lebar dari orang biasa, dengan sasaran yang begitu besar, siapakah
yang tak mampu untuk menusuknya?"
Tapi, jagoan yang bagaimana tangguh pun pasti akan roboh setelah berada dihadapannya.
Karena goloknya tanpa tandingan, kekuatan yang disertakan dalam setiap bacokan sudah tak
bisa ditandingi lagi, ditambah pula disana masih ada seorang nenek tangguh.
Orang-orang itu belum pernah berjumpa dengan nenek itu, mereka juga tidak tahu siapakah
dia.
Ditangannya tidak nampak golok, yang ada hanya sebuah toya baja berkepala naga tapi
kedahsyatan yang dipancarkan dari toya baja tersebut tak berbeda jauh dengan kedahsyatan yang
dipancarkan dari bacokan golok atau pedang.
Jika bacokan golok maut bisa membelah tubuh orang menjadi dua bagian, maka tongkat iblis
itu dapat menyapu pinggang orang hingga putus menjadi dua bagian, mulut mukanya rata seperti
babatan, tak seorang korban pun bisa selamat.
Ketika dua orang itu berhasil menerjang keluar dari kepungan mereka, berpaling dan
memandang sekejap lembah tersebut.
Lembah itu letaknya tidak jauh dari tempat mereka berdiam, paling banter cuma tiga puluh li
lebih, bahkan belum keluar dari wilayah pegunungan tersebut.

Namun mereka telah berjumpa dengan para jago lihay dari berbagai partai dan perguruan
yang ditunjang dengan kawanan penghianat dari Mo kau dimasa lalu.
Orang-orang itu seperti sudah menduga kalau mereka akan melalui jalanan tersebut sehingga
jauh sebelumnya sudah menantikan kedatangan mereka disana.
Hujan anak panah dan batu cadas telah membunuh separuh bagian dari orang-orang mereka,
kemudian disusul dengan suatu pembantaian secara besar-besaran yang mendekati suatu
serangan kalap.
Berada didalam keadaan seperti ini, siapa pun akan turut menjadi gila, siapapun akan mencari
seorang sasaran dan berusaha untuk merobobkan lawan, kemudian mencari sasaran yang
berikutnya.
Akhirnya di dalam pertarungan yang tiada berimbang itulah, semua anggota yang mereka
bawa satu persatu roboh di atas tanah, akan tetapi pihak musuh yang melancarkan serangan juga
tidak berhasil meraih keuntungan apa-apa, sebab jumlah mereka yang roboh hampir tiga kali lipat
lebih banyak.
Tapi apa gunanya kesemuanya itu?
Jumlah musuh enam tujuh kali lipat lebih banyak dari pada jumlah mereka, sekalipun
menderita kerugian tiga kali lipat, tapi jumlah mereka masih tetap ada separuh bagian, sebaliknya
dari pihak mereka sendiri telah tumpas semua kecuali dua orang yang berhasil lolos.
Memandang kobaran api yang membara didalam lembah dengan sedih nenek itu
menggelengkan kepalanya:
"Unta tembag bagaimana keadaan lukamu."
Tidak tahan lagi si unta-tembaga segera menjatuhkan diri berlutut:
"Hamba tidak becus, hamba ingin sekali mati di medan laga."
Nenek itu menghela napas panjang:
"Aaaai, kau harus tahu kita tak boleh mati, kita masih mempunyai pekerjaan yang jauh lebih
penting untuk diselesaikan, aaaaaai -- kali ini kita benar-benar dibikin menderita kekalahan total,
jauh lebih mengenaskan daripada yang lalu. Kasihan murid-murid itu, sudah banyak tahun mereka
setia kepada kita, tapi sekarang semuanya sudah habis!"
Si Unta tembaga termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru ujarnya:
Cubo, baru saja berlalu dari lembah, kita sudah memperoleh sergapan, ini membuktikan kalau
pihak lawan sudah lama menunggu kita disana "
Nenek itu mengangguk.
Benar, kalau dilihat dari kawanan jago yang dipersiapkan lawan, hampir semuanya merupakan
jago tangguh dari perguruan masing-masing, formasinya lebih kuat, jauh melampaui pertarungan
pada dua puluh tahun berselang, nampaknya mereka memang ada maksud untuk membasmi kita
semua!"
"Yaa, kalau dilihat pihak lawan bisa mengetahui gerak gerik kita, kalau dalam tubuh orangorang
kita terdapat penghianat yang secara sengaja membocorkan rahasia tersebut"

Si nenek menghela napas panjang.
"Unta tembaga, jangan berpikir demikian, di dalam pertempuran hari ini, bukankah semua
anggota yang kita bawa tak seorangpun yang berada dalam keadaan hidup!"
"Soal ini....soal ini. . .hamba tidak melihat.."
"Akupun tidak melihat ada yang hidup, mereka semua mati secara ksatria, setiap orang
menemui ajalnya dihadapan kita semua.
Oleh sebab itu aku percaya mereka semua adalah murid-murid kita yang paling taat dan setia
....
"Mungkin pihak lawan yang tidak membiarkan mereka hidup terus, mereka hendak membasmi
bukti-bukti itu!"
"Entah bagaimana pun juga mereka telah mati untuk perkumpulan kita, oleh sebab itu
kesetiaan mereka tak bisa diragukan lagi!"
Si Unta terbungkam dalam seribu bahasa, selang berapa saat kemudian ia baru berkata:
"Cubo, bagaimana cara kita untuk pulang menjumpai cukong?"
"Kita tak akan pulang!" Jawab si nenek dengan suara dalam.
"Tidak akan pulang?"
Benar, sekarang kita sudah tiada rumah lagi, kalau toh pihak lawan bisa menunggu
kedatangan kita di depan pintu rumah, apakah mereka tak bisa masuk kedalam sarang kita untuk
melakukan pembersihan?"
"Celaka kalau begitu, semua anggota lembah yang dapat bertempur telah ikut keluar."
Kalau dilihat dari musuh yang datang dengan persiapan matang, sekalipun kita tidak keluar
juga sama saja, paling banter pihak lawan harus membayar dengan lebih mahal lagi."
"Bagaimana dengan cukong?"
Rasa sedih segera menghiasi wajah nenek itu, selang berapa saat kemudian dia baru berkata:
"Seandainya cukong tidak memberikan tenaga dalamnya untuk Ting Peng, tentu saja dia
masih bisa melindungi keselamatan sendiri, tapi sekarang. . . sulit untuk dibicarakan."
`Kalau begitu kita harus kembali untuk melihat keadaannya!"
"Tak boleh kesana, seandainya didalam lembah sudah terjadi peristiwa, kedatangan kita juga
tak ada gunanya malah bisa jadi akan terperosok sekali lagi kedalam perangkap musuh, hal ini
akan mempersulit kita untuk meloloskan diri, sekalipun kita sudah dikeroyok oleh jago-jago dari
berbagai perguruan, namun ciangbunjin dan para tianglo mereka belum ikut datang, coba kalau
tidak kita pun jangan harap akan bisa meloloskan diri!"
"Maksud cubo, kita tak usah menggubris keadaan cukong"

"Benar, kita masih ada pekerjaan yang harus kita lakukan!"
"Seandainya cukong sampai menemui bencana kecuali kita harus membalas dendam masih
ada pekerjaan apa lagi yang jauh lebih penting?"
"Unta tembaga, selama banyak tahun kau sudah berkumpul dengan cukong, mengapa kau
belum bisa memahami watak serta perasaan cukong" Apakah dia adalah manusia kecil yang
terlalu memikirkan dendam pribadi. . . . ?"
Unta tembaga terbungkam dalam seribu bahasa.
Dengan serius si nenek berkata lagi, "Satu-satunya persoalan yang paling membuat cukong
merasa menyesal adalah generasi Mo kau kita yang harus tumpas ditangannya. . . ."
"Kita tak bisa menyalahkan cukong!"
"Akan tetapi cukong tak boleh berpikir demikian, generasi Mo kau yang sudah bersejarah
ratusan tahun tak boleh berakhir sampai disini saja, generasi ini harus dilanjutkan dan sekarang
tugas berat itu sudah terjatuh di atas oundak kau dan aku!"
Dengan perasaan tertegun dan kaget si Unta tembaga mengawasinya tanpa berkedip.
Terdengar si nenek berkata lagi:
"Terhadap gerakan yang kita lakukan kali ini, Cukong telah membuat perhitungan yang paling
jelek, bila kita tak bisa mempertahankan sebagian besar dari kekuatan kita, maka dia suruh kita
tak usah kembali ke sana"
Harus ke mana?"
Menuju ke suatu tempat, disitu masih terdapat dua orang tianglo dari perkumpulan kita yang
memimpin belasan orang murid-muridnya yang masih muda!"
"Mengapa hamba tidak tahu. . . ."
"Aku sendiripun baru tahu kemarin malam, sampai pada kemarin malam cukong baru
mengambil keputusan yang terakhir itu dan ia baru memberi tahukan alamat tersebut kepadaku,
kedudukan kedua orang tianglo itu sangat tinggi, mereka masih terhitung susiok dari cukong"
"Tapi mereka toh belasan orang saja?"
"Belasan orang pun sudah lebih dari cukup, bila jumlahnya kelewat banyak maka sulit untuk
menyembunyikan diri, dari belasan orang bocah itu masing-masing pihak memperoleh semacam
ilmu dari perguruan, merekalah yang akan menjadi bibit-bibit baru kita untuk membangun kembali
perguruan dimasa mendatang, kita harus kesana untuk melindungi dan mendidik mereka."
Bukankah sudah ada dua orang tianglo?
Aaai . . . . ! Unta tembaga, mereka adalah paman guru cukong, bayangkan saja sudah berapa
usia mereka, setiap saat mereka akan meninggal dunia, padahal proyek raksasa itu tak boleh
berhenti, maka kita baru, kesana untuk menggantikan kedudukannya!"
Si Unta tembaga berpikir sebentar, kemudian tanyanya:

Cubo, maafkanlah kekerasan kepala hamba, hamba harus kembali dulu untuk melihat
keadaan!"
Sekali lagi si nenek itu menghela napas panjang.
Baiklah, aku tahu, kalau kau sangat setia kepada cukong, sebelum meemperoleh kabar
beritanya, hatimu tak akan tenteram, kalau begitu pulanglah dan tengoklah keadaannya.!"
Setelah termenung dan berpikir sebentar dia berkata lagi:
"ingat, jika keadaan di dalam lembah aman tenteram maka kau harus melaporkan keadaan
yang sebenarnya dan katakan kalau aku akan berangkat lebih dulu tentu saja hal ini menurut
pemikiran yang terbaik, cuma kemungkinannya tipis sekali!
Tidak mungkin, cukong adalah orang baik, orang baik akan selalu dilindungi Thian..."
Dengan amat sedih si nenek berkata:
"Unta tembaga, Cukong bukan hanya majikanku, diapun merupakan suamiku, apakah rasa
kuatirmu bisa lebih kecil darlpadaku?" kita harus berotak dingin, cukong berharap kitalah yang
akan meneruskan tugas dan tanggung jawabnya."
Si Unta tembaga segera menjatuhkam diri berlutut di atas tanah, ujarnya sambil menyembah:
"Cubo, hamba tak dapat memiliki ketenangan seperti cubo, lagipula hamba masuk
perkumpulan karena ingin mengikuti cukong, hidup hamba ini hanya untuk cukong seorang"
Sekali lagi nenek itu menghela napas.
"Aku tahu, oleh sebab itu aku tidak menggunakan lencana leng hu untuk memerintahkan kau
untuk pergi bersamaku, namun ada sepatah kata yang harus kau ingat, sekembalinya ke lembah
nanti, entah peristiwa apapun yang bakal terjadi disana, kau harus berusaha keras untuk
menyelamatkan selembar jiwamu!"
"Hamba akan mengingatnya terus, tapi bagaimana cara hamba untuk mencari cubo?"
"Bila kau telah bertemu dengan cukong, dia tentu akan mengajakmu untuk datang mencariku,
seandainya tidak berhasil menemukannya, pergilah mencari nona dan selanjutnya mengikuti Ting
Peng, sebab aku tak dapat memberitahukan tentang itu kepadamu, dan kaupun tak boleh kesitu
mencari aku!"
"Jadi hamba selanjutnya tak dapat bertemu lagi dengan cubo?"
"Tidak, menanti partai kita sudah akan berjaya kembali, aku pasti akan datang
mengundangmu, saat itu, tentu saja kita pun tak usah bersembunyi lagi."
Sekali lagi si Unta tembaga menyembah dengan hormat, tatkala dia mengangkat kepalanya
kembali, nenek itu sudah membalikkan badan dan pergi, bayangan tubuhnya meski kurus dan
lemah, namun langkahnya masih gagah dan tegap.
Segera muncul kembali rasa kagum dan hormat dalam hati si Unta tembaga, suatu perasaan
hormat yang amat agung, entah dia lelaki entah perempuan.

ooo0ooo
Sewaktu tiba di mulut lembah, si Unta tembaga sudah mendapat firasat jelek karena para
penjaga mulut lembah yang bertugas disitu ditemukan dalam keadaan tewas, tapi mereka tewas
dalam keadaan yang tenang, sedikitpun tidak terasa kaget atau gugup, sebab kematiannya adalah
sebuah tusukan pedang yang persis menembusi tenggorokan mereka.
Walapun tusukan itu mengenai tempat yang mematikan, tapi orang yang terkena tusukan
tersebut, paling tidak tak akan merasakan penderitaan.
Apalagi didalam lembah masih terdapat banyak alat rahasia, namun tak sebuahpun yang
sempat digerakkan.
Hal ini segera membuktikan akan satu hal.
Jumlah pembunuh itu tidak banyak, kalau tidak, para penjaga lembah sudah pasti akan
meningkatkan kewaspadaannya dengan menggerakkan alat rahasia untuk melakukan
penghadangan.
Pembunuh itupun pasti memahami letak lembah tersebut, paling tidak termasuk orang sendiri,
karena itu dia mengetahui keadaan dalam lembah tersebut amat jelas.
Sedang pihak pembunuhpun sudah pasti memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, sehingga dia
bisa masuk tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Sudah pasti mereka menggunakan suatu tindakan yang diluar dugaan untuk menotok dulu
jalan darah mereka kemudian baru menambahi dengan sebuah tusukan di atas tenggorokannya.
Terhadap seorang yang sama sekali tak berkemampuan untyuk melakukan perlawanan
ternyata mereka menggunakan cara yang demikian kejinya, dari sinipun dapat diketahui kalau
orang tersebut adalah seorang manusia yang berhati kejam.
Setiap orang memperoleh sebuah tusukan yang tepat menembusi tenggorokannya, tapi
sasarannya amat tepat, mata pedangnya juga sama besarnya, darisini bisa disimpulkan juga kalau
ilmu pedang yang dimiliki orang itu amat lihay.
Kawanan penjaga lembah itu tidak memiliki ilmu silat yang tinggi, mereka belum lama masuk
perguruan, sesungguhnya pihak lawan tidak seharusnya membinasakan mereka kecuali jika
pembunuh itu k uatir bila raut wajah mereka dikenal orang.
Selesai memeriksa keempat puluh sembilan sosok mayat itu, si Unta tembaga sudah dapat
menarik suatu garis kesimpulan terhadap latar belakang peristiwa pembunuhan itu.
Jangan dilihat perawakan tubuhnya yang tinggi besar dan kekar, sebetulnya dia dia memiliki
otak yang cerdas dan lincah.
Empat puluh sembilan orang, itulah jumlah murid Mo kau yang tersisa dalam lembah, tapi
sekarang mereka telah tewas semua dibunuh orang, dibunuh oleh tangan yang sama.
Si Unta tembaga merasakan hatinya tenggelam ke bawah, dia memuji dugaan cubonya yang
tak mau kembali kesitu untuk melakukan pemeriksaan, tampaknya dia sudah tahu kalau sekarang
mereka sudah tak dapat di selamatkan lagi.
Kini, semua murid didalam lembah telah dlketemukan tewas semua, harapan hidup untuk
cukongnya pun semakin bertambah tipis.

Si Unta tembaga merasa sedih sekali, dia pun merasa gusar dan sakit hati, ia bersumpah akan
menemukan pembunuh yang kejam dan berhati binatang itu untuk membuat perhitungan.
Jelas bukan orang orang dari lima partai besar, mereka berani melangsungkan perlawanan
terbuka dengan pihak Mo kau, tidak kuatir jejaknya ketahuan orang, maka mereka pun tidak butuh
melakukan pemusnahan terhadap saksi-saksi hidup.
Merekapun bukan si singa emas sekalian, mereka sudah terang-terangan berhianat, mereka
tidak perlu merasa takut kalau perbuatannya diketahui orang.
Berarti, orang itu harus dicari dari sekitarnya, tapi tidak mungkin bisa ditemukan dari
sekitarnya, sebab orang orang Mo kau sudah mati semua ditangan lawan.
Sedangkan lawan pun tak usah merahasiakan lagi identitasnya.
Oleh sebab itu orang tersebut pasti berada disekitar Ting Peng atau Cing Cing. Tapi siapakah
orang itu? Hampir tak usah membuang banyak waktu si Unta tembaga telah berhasil menemukan
orang itu.
Kecuali dia, tak mungkin ada orang lain lagi.
Suatu hari, aku pasti akan mencincang tubuhnya sehingga hancur berkeping-keping, aku akan
membalaskan dendan untuk orang-orang ini, sekalipun harus mengorbankan selembar jiwaku pun
aku rela.
Ia tidak memasukkan dendam cukongnya kedalam sumpah tersbeut, sebab dia tahu walaupun
orang itu kejam, dia masih belum mampu untuk membunuh cukongnya.
Sambil berjalan masuk ke dalam, dia mulai menjalankan semua alat jebakan di dalam lembah.
sebab keadaan dalam lembah tidak terlampau kacau, berarti musuh-musuh tersebut belum
sampai ke sana.
Murid-murid yang tewas telah mempersembahkan nyawa mereka untuk Mo kau, dia tak dapat
membiarkan jenasah mereka dianiaya atau dirusak lagi oleh kaum jahanam tersebut.
Karena dia mengerti, sejak peraturan hari ini, dendam kesumat mereka terhadap lima partai
besar sudah pasti akan semakin mendalam, bila orang-orang dari lima partai dibiarkan masuk,
mungkin jenasah mereka pun tak akanLau dilspaskan dengan begitu saja.
Semakin masuk ke dalam hatinya merasa makin tenggelam ke bawah, walaupun ia tidak
menjumpai jenasah cukongnya namun ia melihat ada gumpalan darah diatas tanah.
Darah itu tidak banyak, tapi tempat tersebut adalah daerah terlarang untuk murid partai, oleh
karena itu bisa disimpulkan kalau darah tersebut adalah darah cukong mereka.
Tidak mungkin, darah itu darah orang lain sebab noda darah tersebut memanjang hingga ke
depan dan berhenti di depan sebuah dinding.
"Ini berarti orang yang terluka sudah sampai disitu, kemudian lenyap di balik dinding sana."
Tak tahan lagi si Unta tembaga menjatuhkan diri berlutut, hanya dia seorang yang mengerti
tempat apakah dibalik dinding tersebut.

Sebab kakek itu pernah mengajaknya seorang diri untuk berkunjung kesana bahkan sambil
menunjuk ke arah sebuah tombak rahasia yang tidak begitu terlihat bentuknya, ia berpesan:
"Unta tembaga, seandainya pada suatu hari kau tak menemukan aku, datanglah kemari dan
carilah aku disini, atau seandainya disebabkan alasan lain aku tewas ditempat lain, kau harus
ingat, tubuhku harus kau hantar ke tempat ini!"
"Waktu itu si Unta tembaga tidak bertanya apa alasannya, tapi ia sudah tahu tempat apakah
itu, sebab setiap kali mereka harus berpindah rumah, cukong akan selalu menggendong sebuah
peti yang besar, sebuah peti yang besar lagi berat.
Setelah sampai di tempat iotu, dia pasti akan mengatur sebuah ruang rahasia dan menyimpan
peti tersebut disana.
Apa isi peti itu? Hanya si Unta tembaga yang tahu, karena ia pernah membantu cukongnya
mengatur ruangan rahasia tersebut, membakar barang yang berada dalam peti dan satu persatu
diatur di atas tempat yang telah disediakan.
Dalam pandangan orang lain, barang-barang tersebut sama sekali tak ada harganya bila
terlihat oleh mereka yang bernyali kecil pasti akan membuat orang itu ketakutan setengah mati.
Sebab benda-benda tersebut adalah tulang tengkorak kepala manusia, seluruhnya berjumlah
dua belas dan diatas tiap tulang kepala itu tercantum huruf yang amat aneh.
Huruf itu berasal dari tulisan negeri Thian tok, hanya sedikit orang yang bisa membacanya, tapi
si Unta tembaga adalah salah seorang dinatara mereka yang berjumlah sedikit ini.
Dia memang asalnyaorang dari negeri Thian tok.
Tentu saja dia mengenal huruf Thian tok, dan tulisan tersebut hanya melambangkan sebuah
nama, tulang-tulang kepala itu merupakan tulang kepala dari kepala kaucu Mo kau secara turun
temurun.
Ruang rahasia itupun merupakan tempat suci dari perguruan, sebab disitulah semua cousu Mo
kau generasi demi generasi berkumpul disana, hanya orang mati saja yang mempunyai hak untuk
menempati ruangan ini.
Tiada orang mengetahui ruangan rahasia ini kecuali cukong, hanya dia seorang yang tahu.
Noda darah berakhir disana, berarti ada orang telah memasuki ruang rahasia itu, tentu saja
orang itu bukan orang lain.
Si Unta tembaga berlutut di atas tanah dan menyembah sebanyak tiga kali dengan hormat,
kemudian dia menekan sebuah batu kecil yang terjepit diantara dua buah lembaran batu cadas.
Tempat dimana ia berlutut tadipun berputar ke depan lalu berputar kebalik dinding, dari atas
dinding terbuka sebuah mulut gua.
Tatkala tubuhnya sudah berputar ke dalam, pintu rahasia itupun merapat kembali.
Suasana didalam gua itu amat gelap lagi pengap, lama kemudian si unta tembaga baru dapat
menyesuaikan diri dengan suasana dalam kegelapan, pelan-pelan dia meraba ke sudut ruangan
dan mengambil batu api untuk menyulut lentera.

Lentera itu mereka bawa dari negeri Thian tok, demikian juga dengan minyaknya, begitu di
sulut, cahaya api berwarna hijau segera menerangi seluruh ruangan.
Sinar berwarna hijau itu segera menyelimuti meja altar dalam ruangan dan menyinari kepala
tengkorak manusia yang berjajar di sana.
Dengan amat pelan si Unta tembaga mencari satu demi satu, akhirnya pada kotak yang
terakhir dia berhenti, tempat itu amsih berada dalamm keadaan kosong.
Buat setiap orang yang menjabat sebagai kaucu, maka pekerjaan pertama setelah dia dilantik
menjadi kaucu adalah menyiapkan sebuah tempat dalam ruangan suci itu sebagai tempat
penyimpanan tulang belulangnya, karena yang boleh t erletak diatas meja altar hanya tengkorak
kepalanya.
Dalam ruangan suci juga tak akan dietmukan ruang kotak kedua, hal ini menandakan kalau
kaucu dari Mo kau hanya bisa disambung jabatannya oleh orang lain bila kaucu itu sudah mati.
Dalam ruangan itupun tak boleh terdapat sebuah tempat kosongpun sekalipun dia hanya
menjadi seorang kaucu dalam seharipun, ia harus menyiapkan tempatnya.
Oleh sebab itu, selama sejarah Mo kau berlangsung, walaupun beberapa orang diantaranya
yang mati dibunuh prang sendiri tapi batok kepala mereka toh tetap disimpan dalam ruangan ini.
Peraturan ini sudah merupakan ketetapan yang tak boleh dilanggar, tercantum pada halaman
pertama dari kitab agama Mo kau, peraturan yang tak bisa ditentang oleh siapa pun.
Akhirnya si Unta tembaga menemukan kakek itu sedang duduk dikotak tempat yang tersedia
bagi jenazahnya, seluruh tubuhnya yang memancarkan sinar hijau tampak begitu keren begini
berwibawa, begitu tenang.
Unta tembsga telah menjatuhkan diri berlutut, dia bersujud dengan penuh rasa hormat tiada air
mata, tiada isak tangis.
Setiap anggota Mo kau dilarang untuk mengucurkan air mata, sepanjang hidup mereka hanya
boleh melelehkan air matanya satu kali, entah lelaki ataupun wanita.
Lelehan air mata pun tak akan dipergunakan menghadapi suatu kematian, sebab kematian
untuk orang Mo kau bukan merupakan kesedihan, sebaliknya merupa-kan semacam kegembiraan,
kegembiraan yang sangat besar.
justru karena mereka menganggap kematian sebagai kejadian yang menggembirakan maka
setiap anggota Mo kau dapat bersikap begitu pemberani, dalam setiap pertempuran selalu
tangguh dan berani menentang maut, sebab mereka percaya bahwa kematian bukaulah suatu
kejadian yang perlu ditakuti.
Setiap anggota perkumpulan selalu menggunakan senyumannya untuk merangkul kedatangan
malaikat elmautnya.
"Unta tembaga, ternyata kau dapat menyusul kemari, hatiku benar-benar sangat gembira. . ."
Suaranya amat datar dan tenang.
Hampir melonjak-lonjak si unta tembaga saking gembiranya.

Cukong, kau belum mati?"
Orang tua itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh. . . haaahhh. . . haaahhh. . . tenggorokanku sudah ditembusi pedang, kematian
sudah pasti akan tiba, Cuma aku tak tega untuk mati sebelum meninggalkan beberapa pesan,
Sekarang aku gembira sekali atas kedatanganmu, kau masih sempat mengantar
keberangkatanku!"
"Cukong, siapakah dia. . . ? Siapakah dia?"
Dia orang kecuali kemauanku sendiri, coba pikirlah siapa yang bisa menembusi tenggorokanku
dengan pedangnya ?"
"Cukong, kau. . . ."
"Tentu saja aku tidak bunuh diri, aku masih belum ingin mati, tapi berada dalam situasi dan
kondisi seperti itu, bila aku tidak menerima tusukan tersebut berarti aku tidak bisa bertahan smpai
sekarang, apalagi mempertahankan batok kepalaku sehingga memperoleh kematian yang
berjiwa."
"Siapakah pihak lawan ?"
"Unta tembaga, kau seharusnya mengetahui siapakah orang itu, kalau tidak kau tak pantas
menjadi tianglo kami, sia-sia saja mengikuti aku selama banyak tahun."
Si Unta tembaga tercenung sebentar, kemudian serunya:
"Apakah tua keparat itu? Mana mungkin"
Si kakek segera menghela napas panjang.
"Kita semua mengira dia tak mungkin, sesungguhnya kita sudah menilai dia kelewat rendah,
inilah kesalahan besar yang kita lakukan, setiap manusia hanya boleh melakukan satu kali
kesalahan besar, tiga puluh tahun berselang aku telah melakukan kesalahan besar, aku tidak
dapat mengenali keadaan Thian bi yang sebenarnya, dua puluh tahun berselang akupun
melanggar lagi suatu kesalahan besar dengan tidak mengenal si singa emas sekalian, dua kali
kesalahan besar yang kuperbuat sudah cukup membuatku mati, apalagi kesalahan yang
kulakukan kali ini merupakah kesalahanku yang ketiga, mengapa aku tak boleh mati."
Si Unta tembaga tak dapat berbicara, dia hanya bisa membungkan diri dalam seribu bahasa.
"Kalian menderita kekalahan?" kakek itu kembali bertanya.
"Benar, belum lagi keluar dari bukit ini, para jago dari lima partai besar sudah melancarkan
sergapan maut, yang berhasil kabur hanya Cubo dengan hamha dua orang!".
"Oooh, dimana Cubo?"
"Ia telah pergi ke tempat yang cukong beritahukan!"
Kakek itu tertawa dan manggut-manggut.
"Bagus sekali, dia amat tenang dan pandai bekerja. dia memang seorang perempuan yang
agung. Dia telah menyerahkan seluruh hidupnya untukku, membantu banyak sekali kepadaku,

walaupun dalam hidupku ini sudah salah menilai tiga orang, pertama adalah dia, kedua adalah
Ting Peng dan ketiga adalah kau, Dengan gantinya kalian bertiga, hal ini membuat hidupku tidak
sampai menderita kerugian yang kelewat besar, aku pun dapat beristirahat di ruangan ini dengan
tenang tanpa perasaan sedih atau menyesal!".
Si Unta tembaga tidak berbicara, dia sedang berada dalam gejolak emosi yang paling
memuncak, dalam hatinya kakek itu adalah dewanya, malaikatnya, dan ternyata dia mempunyai
kedudukan yang begitu penting dalam hati kecil malaikatnya, kenyataan ini sudah cukup
membuatnya merasa lega, merasa tidak sia-sia sama pengorbanan dan pengabdiannya selama
ini.
Kembali si kakek bertanya:
"Apakah cubo menyuruh kau pergi mengikutinya?"
"Benar, tapi hamba bersikeras hendak pulang dulu untuk menjenguk keadaan cukong"
"Kau terlampau bodoh, perasanmu lebih lemah dari seorang wanita, tapi.. aaai... memang tak
bisa disalahkan, jarang ada yang bisa melebihi dia, aku sendiripun terpaut jauh sekali bila
dibandingkan dengannya, apakah Cubo tidak menyuruh kau pergi mencarinya?"
Tidak, ia menyuruh hamba mendampingi Ting kongcu dan nona!" "
"Bagus sekali, tindakan ini memang jauh lebih baik bagimu, disamping Ting Peng memang
harus terdapat seorang manusia seperti kau, kalau tidak dia tentu akan merasa kesepian ...."
Mendadak paras muka kakek itu berubah menjadi amat serius, terusnya lebih jauh:
"Cuma saja, setibanya disana kau jangan menceritakan keadaan ditempat ini"
"Mengapa? Apakah cukong hendak membiarkan kawanan tikus itu bertahan lebih jauh?.
Kakek itu segera tertawa.
"Benar, bukan saja aku akan membiarkan hidup bahkan akan mewujudkan impiannya, aku
telah mewariskan pula ilmu golok maut tersebut!"
Si Unta tembaga amat terperanjat, jarang sekali dia bisa terperanjat seperti saat ini"
"Cukong, mengapa? Mengapa kau berbuat demikian?`.
Tidak karena apa-spa, walaupun perkum-pulan kita tidak mempunyai dendam pribadi, tapi
perkumpulan kita pun mempunyai kitapun peraturaa emas yakni dengan mata membayar mata,
dengan gigi membayar gigi terhadap mereka yang telah berhianat dan memunahkan perguruan
kita, aku tak bisa melepaskannya dengan begitu saja, aku hendak mempergunakan ilmu golok
perkumpulan kita dan meminjam tangannya untuk menghadapi oreng-orang tersebut!
"Sanggupkah dia? "
Aku tahu kalau dia sanggup, untuk melakukan tugas semacam itu, dia lebih cocok dan mampu
daripada Ting peng!

Si Unta tembaga tidak membantah lagi, dia tahu apa yang diputuskan oleh cukong nya selalu
benar.
"Tapi bagaimana selanjutnya?" dia hanya bertanya kemudian dengan nada kuatir.
Walaupun dia telah mendapatkan ilmu golok perguruuan kita, namun bukan anggota
perkumpulan kita, ilmu goloknya tak pernah akan bisa melampaui kehebatan Ting Peng, suatu hari
diapun akan terbelah menjadi dua termakan golok Ting Peng dan selanjutnya pun tak ada lagi.
Si Unta tembaga termenung beberapa saat lamanya, tiba-tiba terlintas rasa kagum dan hormat
di atas wajahnya.
Cukong memang bertindak dengan tepat sekali, kali ini kau tidak salah mencari orang!
Kakek itu tertawa.
Selang beberapa saat kemudian dengan suara yang lebih santai dia berkata lagi:
Unta tembaga, hanya kau seorang yang mengetahui letak tempat ini, oleh sebab itu generasi
penerus dari perkumpulam kita pun tergantung pada kemampuanmu untuk mengembangkan dan
melindunginya, kau harus hidup terus, hidup sampai menantikan datangnyaorang itu, dan
menyerahkan segala sesuatunya kepada orang tadi.
Apakah cukong tidak akan menitipkan pesan apa-apa untuk cubo?"
Tidak, dia hanya bertugas untuk mengiring munculnya murid kita dari generasi mendatang,
tugas yang paling pentirg telah kuserahkan kepadamu dan tergantung pada kemampuanmu
sendiri.
Hamba harus menyerahkan kepada siapa? Apakah cukong bisa memberikan petunjuk?
Tidak usah, aku sendiripun tak dapat memberikan dugaan apa-apa, karena aku tidak
menentukan pilihan sebagai penerusku, cuma kau tak usah kuatir, sampai waktunya kau tentu
akan mengetahui dengan sendirinya, setiap kaucu dari perkumpulan kita akan muncul karena
dorongan alam, asal waktunya sudah tiba, serta merta dia akan menampakkan diri dan
memancarkan sinar gemerlapannya ke seantero jagad.
Sekali lagi si unta tembaga terbungkam dalam seribu bahasa.
"Waktu sudah sampai", ucap kakek itu kemudian dengan suara dalam dan penuh wibawa.
Si Unta tembaga menjadi sangsi dan berdiri tertegun:
Dengan gusar kakek itu segera membentak:
"Ayo cepat turun tangan, jangan berhati lembek seperti perempuan sehingga mengacaukan
rencanaku, gagalnya rencana akan membuatku menyesal sepanjang masa.
Akhirnya si Unta berlutut dan menyembah beberapa kali, kemudian dari sakunya mencabut
keluar sebilah pisau kecil, pisau yang memancarkan cahaya hijau yang gemerlapan.
Cahaya tersebut begitu tajam, begitu hijau hingga mendatangkan suatu perasaan yang
mengerikan bagi yang memandangnya, hijau yang membawa hawa siluman..

Kemudian dengan cepat dia mengayunkan tangannya, batok kepala kakek itu segera terlepas
dari tubuhnya dan melayang di udara, dengan cepat si Unta tembaga menyambut kepala tersebut.
Jenazah kakek itu segera roboh kedalam kotak, tapi si unta tidak menggubrisnya.
Dengan sikap yang amat menghormat dia meletakkan kepala itu diatas meja altar.
Sepasang mata kaket itu segera terpejamkan rapat-rapat, sekulum senyuman puas pun
menghias bibirnya, ternyata dia masih mampu mengucapkan kata yang terakhir.
"Terima kashi, Unta tembaga."
Ternyata batok kepala itu masih mempunyai kemampuan untuk mempertahankan hidupnya.
Benar orang yang menyaksikan hal itu mereka pasti akan ketakutan setengah mati.
Namun Si unta tembaga menganggap segala sesuatunya itu adalah kejadian yang wajar,
kejadian yang lumrah, suatu kejadian yang tidak perlu ditakuti atau dikagetkan."
Baginya, kakek itu adalah malaikat, malaikat suci yang telah menuntunnya dan mendidiknya
selama ini.
Baginya, kakek itu merupakan dewa kebenaran, dewa yang menunjukkan jalan kebenaran
baginya.
Sebagai malaikat suci, sebagai dewa yang mulia, tidak heran bila dia mampu untuk melakukan
segala sesuatunya, termasuk apa yang baru saja terjadi dihadapannya.
Sebab itu dia tidak merasa heran, dia menyambut kejadian tersebut sebagai suatu pemantulan
sinar kekuatan dari dewanya.
Dan sekarang, dia harus pergi dari ruang suci tersbut, dia harus melaksanakan tugas dan
memikul beban serta tanggung jawab yang telah dilimpahkan dan dibebankan oleh malaikat
sucinya itu keatas bahunya.
Dia tak boleh membuat malaikan sucinya merasa kecewa dan sedih di alam baka.
ooo0ooo
AHLI WARIS GOLOK SAKTI
TATKALA si Unta tembaga menampakkan diri dihadapan Ting Peng dan Cing cing, kehadiran
telah membuat mereka merasa amat terperanjat.
Sebab si Unta tembaga telah melepaskan baju tembaganya yang sepanjang tahun tak pernah
dilepas itu, sekarang dia tak lebih hanya seorang kakek biasa, sama sekali tidak mempunyai
keangkeran dan kegagahan
seperti dahulu, bahkan perawakan tubuhnya nampak jauh lebih pendek ...
Yang paling terkejut adalah Cing Cing, dia tahu andaikata di rumahnya tidak terjadi suatu
perubahan yang luar biasa, si Unta sebaga tidak akan meninggalkan majikannya.

Namun dia masih mampu untuk menahan diri setelah menyambut kedatangan si Unta
tembaga, dengan tenang ia bertanya:
"Paman tembaga, yayakah yang menyuruh kau datang kemari?"
Si Unta tembaga mengangguk.
"Berapa lama kau akan berada disini?" kembali Cing-cing bertanya.
Si Unta tembaga ragu sebentar, kemudian sahutnya.
"Majikan menitahkan kepada hamba untuk datang mendampingi Ting kongcu dan nona,
hamba tak usah kembali lagi!"
Paras muka Cing-cing segera berubah menjadi amat sedih, tentu saja hanya dalam suatu
keadaan saja si Unta tembaga tak usah pulang lagi, dia tak ingin mencari bukti atas berita
tersebut, namun tak tahan juga dia bertanya lagi.
"Apakah pertapaan yaya sudah mencapai titik akhir?"
"Benar," sahut si Unta tembaga dengan mata bercucuran, "pertapaan majikan telah selesai
dan kini sudah melepsakan jasad kasarnya untuk menuju ke Nirwana. . . . !"
"Cing-cing sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?" tak tahan Ting Peng bertanya.
"Kami sedang membicarakan soal latihan pertapaan. . . ."
"Aku tahu melepaskan jasad kasar untuk menuju ke Nirwana berarti sudah menjadi dewa,
apakah yaya telah menjadi dewa?"
"Benar, yaya telah berhasil melepaskan diri dari wujud raganya dan menjadi dewa" Cing-cing
mengangguk sambil menahan isak tangisnya yang amat pilu.
Paras muka Ting Peng turut berubah menjadi sedih:
"Bisa menyelesaikan pertapaan untuk menjadi dewa merupakan suatu peristiwa yang patut
dirayakan dengan gembira, mengapa kalian malahan nampak bersedih hati?"
Cing cing segera memaksakan sekulum senyuman.
"Benar, ya, peristiwa ini memang pantas untuk dirayakan dengan gembira, memang tidak
banyak yang bisa menyelesaikan pertapaannya secara sukses, tidak sia-sia jerih payah yaya
selama ini, cuma dewa dan manusia dibatasi oleh dunia yang berbeda, mungkin... mungkin kita
tak berjodoh untuk saling bertemu lagi!"
Mendadak Ting Peng berpaling ke arah si Unta tembaga dan berseru:
Tong cianpwe .. .."
"Hamba tidak berani menerima panggilan semacam itu." buru-buru si Unta tembaga menukas.
Tempat kediamanku bukan perguruan ataupun suatu perkumpulan, sedangkan aku sendiri
juga tidak turut menjadi anggota perkumpulan apa-apa, jadi aku pikir bahasa "hamba" tak usah
kau pergunakan lagi di tempatku ini!"

Budak tua mendapat perintah untuk melayani kongcu, lebih baik kongcu memanggil dengan
nama sebutan si Unta tembaga saja! .
Ting Peng berpikir, kemudian manggut-manggut.
"Baiklah! Unta tembaga, aku tahu kalau kau adalah seseorang yang amat teliti dan tahu
aturan, oleh sebab itu akupun tak ingin berbasa basi terus menerus, aku ingin mengajukan satu
pertanyaan kepadamu sekarang, harap kau suka menjawab dengan sebaiknya"
"Silahkan kongcu tanyakan!"
"Unta tembaga, kau harus pertimbangkan baik-baik sebelum menjawab, sebab pertanyaanku
ini harus dijawab secara nyata, bila kau tidak tahu, jawab saja tidak tahu, tapi bila tahu, kau tak
boleb mengelabuhi diriku!"
Tanpa terasa, si Unta tembaga menjadi sangsi, dia berpaling ke arah Cing-cing seperti mohon
pertimbangannya.
Cing cing segera mengobarkan semangatnya dengan berkata.
"Paman Tong, tuan amat menghormatimu, dia tak akan menyusahkan dirimu.."
"Baiklah, apa yang budak tua ketahui sudah pasti tak akan kurahasiakan..."
Bagus sekali!" seru Ting Pang sambil manggut-manggut, "aku dengar orang bilang, sewaktu
berada didepan lembah Say mo kok, pihak lima partai besar telah mengirimkan sejumlah jago
untuk melakukan penghadangan dan sudah membunuh banyak orang, tahukah kau akan peristiwa
tersebut."
Sekilas rasa pedih dan sedih menghiasi wajah si Unta tembaga, sahutnya dengan suara
rendah..
"Yaa, budak tua tahu!"
"Orang-orang yang terbunuh itu, apakah mempunyai hubungan yang dalam sekali
denganmu?"
Unta tembaga memandang sekejap ke arahnya dengan perasaan tercengang, selang berapa
saat kemudian dia baru berkata.
"Yaa, hubungan kami bagaikan sesama saudara kandung, dan hubungan batin seperti
anggota keluarga sendiri!"
Ting Peng manggut-manggut, kemudian ujarnya lagi.
"Aku dengar orang bilang, untuk mencapai tingkatan dewa, maka seorang rase langit harus
mengalami Peng ciat lebih dahulu sebelum bisa lepas raga menjadi dewa, sebab bila melewati
sambaran api dan guntur maka wujud dewa akan lenyap"
"Benar., memang begitu!" sahut si Unta tembaga agak gelagapan.
"Kalau begitu, loya cu pergi melalui Peng ciat tersebut?"

Terpaksa si Unta tembaga harus mengangguk.
"Ya benar!"
Mendadak nada suara dari Ting Peng berubah menjadi keras sekali, bagaikan sambaran
geledek dia berseru.
"Siapa? Siapa yang telah turun tangan?"
Si Unta tembaga, agak tertegun sejenak, kemudian ia baru menjawab.
"Budak tua yang melakukan!"
Jawaban tersebut bukan saja sama sekali diluar dugaan Ting Peng, bahkan Cing-cing
sendiripun merasa sedikit kurang percaya?"
"Paman Tong, mengapa bisa kau?"
Si Unta tembaga segera menjatuhkan diri berlutut, katanya dengan suara memilukan hati.
"Benar-benar budak tua yang melakukan, sebab pada waktu itu bencana langit telah tiba,
terpaksa budak tua membantu majikan tua untuk melakukan pelepasan agar cepat naik ke
Nirwana!"
"Baik! Aku percaya kalau kau baru berbuat demikian karena berada di dalam keadaan
terpaksa!"
Tanpa sadar si Unta tembaga mengangguk.
"Benar, majikan tua adalah seorang malaikat yang gagah perkasa, siapapun tak akan bisa
mengalahkan dia orang tua.!"
Dengan perkataan mana, maka majikan tuanya itu menjadi tidak mirip dengan cerita
pelepasan seekor rase langit menjadi dewa lagi, namun Ting Peng seolah-olah tidak
memperhatikan akan hal ini, setelah menghela napas panjang katanya:
"Kalau memang begitu, bagus sekali! Sebab berita yang kuperoleh mengatakan kalau dia
orang tua telah tewas di tangan Liu Yok siong, bukan saja hal ini membuatku tidak percaya,
bahkan membuat hatiku amat menyesal sekali!"
Dengan perasaan terperanjat, buru-buru si Unta tembaga berseru:
"Kongcu, darimana kau bisa tahu? Siapakah yang memberitahukan persoalan ini kepadamu?"
"Aku tahu Liu Yok siong bukan seorang manusia yang bisa dijinakkan, dia pun tak akan
bersedia menjadi muridku dengan begitu saja, oleh sebab itu walaupun kuampuni selembar
jiwanya, namun tak pernah kukendorkan pengawasanku terhadapnya, saban hari pasti ada orang
yang menguntil di belakangnya, orang itu mengetahui kalau dia mendatangi lembah Say mo kok
juga menyaksikan pertarungan sengit di luar lembah tersebut. . . ."
"Oooh, jadi kongcu telah mengetahui segala sesuatunya?" "seru si Unta tembaga dengan
perasaan tercengang.
Kembali Ting Peng tertawa.

"Benar" aku hanya mengirim seseorang untuk menguntil dibelakan Liu Yok siong, tapi
kuketahui rahasia terbesar didunia saat ini!"
Cing-Cing yang mendengar perkataan itu segera bertanya tanpa terasa:
"Siapakah orang itu? mengapa dia memiliki kepandaian sedemikian lihaynya? Apalagi yang
dia ketahui"
Ilmu silat yang dimiliki orang ini tidak tinggi, namun ilmu meringankan tubuh serta tehnik
menguntit orang yang dimilikinya boleh dibilang nomor satu di seluruh kolong langit, aku telah
membayar tiga ribu tahil emas kepadanya dengan catatan selama tiga tahun ini dia harus
menguntil terus dibelakang Liu Yok siong dan melaporkan semua gerak-geriknya kepadaku, dan
akhirnya orang itu telah memberitahukan suatu berita besar kepadaku!"
"Sesudah hening sejenak, Cing-cing segera berseru:
"Jadi kau telah mengetahui segala sesuatunya?"
"Benar semenjak aku terjun kembali ke dunia persilatan dan menggunakan sebilah golok untuk
menggemparkan seluruh kolong langit, aku sudah tahu kalau kau bukan rase langit, karena rase
langit hanya ada didalam khayalan manusia, padahal sebetulnya tiada kejadian seperti ini."
Di wilayah utara, dewi rase dibilang amat cerdik, lagipula orang yang percaya akan dongeng
inipun banyak sekali, bahkan dongeng tentang siluman rase tersebut banyak sekali!"
"Benar", kata Ting Peng sambil tertawa, "selama beberapa waktu berselang, Liu Yok siong
juga mempercayai akan hal ini, sebab setiap kejadian yang menimpa dirinya boleh dibilang
semuanya melampaui kemampuan seorang manusia, hanya siluman atau dewa saja yang dapat
menjelaskan semua masalah tersebut, tapi aku justru tahu kalau segala sesuatu nya, itu
dikerjakan manusia, yang dibilang paling hebat dan paling berkasiat tak lebih cuma daya tarik
uang, asal ada uang menyuap beberapa orang pegawai dalam rumahnya bukan suatu pekerjaan
yang sukar, apalagi kalau cuma membuat ayam terbang, anjing melompat dan kejadian kejadian
seram lainnya ... .."
"Jadi pada waktu itu kau sudah tahu kalau aku bukan siluman rase?" "
Kembali Ting Peng tertawa.
"Benar, seandainya kau benar-benar rase kau toh bisa menggunakan ilmu sihirmu untuk
melakukan kesemuanya itu dan tidak usah menghambur-hamburkan uang untuk menyuap orang
dan memerintahkan kepada mereka untuk melakukan permainan semacam itu"
Cing Cing tertawa getir.
Akupun tahu kalau bohongku kurang sempurna, cepat atau lambat akhirnya akan terbongkar
juga, hanya tidak kusangka kalau sedemikian awalnya rahasiaku itu sudah kau ketahui!"
Ting Peng menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Walaupun aku sudah mengetahui akan rahasia itu, tapi aku selalu berharap kau benar-benar
adalah siluman rase. . ."
"Mengapa? Apakah kau suka mempersun-ting seorang istri yang berasal dari siluman rase?"

"Bukan demikian, seandainya kau adalah rase, maka aku bisa mencari suatu tempat yang
terpencil dari manusia untuk turut bertapa dan hidup mengasingkan diri!"
Sekarang pun bisa kau lakukan bila kau mau, kita bisa mencari suatu tempat yang sepi dan
terpencil, jauh dari kehidupan manusia banyak dan hidup bahagia disana, Tujuanku mengaku
sebagai rase dulu pun tak lain untuk mewujudkan keadaan tersebut."
"Tapi sekarang tidak boleh, sudah terlalu lambat!" kata Ting Peng sambil memggeleng-kan
kepalannya berulang kali.
"Mengapa?"
"Sebab yaya mu telah mewariskan goloknya kepadaku, diapun mewariskan ilmu golok tersebut
kepadaku. . . ."
"Kau jangan salah mengartikan maksud yaya" buru-buru Cing-cing berseru, "ia mewariskan
ilmu golok tersebut kepadamu, karena kau mempunyai bakat yang bagus dan bisa menyerap sari
dan inti dari ilmu golok tersebut, dia memberikan golok itu kepadamu karena kau harus
menggunakan golok itu untuk menggunakan kekuatan yang sebenarnya dari ilmu golok itu, jadi
sama sekali tidak mempunyai maksud dan tujuan yang lain. . . . ."
Jilid : 28
AKU tahu!" kata Ting Peng sambil tertawa, oleh sebab itulah kau pun tak usah melakukan apaapa
baginya!"
"Aku juga tahu akan hal ini, namun orang lain tidak berpendapat demikian, yang mereka kenali
hanya golok itu, yang mereka rasakan hanya ilmu golok tersebut.
"Siapa yang kau maksudkan sebagai orang lain?"
Dahuhu adalah si singa emas, naga perak, walet baja dan orang-orang lima partai besar,
mereka semua mengenali ku sebagai ahli waris dari yayamu. . . ."
"Tentang soal ini, kau toh bisa memberikan penjelasan. . . ."
Cing-cing, kau jangan berbuat bodoh, siapakah yang akan mempercayai penjelasanku?
Penjelasan yang paling baik adalah mengayunkan golok, sebab setelah golok diayun maka tidak
perlu penjelasan apa-apa lagi!"
Cing-cing termenung untuk beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata:
"Ya, apakah kau sudah mengetahui akan riwayat dan asal usul kami. . . . ?"
Ting Peng manggut-manggut.
"Betul, walaupun pengalaman dari pengetahuanku dalam dunia persilatan di masa lalu masih
cetek, dan akupun tidak mengetahui tentang Mo kau, tapi sekarang aku sudah mengetahui dengan
jelas."
"Bagaimanakah pandanganmu terhadap Mo kau?"
"Tidak tahu!"
"Mengapa bisa tidak tahu?"

""Tentu saja tidak tahu, ketika aku muncul dalam dunia persilatan, Mo kau sudah berhenti
melakukan gerakan, sekalipun yang lain mengatakan bahwa Mo kau banyak melakukan kejahatan
namun aku hanya menyaksikan anak murid Mo kau dianiaya dan disiksa orang lain, meski orang
lain mengatakan orang-orang Mo kau berhati binatang, sesat dan kejam, cara kerjanya amat kasar
dan tak berperikemanusiaan, namun orang-orang yang dekat dan baik kepadaku justru merupakan
orang-orang Mo kau yang setia tulus, lembut dan berbudi luhur."
"Terima kasih banyak kongcu, terima kasih banyak"" seru si Unta tembaga amat terharu.
Ting Peng merenung lagi beberapa saat lamanya, kemudian ia baru berkata lagi:
"Loyacu mewariskan ilmu goloknya kepadaku, memberikan goloknya kepadaku, semuanya ini
disebabkan karena aku adalah cucu menantunya!"
"Benar!, sesaat sebelum majikan berangkat ke alam baka, ia berulang kali menegaskan kalau
kongcu dan Mo kau sama sekali tak ada hubungan apa-apa, bahkan majikan telah menghapus
pula nama nona dari dalam perkumpulan, malah budak tua sekarang pun sudah dicoret namanya
dari perkum-pulan, sekarang budak sudah tidak terhitung anggota Mo kau lagi"
"Tapi kaucu adalah kakek mertuaku, paling tidak aku masih mempunyai hubungan keluarga
dengannya!"
"Majikan tua hanya berharap kongcu bisi menggunakan ilmu golok dan golok tersebut sebaikbaiknya.
selebihnya ia tidak mengharapkan apa-apa!"
"Walaupun dia tidak mengharapkan apa-apa dariku, namun aku tak bisa tidak harus
melakukan sedikit pekerjaan baginya!"
"Apa yang hendak kongcu lakukan?"
"Aku harus membuat jelas satu persoalan!"
"Persoalan apa?"
"Hubungan antara Cia Siau giok dengan Mo kau, kendatipun dia putri Cia Siau hong namun
anak buahnya justru meliputi penghianatan perkumpulan seperti Si singa emas, naga perak dan
lain-lainnya, dari sini dapat disimpulkan kalau dia mempunyai hubungan yang akrab sekali dengan
pihak Mo kau"
Si Unta tembaga termenung sampai lama sekali, kemudian dia baru berkata:
"Dia adalah putri yang dilahirkan antara Cia tayhiap dengan Thian bi kiongcu, sedangkan
bagaimana ceritanya sehingga Cia tayhiap bisa berhubungan dengan Thian bi kiongcu, budak tua
sendiri pun kurang begitu jelas!"
"Kalau begitu katakan saja hal-hal yang kau ketahui!"
"Baik, peristiwa ini panjang sekali untuk diceritakan, nama asli Thian bi kiongcu adalah Sun
Cun hi. . . . ."
Kalau begitu bait syair semalam mendengar hujan rintik diloteng kecil adalah memaksudkan
dia?"
Benar, peristiwa itu sudah berlangsung lama sekali. . . ."

ooo0ooo
Musim hujan kembali menjelang datang.
Sudah tiga tahun lamanya si Unta tembaga berdiam di keluarga Ting..
Selama tiga tahun ini, kehidupan mereka dapat dilewatkan dengan tenang, tapi ada pula
kejadian yang patut digirangkan, yang terpenting adalah Cing-cing telah melahirkan dua orang
anak lelaki.
Sepasang bocah kembar yang gemuk dan putih itu, kini sudah berusia setahun lebih.
Pada saat merayakan hari ulang tahunnya yang pertama, gedung keluarga Ting nampak ramai
sekali, banyak jago persilatan dari berbagai daerah, baik yang punya nama maupun yang tak
punya nama.. berbondong- bondong datang ke sana, untuk menyam-paikan selamat.
Ternyata Ting Peng telah merubah sikap congkak dan tinggi hatinya dulu, dengan ramah
tamah dan sikap yang hangat dia munculkan diri dihadapan orang-orang itu dan berterima kasih
untuk menyampaikan selamat mereka.
Dalam perjamuan demikian, biasanya di selenggarakan pula suatu upacara tradisionil yakni
menangkap usia setahun.
Maksudnya, dalam sebuah keranjang yang besar akan di isi dengan berbagai barang untuk
melambangkan berbagai profesi, kemudian mempersilahkan kepada sang bocah untuk mengambil
sendiri benda yang di inginkannya itu.
Seorang bocah berusia setahun, tentu saja tidak mengerti untuk memilih, dia hanya akan
mengambil benda yang dianggapnya sebagai benda yang paling menarik baginya.
Dari barang yang berhasil diambil inilah, konon nasib bocah tersebut dimasa mendatang bisa
diramalkan.
Jika yang diambil adalah sie poa emas kecil, maka besarnya nanti akan menjadi seorang
saudagar yang berhasil.
Apabila yang diambil adalah sebuah cap kerajaan, maka dikemudian hari dia akan menjadi
pembesar.
Konon Cia po giok dalam kisah Hong lo bong dulu mengambil sebuah kotak pupur, sehingga
setelah dewasa ia dibikin pising oleh masalah perempuan yang serba ruwet.
Dua orang bocah cilik itu berlari keluar, mereka putih lagi gemuk dan lucu sekali, berlari
kesana kemari sambil tertawa, sedikitpun tidak nampak rasa takut.
Sementara itu, barang-barang untuk upacara tradisionil telah dipersiapkan, dalam keranjang
tersebut sudah tersedia berbagai barang yang indah, satu diantaranya justru terdapat sebilah yang
amat istimewa dan membuat orang merasa tercengang.
Itulah sebilah golok berikut sarungnya, golok yang berwarna hitam pekat.
Inilah golok mestika milik Ting Peng, golok yang menggetarkan seluruh kolong langit, golok
dengan ukiran syair "Siau lo it ya teng cun hi. . ."

Golok tersebut diletakkan dalam keranjang, sehingga memancarkan hawa pembunuhan yang
menyeramkan.
Kedua orang bocah itu memandang sekejap kearah barang-barang yang bertumpukan disitu,
kemudian hampir pada saat yang bersamaan mengambil golok tersebut.
Walaupun dalam keranjang tersedia begitu banyak barang, namun tak satupun yang
diperhatikan, kedua-duanya tertarik pada golok tersebut.
Sang lotoa memegang gagang golok sedang loji memegang sarungnya, kedua orang bocah
tersebut saling memperebutkan sebentar, kemudian "Cringg" golok tersebut terlepas dari
sarunguya dan golok itu berada ditangan sang lotoa.
Para tamu yang berada disekeliling tempat itu segera berseru tertahan karena kaget.
Hanya Ting Peng seorang yang masih tertawa terkekeh-kekeh, katanya kemudian:
"Baik sekali!" kalian berdua memang cukup tahu mutu barang, bahkan telah melakukan suatu
pilihan yang bagus!"
Dia maju ke depan mengambil kembali golok tersebut dari tangan lotoa kemudian dengan
cepat dia menyodok pelan sepasang bahu bocah tersebut sehingga menjerit dan menangis.
Cing Cing dengan wajah memucat karena kaget buru-buru keluar dan membopong bocah
tersebut, namun kedua tangan si bocah telah terkulai lemas ke bawah.
Dengan hati yang gelisah dia lantas menegur:
"Apa yang kau lakukan?"
"Tidak apa-apa, aku hanya membuat cacad urat dan otot sepasang tangannya? namun tak
akan mempengaruhi perkembangan nya nanti, hanya saja selama hidup dia tak bisa berlatih ilmu
silat lagi"
Sambil menahan isak tangisnya Cing cing segera berseru.
"Bocah ini toh masih kecil, dia tahu apa?
Sekalipun tak usah belajar silat, kau tak perlu berbuat demikian?"
"Aku tidak melarang mereka berlatih silat, tapi yang dipilih adalah sebilah golok tak bersarung,
golok yang bermata tajam ini menandakan suatu firasat jelek, oleb sebab itu dia tak boleh
mempelajari ilmu golok tersebut, golok itu milik loji"
Selamanya Cing cing adalah seorang istri yang penurut, sekarang sikapnya terhadap Ting
Peng berubah semakin menghormat lagi, katanya dengan serius:
"Perkataanmu memang betul"
Ting Peng segera memasukkan kembali goloknya kedalam sarung kemudian serunya:
"Unta tembaga!"

Si Unta tembaga yang sedang membopong loji segera menyahut dengan hormat:
"Budak di disini!"
Kemarin ada orang datang mencarimu, apakah di suruh aku berangkat ....?"
"Ooooh, itu hanya. . . hanya ..." saking tergagapnya si Unta tembaga sampai tak mampu untuk
mengucapkan sepatah katapun.
"Tidak mengapa aku tahu kalau lo hujin yang mengutus orang datang mencarimu, muridmuridnya
yang berada disana telah selesai belajar dan kau diharapkan kesana untuk
membantunya!"
Menyaksiksn persoalan tersebut telah di utarakan terpaksa si Unta tembaga berkata:
"Lo hujin membawa sekelompok murid yang baru terjun ke dunia persilatan, dia kekurangan
tenaga maka budak tua disuruh membantunya tapi berhubung budak tua belum memperoleh ijin
dari kongcu ..."
Baik, aku disini memang tak ada urusan, pergilah kau!.
"Terima kasih kongcu!"
"Jangan bertetima kasih dulu, aku masih ada urusan yang bakal merepotkan dirimu, bawalah
golok ini juga si loji, dia adalah darah daging Cing-cing, sudah sewajarnya bila meneruskan citacita
dari loyacu, aku pikir lohujin sudah pasti tak akan menolak!"
Sementara si Unta tembaga masih tertegun dan tak tahu apa yang dimaksudkan Ting Peng
telah berkata lagi:
"Walaupun persoalan ini kuputuskan sedikit terlalu gegabah, tapi Loyacu sudah tidak
mempunyai keturunan lagi, apa pula golok sakti Mo kau berada di tanganku mungkin aku masih
bisa dianggap sebagai separuh majikannya, mulai sekarang bocah ini sudah merupakan calon
kaucu dari Mo-kau, sebelum berusia delapan belas tahun dia akan diasuh dan dididik oleh lo hujin
dan kau, selewatnya delapan belas tahun, biar dia secara resmi memangku jabatan ...."
Mendengar sampai disitu, saking terharunya si Unta tembaga segera menjatuhkan diri berlutut
diatas tanah, serunya berulang kali:
"Terima kasih kongcu, terima kasih kongcu..." "
Saking terharunya, suara orang itu sampai parau dan tidak mampu untuk meneruskan katakatanya
lagi.
Ting Peng segera menariknya bangun, kemudian berkata lebih jauh:
Kau tak usah mengucapkan kata-kata seperti itu, aku berhasil seperti sekarang adalah berkat
jasa dari kakek mertuaku, budi kebaikan ini tak ternilai harganya, inilah satu-satunya perbuatan
yang bisa kulakukan untuk mewujudkan baktiku kepadanya, bakat loji sama seperti aku sewaktu
kecll dulu, aku percaya dia mampu untuk memi-kul tanggung jawab ini, cuma kalian harus baikbaik
mengawasinya dan mendidiknya"
Si Unta tembaga menyembah berulang kali dengan perasaan amat terharu:
Baik! Baik! Budak tua pasti akan memikul tanggung jawab ini!"

"Hingga sekarang, kedua orang bocah tersebut belum sempat kuberi nama, hal ini disebabkan
aku menantikan keputusan pada hari ini, walaupun keputusan mana agak sedikit gegabah, tapi
semuanya hanya menuruti kehendak takdir, mungkin arwah loyacu di alam baka dapat merasakan
hal ini dan telah memutuskan demikian, nah kau boleh menceritakan hal yang sesungguhnya
kepada lo hujin!"
"Baik!"
Kembali Ting Pang berkata lebih jauh:
"Kau pun boleh memberi tahukan kepada lo hujin bahwa Mo kau telah bangkit kembali dan tak
usah kuatir dihalangi orang, segala sesuatunya akan kuhadapi, hanya saja tanggung jawabku
hanya terbatas hingga bocah itu menjadi dewasa, apabila dia telah berusia delapan belas tahun,
berarti tugasku telah selesai dan aku tak akan mengurusinya. Sekarang aku telah menyuruh Ah ku
dan Siau hiang menyiapkan kereta kuda menunggumu dipintu belakang, sekarang kau boleh
pergi!"
Baik, cuma .... kongcu, golok ini masih belum dibutuhkan majikan muda saat ini, lebih baik
tinggalkan saja disamping kongcu!"
Ting Peng tertawa dan menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak usah, bawalah pergi, nah kau boleh berangkat sekarang!"
Sekali lagi si Unta tembaga menyembah beberapa kali, kemudian sambil membopong si bocah
dan membawa golok tersebut dia berlalu melalui pintu belakang.
Sepeninggalan si Unta tembaga Ting Peng baru berkata kepada para jago yang berada di
dalam ruangan tersebut.
"Mari! Mari! Mari! Mari! Mari kita duduk dan minum arak, kedatangan kalian untuk merayakan
kejadian ini benar-benar membuat aku orang she Ting merasa berterima kasih sekali tapi apabila
ada yang meninggalkan pesta sebelum merayakan ini selesai terpaksa aku orang she Ting akan
berbuat keji kepadanya, sebab Tong tou tianglo baru saja membawa ketua muda Mo kau
berangkat meninggalkan tempat ini, aku tidak berharap ada orang yang menyusul mereka!"
Semua hadirin segera membungkam dalam suasana serius, tak seorangpun diantara mereka
yang berbicara.
Sambil tertawa Ting Peng segera mengang-kat cawannya dan menghormati setiap orang
tamunya.
Ketika sampai didepan sebuah meja, mendadak ia menemukan ada dua orang sudah tidak
ada disitu lagi.
Ketika ditanya, lelaki yang berada di sampingnya segera menyahut:
Baru saja mereka berdua pergi melepaskan hajad, dengan cepat mereka akan balik kembali!"
Ting Peng hanya tertawa, mendadak dia mengeluarlan sebuah pisau belati kecil dan segera
memotong salah satu kaki meja tersebut.

Kemudian ditengah ruangan itu juga, pelan-pelan dia memotong kaki meja tadi dan dibentuk
menjadi sesuatu benda.
Tindak tanduknya ini segera mencengangkan semua orang, apalagi setelah dilihatnya orang
itu nembentuk sebilah golok dengan menggunakan kaki meja tadi.
Pada saat itulah tampak ada dua sosok manusia yang secara diam-diam menyelinap ke sisi
ruangan, kemudian berjalan menuju kearah luar gedung.
Sambil tertawa Ting Peng segera membalik-kan badan dan menghadang didepan mereka
berdua.
"Kalian berdua hendak pergi?" dia menegur.
Paras muka kedua orang itu berubah hebat, serentak mereka mencabut pedang dan
melepaskan tusukan kilat ketubuh Ting Peng.
Walaupun kedua orang itu tidak ternama dalam dunia persilatan, namun serangan pedang
yang mereka lepaskan benar-benar dahsyat sekali bahkan sama sekali tidak berada dibawah
kepandaian silat seorang jago kenamaan.
Dengan meninjau permainan pedangnya saja, mungkin mereka dapat mencantumkan diri
diantara sepuluh orang jago terlihay didalam dunia persilatan dewasa ini, lagi pula pedang yang
mereka pergunakan adalah senjata mestika yang tajam sekali.
Sebaliknya ditangan Ting Peng hanya memegang sebilah golok, sebilab golok yang terbuat
dari kaki meja.
Menggunakan golok kayu itulah dia mengayunkan kedepan pelan, "Traang" Traang" ke dua
pedang mestika tadi tahu-tahu sudah patah menjadi dua bagian.
Kedua orang tersebut masih sempat menerjang maju belasan langkah lebih, akhirnya roboh
terkapar di atas tanah dengan badan terbelah menjadi dua bagian.
Hasil dari bacokan tersebut sama sekali tidak berbeda jauh dengan hasil bacokan
menggunakan golok mustika.
Sambil membuang golok kayu itu ke tanah, Ting Peng menghela napas panjang, katanya:
"Kalau Cia Siau hong sudah membuang pedangnya semenjak puluhan tahun berselang, maka
sampai hari ini aku baru bisa meninggalkan golok baja untuk memakai golok kayu, aaai, bila
dibandingkan dengan dia, aku masih ketinggalan jauh sekali, sungguh memalukan! Sungguh
memalukan... .
ooo0ooo
"Siau hiang dan Ah ku telah kembali, Cing-cing sedang bermain dengan putra mereka Ting
Koh bun dalam ruangan.
Siau hiang begitu masuk ke dalam, dia segera berlutut dan menyembah sebanyak tiga kali.
Melihat itu, Ting Peng segera menegur sambil tertawa.
"Hei, budak! Mengapa kau ? Mengapa secara tiba-tiba melakukan penghormatan besar"

"Lo hujin yang menitahkan kepada budak untuk mewakili dia orang tua melakukan
penyembahan ini, sebagai rasa terima kasihnya kepada kongcu"
Buru-buru Ting Peng menariknya bangun sambil berseru:
"Aku tidak berani menerima penghormatan seperti ini, kau si bocah memang suka sekali
bergurau!"
"Lo hujin mengatakan bahwa tata kesopanan sudah seharusnya dilaksanakan demikian, dan
lagi diapun bilang kalau rasa terima kasih ini bukan dari dia seorang, melainkan rasa terima kasih
dari semua cousu Mo kau generasi yang lalu, terima kasih kepada kongcu sehingga keturunan
dan warisan Mo kau tidak hilang lenyap dengan begitu saja"
Ting Peng berpikir sebentar kemudian baru bertanya"
"Baik-baikkah nenek?"
"Lo hujin berada dalam keadaan sangat baik, sambil membopong majikan muda ia nampak
gembira sekali, mana mencium mana tertawa seakan-akan usianya menjadi muda sepuluh tahun,
saban hari mulutnya tak pernah bisa merapat kembali!"
"Amankah tempat mereka itu?"
Aman sekali, lelaki perempuan semuanya berjumlah lima puluh orang, yang lelaki berlatih ilmu
golok sedangkan yang perempuan belajar ilmu pedang, Tong tianglo telah mencobanya sendiri
untuk satu lawan satu, mungkin kekuatannya hampir berimbang!"
"Ooooh, sungguh tak kusangka kalau mereka dapat mencapai tingkatan seperti ini, berbicara
soal kekuatan mana semestinya sudah cukup untuk dipakai membela diri, bagaimanakah keadaan
medan disitu?"
Tempat itu merupakan sebuah pulau kecil ditengah telaga, empat penjuru berupa air,
"Hhmmm, tempat semacam ini, kurang baik" kata Ting Peng dengan kening berkerut,
"walaupun sekeliling pulau dilindungi air telaga, bukan berarti tak bisa membendung serangan
musuh, apa lagi yang yang hidup di pulau tersebut menganggap pulau mereka sudah dilindungi
oleh telaga yang luas, penjagaan disekitar sana bisa menjadi mengendor akibatnya?"
Budak pun telah mengemukakan persoalan ini kepada lo hujin, Tong tianglo bilang dia akan
segera memperhatikan soal ini dengan mengembangkan pos penjagaannya di seluruh pantai
pulau itu!"
Ting Peng manggut-manggut..
"Kalau begitu terhitung lumayan juga, cuma bagaimanapun rapatnya penjagaaan toh tak akan
bisa menahan yang datang membawa maksud tertentu!"
"Tong tianglo bilang menyerang adalah suatu pertahanan yang paling baik tapi lo hujin
menolak, dia bilang peristiwa dimasa lampau merupakan contoh yang amat jelas untuk menjaga
agar supaya Mo kau tetap hidup didunia ini, dan selanjutnya menjadi salah satu kekuatan dalam
dunia persilatan, lebih baik jangan melakukan pembunuhan lagi"

"Aaaai, tapi orang lain tak akan berpikiran demikian" kata Ting Peng sambil menghela napas
panjang.
"Lo hujin sudah bilang, segala sesuatunya terserah pada diri kita sendiri, Mo kau tak akan
bertempur jika tidak diserang, tapi untuk mempertahankan hidup, kami tak akan mundur karena
ketakutan !"
Ting Peng segera manggut-manggut, kemudian katanya lagi:
"Sepanjang jalan kembali kesini, kau berjumpa dengan kesulitan apa saja?"
Siau hiang berpikir sejenak kemudian menggeleng.
"Tidak ada, segala sesuatunya amat tenteram!
Aku tidak percaya akan hal ini, aku rasa paling tidak pasti ada orang yang ingin
menghalangimu, dan mencoba untuk menanyakan kepergian kalian"
"Budakpun berpendapat demikian, tapi kenyataannya benar-benar tidak berjumpa dengan
seorang manusiapun, kendatipun budak dapat merasakan bahwa jejak kami selalu diikuti orang
dari belakang, namun tak pernah ada yang menampakkan diri untuk melakukan penghadangan
secara terang terangan!"
Ting Peng segera manggut-manggut.
"Mungkin pihak lawan merasa kekuatan yang dimilikinya kurang cukup, sebab untuk
menghalangi kau dan Ah ku mungkin bukan suatu pekerjaan yang terlalu mudah!"
Ketika berbicara sampai disitu mendadak dari luar jendela kedengaran suara burung terbang
merendah. menyusul kemudian tampak seekor burung merpati pos yang putih dan gagah sudah
hinggap diatas tangan Ting Peng.
inilah sistim pemberitaan yang digunakan Ting Peng selama ini dan anggota keluarga tak
pernah menanyakan ataupun mencam-puri urusan tersebut.
Maka sewaktu dia melepakan sebuah tabung bulat kecil dari kaki burung merpati tersebut, tak
seorangpun yang berani berjalan mendekat.
Ketika Ting Peng selesai membaca isi surat tersebut dia baru tertawa dan berkata:
"Siau hiang, walaupun kau tidak menjumpai sesuatu peristiwa apapun sepanjang perjalanan
kembalimu ke sini, tapi sepanjang jalan yang kalian lewati sewaktu berangkat pulang tadi paling
tidak ada empat puluhan orang jago lihay yang bersembunyi di balik tempat-tempat rahasia untuk
mengintai dirimu."
Siau hiang merasa amat terkejut sesudah mendengar perkataan itu, segera serunya:
"Aaah, masa ada peristiwa seperti ini? Mengapa budak sama sekali tidak tahu?"
"Yang mengintai dirimu selama ini adalah para ahli mengintai yang sudah berpenga-laman
luas sekali, tempat persembunyian mereka pun dibuat sedemikian rupa sehingga rahasia sekali
letaknya, tak mungkin kau dapat menemukannya!"
"Siapa saja orang tersebut?"

Mereka adalah jago-jago yang tergabung dalam lima partai besar, bahkan merupakan jago
pilihan, tapi dari sekian banyak jago, orang-orang dari Khong tong pay dan Go bi pay yang paling
banyak, tujuan mereka adalah untuk menghalangi jalan pergi kalian!"
"Lantas mengapa mereka tidak bertindak untuk menghalangiku?"
"Sebab mereka sudah keburu dibantai orang!"
"Siapa pula yang telah membantai mereka?"
"Sekelompok pembunuh-pembunuh berke-rudung yang tidak jelas indentitasnya, Cuma aku
sudah tahu siapakah yang mengirim mereka."
"Siapa ?"
"Orang-orang itu adalah anak buah Liu Yok siong, aku tahu keparat ini tak akan tahan berdiam
diri hidup kesepian, sekarang dia sudah mulai bergerak.. Cing-cing, kita pun harus keluar untuk
melemaskan otot, sudah tiga tahun kita hidup mengendon dirumah.. orang bisa malas kalau begini
terus, bila tidak bergerak lagi, mungkin banyak teman lama yang akan melupakan kita!"
Cing-cing tidak berbicara, terhadap perkataan dari Ting Peng, selamanya dia tak memang tak
pernah membantah..
ooo0ooo
PENUTUP
CING CING duduk dalam kereta, Ting Peng duduk dihadapan mukanya, sedang Ah-ku
bertindak sebagai kusir.
Waktu itu Ting Peng sedang memainkan sebilah golok, sebilah golok yang indah sekali, golok
kayu yang diatas batangnya terukir lukisan indah, ada pemandangan alam, ada perempuan cantik,
ada kereta dan lain sebagainya.
Itulah sebuah pemandangan yang menarik sekali.
Benda ini dibeli Ting Peng dengan uang sepuluh laksa tahil emas murni, dibeli dari sebuah
rumah penjual barang.
Ting Peng msnginginkan bends tersebut karena golok itu amat indah dan istimewa, tentu saja
karena antik dan menawan hati.
Lama sekali dia memainkan benda itu, sementara Siau hiang yang duduk didepan kakinya
turut menikmati benda tadi, mendadak dia bertanya:
"Kongcu, benarkah kau hendak menggunakan golok kayu ini untuk menghadapi musuh,
membunuh orang?"
Ting Peng tertawa:
Benar? Golokku telah dibawa Unta tembaga, aku rasa lo hujin memerlukan benda tersebut,
padahal akupun seorang pemakai golok, tentu saja aku harus memakai golok!" "

Kongcu, aku tidak habis mengerti, kalau toh tenaga dalam kongcu sudah mencaapai tingkatan
yang luar biasa, namun tanpa golok tersebut."
Ting Peng manggut-manggut.
Yaa, tanpa golok tersebut aku hanya bisa" memanfaatkan enam tujuh bagian kekuatan
sesungguhnya, tapi bila kugunakan golok tersebut, kehebatanku bisa mencapai dua belas bagian."
Kita akan berangkat untuk membantu lo hujin ?"
"Benar, sekarang semua jago dari berbagai partai maupun jago dari Thian bi kiongcu telah
bermunculan, mereka tak akan melepaskan lo hujin sekalian dengan begitu saja."
Tinggikah ilmu silat mereka?"
Konon amat tinggi, terutama anak buah Thian bi kiongcu, mereka rata-rata hebat, apalagi
sebagian kekuatan itu sudah berada dibawah komando Cia Siau giok, gadis berhati keji ini, bila
kita tidak membantu, lo hujin akan menjumpai kesulitan.
Kongcu, kalau toh kita hendak membantu lo hujin, mana kepandaian silat pihak lawan hebat
sekali, mengapa kau malah mengirim pergi golok mestika tersebut? "
Ting Peng segera tertawa.
"Selama golok sakti itu ditanganku, tiada orang yang bisa menandingi diriku, lagi masa orang
lain akan memusuhi diriku?
Siau hiang menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Mungkin tiada orang yang berani, sejak naga perak terbunuh mungkin sudah tak ada manusia
yang berani memusuhimu lagi, konon naga perak termasuk jago lihay dalam permainan golok!"
"Itulah dia, bila aku membawa golok, orang lain tak akan berani turun tangan menentangku,
mereka pasti akan mengguna-kan akal muslihat untuk mencelakaiku, membuat aku harus
menjaga terhadap mereka yang terduga, oleh sebab itu membawa golok mestika malah justru
akan menyusahkan diriku sendiri."
Tapi dengan golok tersebut, kau bisa memukul mundur lawan, apalagi Kim say tianglo sudah
berhasil melatih ilmu silatnya mencapai tujuh bagian kesempurnaan."
"Benar" kata Ting Peng tertawa. "sewaktu bertarung melawanku dulu, kemampuannya
memang cukup hebat, tapi dengan golok ini ditanganku, dia tak akan banyak berkutik."
"Golok ini tak akan mampu menambah kekuatan bagimu, budak telah meneliti dengan
seksama, golok ini terbuat dari kayu Hong-yang, meski keras namun tidak kuat bila menjumpai
senjata yang tajam, benda ini segera akan patah menjadi dua"
"Inilah yang kuinginkan!"
"Kongcu, budak tidak mengerti!"
"Budak bodoh, otakmu sudah tumpul barangkali, bila kau membawa sebilah golok, apakah kau
akan tega mematahkan golokku ini?"
"Tidak, aku tak tega untuk merusaknya"

"Itulah dia, sejak musuh melihat golokku dalam hati mereka sudah timbul perasaan tak tega,
serangan yang dilancarkan pasti akan tertunda waktunya, nah saat seperti inilah merupakan saat
yang terbaik bagiku untuk turun tangan lebih dulu."
"Kongcu, hebat sekali siasatmu ini."
Ting Peng tersenyum.
"Aku tak ingin menjadi Enghiong, tidak butuh nama kosng, aku hanya ingin hidup terus, demi
mempertahankan hidup, cara apapun akan kutempuh."
"Bila Cuma untuk mempertahankan hidup, sesungguhnya kongcu tak usah keluar rumah, asal
kau duduk di rumah, siapa yang berani datang mengganggu?"
Ting Peng tertawa tergelak.
"Siau hiang, kau memang pintar, tapi mengapa mengucapkan kata-kata bodoh? Kau anggap
asal duduk terus di rumah maka orang lain akan melepaskan aku? Seperti yaya, mereka sudah
bersembunyi banyak tahun, tapi toh tak bisa bersembunyi terus?"
"Kongcu, keadaanmu jauh berbeda dengan majikan tua"
"Sama saja, Kim say tianglo sekalian hanya bermaksud untuk membunuh yaya bukan untuk
membalas dendam, merekapun takut yaya membalas dendan kepada mereka, inilah yang
dinamakan ngeri dalam hati sendiri"
"Rasa ngeri dalam hati sendiri?"
"Benar, atau dengan perkataan lain mereka takut pada diri sendiri"
"Apa yang ditakuti dengan diri sendiri?"
Kau masih kecil maka tidak akan mengerti, bila sudah dewasa nanti kau akan tahu sendiri,
Seandainya kau berbuat salah kepada orang lain, atau juka kau mempunyai sesuatu ambisi, maka
kau tak akan duduk tenang. . . ."
"Aku tahu, oleh sebab Singa emas sekalian telah berbuat kesalahan terhadap majikan tua,
maka mereka baru membunuhnya?"
"Benar, dunia persilatan memang tak pernah akan tenang untuk selamanya, satu generasi
hilang, generasi yang lain akan muncul kembali. . . ."
Siau hiang menghela napas panjang, dia merasa perkataan majikannya memang benar.
Hanya Cing-cing yang tetap bersikap tenang, dia seperti tidak memikirkan apa-apa, baginya
yang penting adalah Ting Peng tetap disampingnya dan anak mereka tetap sehat selalu...
ooo0ooo
Tiba tiba kereta itu berhenti, Ting Peng tidak turun hanya bertanya:
"Ah Ku, mengapa?"

Ah Ku tidak menjawab, ketika Ting Peng menyingkap tirai, di jumpainya Ah Ku sedang berlutut
ditanah, sesosok mayat tergantung dihadapannnya, mayat berpakaian tembaga, dialah mayat si
Unta tembaga.
Unta tembaga diikat dengan tali dan di gantung diatas pohon, sedang Ah Ku sedang menangis
sedih, meski tak bersuara. air matanya jatuh bercucuran amat deras.
Ting Peng segera turun dari kereta, menghampiri pohon itu dan menurunkan jenasah Unta
tembaga, tali pengikatnya dilepas, tubuh unta tembaga tergeletak dalam keadaan terbelah menjadi
dua.
Cing cing dan Siau hiang telah turun dari kereta dan berlutut pula didepan jenazah, hanya Ting
Peng masih meneliti jenasah itu dengan seksama.
"Beberapa saat kemudian, ia baru berkata:
"Liu Yok siong yang turun tangan!"
"Kau tidak salah melihat? seru Cing cing tertegun.
"Tak mungkin, bacokan ini tepat dan rata, hanya orang yang tahu akan teori baru bisa berbuat
demikian. dalam dunia dewasa ini hanya dua orang yang bisa betbuat demikian, aku dan dia,
sebab hanya kami berdua yang memperoleh warisan ilmu tersebut.
"Apakah Liu Yok siong telah berhasil mencapai tingkatan seperti kau?"
"Tidak, dia masih ketinggalan jauh, bila aku yang turun tangan, si Unta tembaga dalam
keadaan hiduppun tak akan lolos dari bacokanku, tapi dia hanya bisa membacok mayat unta
tembaga saja."
"Jadi dia mencelakai paman Tong lebih dulu kemudian baru turun tangan?"
"Yaa benar, penyebab kematian si unta tembaga yang sebenarnya adalah keracunan, dia mati
keracunan, oleh sebab itu mayatnya tak nampak darah yang mengalir keluar."
"Mengapa?"
"Tentu saja demi memperebutkan golok tersebut."
Cing-cing tertegun sesaat, kemudian baru bertanya.
"Bagaimana dengan bocah itu?"
Bocah itu tak akan mati, Liu Yok siong tak akan bertindak bodoh, dia pasti akan menahan
bocah itu untuk mengancam kita."
Sementara itu Ah ku telah bangkit dan melakukan kode tangan dihadapan Ting Peng.
Sambil menghela napas Ting Peng segera menjawab:
"Tak usah kuatir, aku tak akan melepaskan dia, tapi soal membalas dendam bukan tugasmu,
golok bulan sabit telah berada di tangan Liu Yok siong, kau bukan tandingannya.
Ah Ku masih ingin mengemukakan sesuatu, tapi Ting Peng segera menukas:

Sekarang gotong jenasah si Unta tembaga ke atas kereta, kemudian kita pergi mencarinya.
Ah ku membopong jenasah si Unta tembaga dan mengikatnya kembali dengan tali.
Ting Peng membopong si bocah dari dalam kereta lalu berseru.
"Mari berangkat, aku tahu lima puluh li didepan sana ada kuil, kita titipkan dulu jenasah si Unta
tembaga disana.
Siau hiang hendak membopong bocah itu, tapi Ting Peng kembali berkata:
"Lebih baik aku membopong sendiri, sepanjang jalan pasti banyak bahaya, ilmu silatmu hanya
bisa digunakan untuk melindungi diri, tak nanti bisa kau lindungi bocah ini"
Siau hiang benar-benar mundur, dia tahu akan kemampuannya bila menjumpai serangan dia
memang tak mampu melindungi bocah tersebut.
Sepanjang jalan menuju kuil Cu im si, mereka harus melewati tujuh kali penghadangan.
Penghadangan tersebut dilakukan oleh jago-jago persilatan yang berilmu tinggi, mereka
bersama bahkan tidak pakai peraturan dunia persilatan, mana senjata rahasia beracun, ayunan
golok, pedang, semuanya dilakukan serentak.
Padahal mereka hanya berlima ditambah seorang bocah berusia setahun lebih, bukan saja tak
bisa membantu, bahkan hanya merepotkan.
Untung saja Ting Peng sendiri yang membopong bocah itu, dengan tangan sebelah
membopong bocah, tangan lain menggenggam golok kayunya.
Ruyung panjang dari Ah ku juga membunuh beberapa orang, tapi dia sendiripun menderita
luka, lengan kirinya kena dipatahkan terhantam oleh bacokan golok yang amat besar.
Padahal khikang pelindung badannya telah berhasil dilatih hingga mencapai tingkatan yang
kebal dengan senjata, namun lelaki tak bernama yang melukainya itu hanya menghadiahkan
sebuah bacokan.
Meski hanya sebuah bacokan, namun sakitnya sampai merasuk tulang, ia mendengar suara
tulang lengannya yang patah, tapi mendengar juga suara remuknya tulang dari tubuh lawan, itulah
hasil karya ruyung panjangnya yang berhasil melilit tengkuk lawan dan menghancur lumatkan
tulang belulangnya.
Lo hongtiang dari kuil Cu im si adalah teman lama Ting Peng, setelah menerima jenasah si
unta tembaga untuk sementara waktu, kemudian sambil membacakan doa, mengantar mereka
naik ke dalam kereta.
Sebab dari wajah setiap orang dia telah menemukan hawa pembunuhan yang amat tebal.
Ah ku masih bertanya kemana mereka hendak pergi, secara tegas Ting Peng segera
menjawab:
"Berangkat ke perkampungan Sin kiam san ceng!"
"Mengapa harus ke Sin kiam san ceng?" tanya Siau hiang.

"Sebab aku dapat merasakan, mereka sudah pasti telah berkumpul semua di dalam
perkampungan Sin kiam san-ceng!"
Siau hiang tidak banyak bertanya lagi, dia cukup mengetahui akan kemampuan majikannya
selama dua tahun belakangan ini, meski tak poernah melakukan sesuatu, namun dia seperti tahu
akan segala persoalan yang sedang terjadi.
Firasat Ting Peng memang tidak salah, sepanjang jalan menuju ke perkampungan Sin kiam
san ceng, mereka bertemu dengan banyak sekali jago-jago persilatan yang menuju ke arah sana
namun tak seorang pun diantara mereka yang mengusik rombongan berkereta ini.
Tujuh babak pertarungan yang berlang-sung dalam tujuh kali penghadangan sudah cukup
membuat hati mereka ketakutan.
ooo0ooo
Sewaktu Ting Peng tiba di depan perkampungan Sin kiam san-ceng, dia datang agakl
terlambat, pertarungan yang berlangsung disitu sudah mendekati terakhir.
Dari tumpukan mayat yang bergelimpangan di tanah mereka temukan seorang nenek yang
sudah gawat keadaannya.
"Nenek. . . ." sambil menangis Cing-cing berseru.
Nenek itu menelan ludahnya sambil terengah, lalu menjawab lirih:
"Akhirnya kalian datang juga, mengapa golok Ting Peng bisa terjatuh ke tangan Liu Yok
siong?"
Terpaksa Cing-cing menceritakan keadaan yang sebenarnya secara ringkas.
Dengan perasaan lega nenek ityu menghembuskan napas panjang, lalu katanya lagi:
"Terima kasih banyak kepadamu Ting Peng, terima kasih atas pemberian seorang anakmu
untuk kami!"
"Hal ini sudah seharusnya!" jawab Ting Peng sambil turut berlutut ke atas tanah.
"Kini, bocah tersebut sudah terjatuh ke tangan mereka, kalian harus merebutnya kembali,
golok itu tak perlu diminta lagi, yang penting bocah tersebut, pergilah ke tempat kami, disitu masih
ada dua puluhan orang, mereka adalah sisa perkumpulan kias yang terakhir, tunggulah sampai
bocah itu menjadi dewasa, suruh dia merebut kembali golok mestika tersebut, bangun kembali
perkumpulan Mo kau kita. Biar golok itu berada ditangan Liu Yok siong, kemampuan-nya terbatas
sekali, dua puluh tahun kemudian bocah itu pasti dapat mengalahkannya biarlah saja dia gembira
selama dua puluh tahun!"
"Tidak bisa, biar seharipun aku tak dapat melepaskannya dengan begitu saja!"
Walaupun Liu Yok siong pantas dibunuh, namun dia telah membalaskan dendam buat partai
kita, ia telah membunuh semua penghianat dan musuh-musuh kita"
"0oooh!" .

"Singa emas, Thian bi, masih ada beberapa orang jago lihay dari berbagai perguruan besar,
pokoknya setiap musuh yang turut serta dalam penumpasan terhadap perkum-pulan kita di masa
lalu, semuanya telah tewas di ujung goloknya, perhitungan loya cu memang tepat, dia telah
mempergunakan golok dan ilmu golok sendiri untuk membalas dendam, oleh sebab itu walaupun
Liu Yok siong telah membunuh banyak orang kami, aku tidak merasa mendendam kepadanya..."
Nenek itu tidak berbicara lebih lanjut, kendatipun dia masih mempunyai banyak masalah yang
hendak diutarakan, namun ia sudah tak berkekuatan lagi untuk mengutarakan keluar.
Sementara Cing-cing masih menangis, Ting Peng telah menyerahkan bocah itu kepadanya
kemudian berjalan menuju ke pintu perkampungan.
Didepan pintu terdapat banyak orang sedang mengumpulkan mayat, mereka semua masih
muda-muda, agaknya tak seorangpun yang mengenal Ting Peng, tiada yang menyapa atau
menegurnya.
Barulah sesampainya dipintu gerbang, Cia sianseng baru muncul sambil menjura:
""Ting kongcu, baik-baikkah selama ini?
"Banyak juga yang tewas disini!" Jengek Ting Peng dingin.
"Yaa, benar, baru saja majikan kami, mendemonrasikan kelihayannya dengan menyingkirkan
semua perintang yang ada"
"Majikan kalian? Apakah Cia tayhiap telah kembali?"
"Bukan! Majikan tua telah hidup bebas dan tidak mencampuri urusan keduniawian, lagi yang
kumaksudkan adalah majikan baru kami"
"Majikan baru? Bukan majikan muda?"
Cia sianseng segera tertawa.
"Yaa, hampir begitulah sebab majikan muda kami akan menikah dengan majikan baru,
kemudian membangun kembali perkampungan Sin kiam san-ceng ini, bahkan perkampungan kami
pun di ubah menjadi perkampungan Sin to ceng, perkampungan golok sakti "
"Sin to ceng? Jadi majikan baru kalian adalah"...
"Yaaa. betul! Dia adalah Liu Yok siong, Liu tayhiap!"
"0oooh, rupanya dia" seru Ting Peng sambil tertawa, "dia toh anak muridku!"
Cia sianseng segera tertawa.
Walaupun Liu tayhiap sudah menjadi tenar, namun ia masih mengakui sebagai murid Ting
kongcu, maka diapun menerima pemberian golok sakti dari kongcu, sebab kejadian ini memang
lumrah!"
"Dia masih mengakui sebagai muridku?"
"Ting kongcu adalah sahabat karib majikan tua, sedangkan Liu cengcu telah menjadi
menantunya majikan tua, bagaimanapun juga tingkat kedudukannya memang agak rendah
setingkat, apalagi belajar ilmu dari Ting kongcu pun bukan suatu kejadian yang memalukan!"

"Kalau toh dia masih menganggap aku sebagai gurunya, kini gurunya sudah datang mengapa
dia belum menampakkan diri untuk menyambut?" seru Ting Peng kemudian dengan gusar.
Cia sianseng segera tertawa.
"Sebentar akan datang, sebentar akan datang! Berhubung seluruh badan Liu Cengcu kotor
oleh darah, ia tak berani berbuat semberono, maka sekarang sedang pulang bertukar pakaian"
Sementara berbicara, Liu Yok siong dengan pakaian yang indah dan menggnadeng Cia Siau
giok telah menampakkan diri.
Begitu tertemu dengan Ting Peng, dia segera menjura seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas hadiah golok mestika dari suhu, tecu telah mengandalkan golok ini
untuk membunuh tujuh belas orang jago lihay dari dunia persilatan dewasa ini."
"Bagus sekali, mungkin kau sudah anggap tiada tandingannya lagi di dunia ini?"
"Aaah, mana! Mana! Berada di hadapan suhu, tecu tak berani mengucapkan perkataan
semacam ini, apalagi masih ada Cia Siau hong seorang! Cuma, bila aku telah menikah dengan
nona Cia, kalian berdua yang satu adalah ayah mertuaku, sedang yang lain adalah guruku, tentu
saja kalian tak akan menggangguku lagi!"
Ting Peng segera berpaling ke arah Cia Siau giok sambil berseru:
"Siau giok, kiong-hi untukmu!"
Cia Siau giok segera tertawa.
"Tidak apa-apa, Ting Peng, aku adalah orang yang enggan tunduk di bawah orang lain, oleh
karena kau enggan mengawiniku, aku terpaksa harus kawin dengannya."
"Ia telah membinasakan Thian bi Kiongcu!"
"Benar, diapun membunuh si Singa emas dan sekalian penghianat Mo kau, ia pernah
mendapat pesan dari Mo kau kaucu agar membersihkan perguruan dari kaum penghianat, sudah
kewajibannya bila dia berbuat begitu!"
"Tapi Thian bi kiongcu toh ibu kandungmu sendiri?"
"Hubungan dengan ibuku amat tawar, kalau dibilang dia masih terhitung selirnya Mo kau
kaucu, kini Liu Yok siong membunuhnya demi perguruan, sudah barang tentu aku tak bisa
menghalangi niatnya itu!"
"Paling tidak kau tak pantas untuk kawin dengannya!"
Kembali Cia Siau giok tertawa.
"Bila aku tidak kawin dengannya, mungkin termasuk akupun akan dibunuh olehnya, padalah
aku belum ingin mati, Ting Peng bila kau membantuku untuk membu-nuhnya akupun tak usah
kawin dengannya lagi!"

Ting Peng tidak menggubris perkataan itu lagi, dia berpaling ke arah Liu Yok siong sambil
menegur:
"Mana putraku?"
"Di dalam!" jawab Liu Yok siong tertawa, "dia adalah siau sute ku, tecu harus merawatnya
secara baik-baik"
Dengan wajah berubah serius Ting Peng segera berkata.
"Liu Yok siong dengarkan baik-baik, kembalikan bocah itu kepadaku dan serahkan kembali
golok mestika itu, kuampuni selembar jiwamu!"
Tapi golok itu telah suhu wariskan kepada tecu!"
Aku tak pernah berkata demikian Liu toaya, lebih baik kau tak usah berbuat yang tengik, aku
tak pernah mengajarkan ilmu silat kepadamu kaupun tak usah memanggil dengan begitu merdu
lagi!"
"Baik! Kalau toh suhu telah berkata demikian, tecupun tak akan memaksa, usia tecu jauh lebih
tua daripada suhu, sudah sepantasnya bila tecu tidak ribut lagi. Kalau tadi kita masih ada
hubungan karena kau telah menghadiahkan golok kepadaku, sekarang kita sudah tiada hubungan
apa-apa lagi, lebih baik kau dan aku menempuh perjalanan masing-masing!"
"Serahkan putraku dan golok tersebut kepadaku!"
"Aku tidak bermaksud untuk menahannya, setiap saat kau boleh membopongnya kembali,
sedangkan mengenai golok mestika tersebut, aku pun terhitung ahli waris Mo-kau, apalagi sudah
membuat pahala besar dengan membersihkan perguruan dari kaum penghianat, aku merasa
berhak untuk menggunakan senjata ini"
"Bila aku bersikeras hendak memintanya kembali?" kata Ting Peng sambil tertawa.
"Mudah sekali, aku mendapatkannya dengan jalan merebut, maka kaupun boleh merebutnya
kembali!"
"Aku tahu kalau mustahil bila menyuruhmu menyerahkan sendiri golok itu maka aku telah
membuat persiapan, sekarang, cabut keluar golokmu itu. . . ."
"Kau akan bertarung menggunakan golok yang berada di tanganmu itu?"
Ting Peng mengangkat golok itu ke depan agar Liu Yok siong melihatnya lebih seksama,
kemudian katanya:
"Golokku ini jauh lebih menarik daripada golokmu, lagipula manusia di dunia ini mengetahui
akan namanya, berbeda dengan golok mestika itu, hanya orang persilatan yang mengenalinya!"
Liu Yok siong memperhatikan golok kayu itu dengan seksama, kemudian manggut-manggut.
"Yaa, memang golok Pit to yang termashur itu, dulu aku masih belum percaya ketika aku
mendengar orang bercerita tentang hal ini, sekarang apakah kau benar-benar hendak
menggunakan benda itu untuk berduel denganku "
Bukan berduel, tapi membunuh orang, membinasakan dirimu!"

Kau jangan bergurau, masa benda itupun bisa dipakai untuk membunuh orang?"
Asal benda itu berbentuk golok, maka bisa dipakai untuk membunuh orang, aku telah
membunuh puluhan orang!"
Tapi kau harus tahu kalau golok yang ditanganku ini adalah golok iblis yang menggetarkan
setiap orang!"
Setiap orang yang kubunuh hampir semua dia memakai senjata mestika ...." tukas Ting Peng.
Dengan perasaan tidak percaya Liu Yok siong segera mengangkat goloknya, sedangkan golok
kayu Ting Peng juga telah di ayunkan ke arah depan....
Kedua orang sama-sama pernah mempelajari ilmu golok dari Mo kau, oleh sebab itu terhadap
bacokan tersebut mereka sama-sama mengerti jelas hingga kedua belah golok itupun hampir
membentuk satu garis lurus yang sama untuk membacok ke bawah.
Apabila menginginkan suatu hasil yang nyata, maka mereka harus dapat membelah kutung
golok lawan, kemudian baru membabat tubuh lawan menjadi dua bagian.
Serangan yang dilancarkan Liu Yok siong jauh lebih lambat, namun memegang golok bulan
sabit yang kuat dan tajam, dia yakin pasti dapat mengungguli Ting Peng.
Oleh sebab itu, disaat kedua bilah golok itu saling membentur, tiba-tiba saja dia teringat akan
betapa berharga dan indahnya golok kayu tersebut, sehingga tanpa disadari gerak serangannya
menjadi agak terhenti.
Inilah yang sudah diperhitungkan oleh Ting Peng jauh hari sebelumya, dan kesempatan ini
pula yang sedang dinanti-nantikan olehnya untuk dimanfaatkan.
Tatkala golok menyentuh golok, tentu saja golok kayu itu tak akan bisa mengungguli golok
sakti tersebut sehingga terbelah menjadi dua bagian.
Akan tetapi serangan dari Ting Peng sama sekali tidak terputus, kedua potongan golok kayu
itu masih membabat ke bawah sehingga membabat tubuh Liu Yok siong menjadi tiga bagian.
Lama setelah semua hening, Ting Peng baru mengambil kembali golok sakti itu dari tanah
sambil berkata:
"Ada sementara orang, meski mempunyai golok sakti di tangan, namun ia tak pernah akan
bisa menjadi sakti karena golok tersebut"
Dan sampai disini pula kisah "Golok Bulan sabit " ini.
TAMAT
Anda sedang membaca artikel tentang CerSIL KHULUNG : Golok Bulan Sabit 3 dan anda bisa menemukan artikel CerSIL KHULUNG : Golok Bulan Sabit 3 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/cersil-khulung-golok-bulan-sabit-3.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel CerSIL KHULUNG : Golok Bulan Sabit 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link CerSIL KHULUNG : Golok Bulan Sabit 3 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post CerSIL KHULUNG : Golok Bulan Sabit 3 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/cersil-khulung-golok-bulan-sabit-3.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar